Bab 1: Mimpi

227 20 3
                                    

"Azura..."

"Azura..." Seorang gadis dengan iris coklat dan rambut hitam yang terurai sampai menutupi pundaknya nampak tersenyum. Tangannya reulur menyentuh pipi putih nan pucat milik laki-laki yang berdiri diam di depannya, ibu jarinya begerak mengusap pipi pucat itu.

Saat laki-laki itu memejamkan mata, gadis dengan iris coklat itu menghilang. Laki-laki itu membuka matanya, ia mendapatkan dirinya tengah berdiri di tengah peperangan, dimana suara tembakan serta teriakan wanita dan anak kecil bersatu padu saling menyahuti.

Laki-laki itu menatap sekelilingnya dengan pandangan was-was, iris matanya mencari keberadaan gadis yang tadi bersamanya. Laki-laki itu berlari, mencari dari satu rumah ke rumah lain, namun nihil, ia tidak menemukan gadis itu.

"Azura... tolonng." Laki-laki itu, Azura, menghentikan langkahnya.

Iris mata Azura bergerak meneliti sekitar, ia melihat banyak rumah yang terbakar, mobil-mobil dengan kondisi rusak terparkir sembarangan di jalanan. Azura kembali mencari gadis itu, ia berlari menuju hutan yang terletak dibelakang pemukiman. Azura berhenti sebentar, ia melihat ada bercak darah di tanah, Azura berjongkok perlahan, ia mencoba menyentuh bercak darah tersebut dan menciumnya.

Azura mengepalkan tangannya, cowok itu langsung berlari menuju hutan yang lebih dalam ada banyak pepohonan yang berdiri tegak disekitarnya. Iris matanya kembali bergerak mencari keberadaan gadis itu. Kaki Azura menyandung akar pohon, ia terjatuh, terguling menuju tanah yang lebih rendah, beberapa kali Azura membentur batu dan akar pohon.

Azura mengerang, ia merasakan nyeri disekujur tubuhnya. Perlahan Azura mencoba bangkit, ia melihat tangan dan bagian tubuhnya yang lain, tidak ada luka satupun di tubuhnya namun rasa sakit menjalar kesekujur tubuhnya. Azura tidak menghiraukan rasa sakitnya, ia kembali berjalan mencari gadis itu.

Azura terdiam, ia melihat gadis yang tadi bersamanya berlumuran darah. Air mata Azura tiba-tiba mengalir, ia perlahan-lahan mendekati gadis itu, tiba-tiba kakinya terasa berat, Azura tidak bisa bergerak dengan leluasa. Tangannya terulur mencoba menggapai gadis itu, namun gadis itu semakin menjauh. Azura merangkak, melawan semua tekanan yang membuat tubuhnya sulit untuk digerakkan, namun gadis itu semakin menjauh dan menghilang.

Azura menggerakkan kepalanya, melihat sekitar, mencari gadis itu lagi namun yang Azura lihat hanyalah pepohonan, ia bingung, irisnya kembali melihat sekeliling dan semua berubah menjadi samar lalu menghilang. Azura melihat tangannya yang berlumuran darah, ia kaget sampai terjungkal.

"Tuan Kim..." Azura mengernyit, ia kenal suara ini, suara yang benar-benar membuatnya patah hati yang paling dalam.

Azura menoleh kesamping kiri, kini gadis yang sama tengah berjongkok sambil menatapnya, bibirnya tersenyum manis. Gadis itu, gadis yang tadi bersamanya, tapi gadis itu kini memakai hanbok khas dayang istana pada saat zaman Joseon dengan rambut panjang yang dikepang sedemikian rupa dibelakang.

"O...Oh... Oh Jarim..." Ucap Azura sedikit terbata-bata. Gadis itu mengangguk, tangannya mengenggam tangan Azura, menarik Azura mendekat lalu menyentuh pipi laki-laki itu.

Air mata Azura semakin mengalir, gadis ini, gadis yang sangat ia rindukan dan sangat ia sesalkan. Kedua tangan Azura menangkup wajah mungil itu, iris Azura bergerak mengecek seluruh wajah hingga tubuh gadis itu, memastikan jika gadis itu tidak terluka.

Gadis itu tersenyum, tangannya bergerak mengusap pipi Azura. "Aku... tidak apa-apa." Ucap gadis itu. Namun setelah ia mengucapkan itu, mata gadis itu terbelalak, panah muncul dipunggungnya. Seketika gadis itu memuntahkan darah.

"Aku... Tuan K-K...Kim. A..aku..," Gadis itu terbata-bata. Air mata Azura semakin deras mengalir dipipinya. Tangannya memegang pipi gadis itu, iris matanya melihat anak panah dan wajah gadis itu bergantian.

Ocean EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang