Lisa terbangun dari tidurnya dengan peluh yang membanjiri wajah dan badannya, entah karena hawa di Surabaya yang tiba-tiba menjadi cukup panas atau karena mimpinya barusan. Lisa mengusap ujung matanya, ada jejak air mata disana membuat Lisa semakin mengerutkan keningnya. Mimpinya kelewat aneh, beberapa kali Lisa bermimpi hingga menangis dalam tidurnya membuat Lisa semakin bertanya-tanya akan arti dibalik mimpinya.
Lisa memilih bangun dan mengencangkan volume kipasnya, ia berdiri tepat di depan kipas sambil merasakan angin dingin yang menyapu permukaan kulitnya. Matanya terpejam, ia kembali mengingat-ingat mimpi apa yang baru saja hadir di tidurnya. Lisa selalu melihat Raka di mimpinya, namun dengan gaya rambut dan pakaian yang berbeda, walaupun sedikit samar ia yakin jika cowok yang ada di mimpinya itu adalah Raka, teman sekelasnya dan menjadi teman dekat yang diperkenalkan Lintang.
Walaupun mereka tidak dekat dan Lisa tidak pernah memperhatikan wajah Raka dengan serius ia sangat yakin jika sosok cowok yang selalu menghantui mimpinya itu adalah Raka. Lisa mendengus, kenapa hanya Raka yang selalu menginterupsi mimpinya? Kenapa Lintang tidak pernah ikut terlibat? Dan lagi kenapa Lisa selalu memimpikan Raka dengan alur yang aneh.
Contohnya seperti tadi, Lisa bermimpi jika ia sedang ada di taman bunga dan nampak seperti menunggu seseorang, namun disaat ia asyik melihat bunga nampak beberapa orang tengah mendekat kearahnya dan tiba-tiba saja menutup mulut beserta matanya.
Jelas itu membuat Lisa takut setengah mati, setelah itu kain yang menutup mata Lisa di buka, dapat dilihat dari barang-barang yang ada disekitarnya ia seperti ada di sebuah gudang yang sangat tua. Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan ikatan di tangannya sebelum seseorang mendekat dan memegang wajahnya, mencengkeram dan Lisa dipaksa untuk mendongak. Matanya bertemu dengan sepasang mata coklat muda, garis wajah cowok itu nampak sangat tegas, dapat Lisa lihat jika cowok itu tengah tersenyum sinis yang membuat bulu kuduk Lisa berdiri tegak.
Cowok itu seperti mengatakan sesuatu dan Lisa sama sekali tidak bisa mendengar satupun perkataan cowok itu. Ketika cowok itu ingin melayangkan satu tamparan di pipi Lisa tiba-tiba saja pintu gudang itu terbuka sehingga mengalihkan perhatian cowok itu kearah pintu. Bisa Lisa lihat ada seseorang yang tengah berjalan masuk kedalam gudang, wajahnya nampak sangat familiar bagi Lisa. Raut wajahnya nampak sedang sangat marah, di detik berikutnya sosok itu sudah melesat secepat hembusan angin, membuat beberapa orang di gudang itu jatuh terkapar dengan luka dimana-mana.
Lisa bisa melihat darah berceceran keluar dari tubuh anak buah cowok itu. Dalam hitungan detik semua orang yang ada di ruangan itu tumbang, menyisakan Lisa dan sosok cowok yang tengah menyeka noda darah di pipinya. Entah kemana cowok yang menculiknya pergi, Lisa sama sekali tidak melihat orang itu terkapar di lantai. Detik berikutnya tubuh Lisa menjadi tegang saat melihat siapa yang sudah membunuh orang-orang itu, cowok itu mendekat kearah Lisa sehingga gadis itu bisa melihat dengan jelas garis wajah cowok itu. Dia Raka.
Dengan mata biru yang dingin beserta kulitnya yang lebih pucat dari biasanya, ia mengenakan setelan tentara beserta sebuah senapan yang tergantung dibelakang punggungnya. Raka kian mendekat lalu berjongkok di depan Lisa, membuka ikatan tali yang melilit di kakinya beserta tangannya dalam diam. Ketika Raka mendongak ada sorot khawatir dan takut dari tatapan dingin itu. Lisa bisa merasakan itu dengan sangat jelas.
Tanpa ia sadari salah satu tangannya bergerak memegang pipi Raka, mengusapnya pelan membuat cowok itu memejamkan matanya sejenak, meresapi kehangatan dari sentuhan Lisa.
"Jangan pergi." Raka menatap Lisa, sorot matanya dalam, seperti ingin mengatakan banyak hal. "Jangan menghilang."
"Aku tidak mau hidup di dunia tanpa mu."
Tentu air mata Lisa ingin tumpah saat itu juga, perkataan Raka seperti sangat mencintai Lisa sejak lama. Namun tak lama saat momen romantis itu berlangsung Lisa melihat sosok bayangan yang sedang mendekat dengan sebuah pistol di tangannya yang terarah pada Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Eyes
Teen FictionAzura terjebak dalam relung waktunya yang sudah berhenti lama. Berulang kali Azura harus menyaksikan kematian orang yang ia cintai secara langsung. Takdir benar-benar kejam kepadanya. Memaksanya untuk hidup dan menjalani semuanya dengan patuh. Ketik...