Bab. 49

13.4K 349 27
                                    

   Hari ini adalah hari terakhir Gracia di rumah sakit, besok ia dan Arlico sudah diperbolehkan untuk pulang.
Gracia tengah memakan makan malamnya yang sudah di siapkan oleh perawat.
"Buka mulutmu sayang" kata Varis menyuapi istrinya.
"Aku sudah kenyang" tolak gracia saat Varis mengarahkan satu sendok berisi bubur.
Setiap hari hanya memakan bubur gracia benar benar bosan dengan makanan itu.
"Baiklah pasti kau bosan, jadi mau makan apa istriku ?" tanya Varis setelah meletakan mangkuk berisi sedikit sisa bubur yang dimakan Gracia barusan.
" tidak ada" Gracia menggelengkan kepalanya.
"Baiklah sekarang istirahatlah besok kau dan babby sudah boleh pulang" Gracia mengangguk mengerti kemudian ia berbaring mencari posisi nyaman diatas bankar, Varis merapikan selimut yang dikenakan oleh gracia.
"Selamat malam" gumam gracia sebelum ia terlelap.

                                 ***

      Keesokan harinya gracia sudah bangun sejak pagi pagi, entah mengapa saat mendengar ia akan pulang semangat gracia kembali seolah olah ia tak pernah sakit sedikit pun. Gracia sudah mengganti pakaian pasien dengan pakaian biasanya.

  Varis mendorong kursi roda gracia, di sana Gracia menggendong Arlico dipangkuannya.
Varis mendorong kursi roda istrinya tersebut hingga di depan sebuah mobil yang sudah di siapkan oleh roy.
Roy membukakan pintu belakang mobil tersebut dengan sigap Roy menggendong Babby Arlico sedangkan Varis menggendong Gracia masuk kedalam mobil karena keadaan gracia yang masih lemah dan sikap over protektif Varis gracia harus menggunakan kursi roda.
Sebenarnya ia bisa berjalan namun hal itu menyebabkan ia mudah lelah dan Varis tak mau itu terjadi.
Roy memberikan Babby Arlico kepada Varis.
"Terimakasih roy" kata Varis kemudian menggendong Babby Arlico dengan lembut.
Roy memasukan kursi roda yang digunakan Gracia kedalam bagasi mobil, setelah itu ia masuk kedalam mobil dan melajukannya menuju mansion tuannya.

"Sayang lihat lah dia tertawa" kata Varis saat melihat Arlico tertawa.
"Lihat matanya sepertimu" tambahnya.
Gracia yang melihat tingkah ayah dan anak tersebut tersenyum bahagia.
"Sayang, daddy akan selalu ada untuk kamu dan mommy mu, daddy sayang kalian" kata Varis seolah olah tengah mengajak bicara anaknya.

Roy yang melihat sikap tuannya dari kaca spion yang ada di atas kemudi, tersenyum pasalnya tuannya yang saat ini berbeda dengan tuannya sebelum bertemu dengan Gracia.
Dulu tuannya sangat tempramental dan tak pernah tersenyum sikap dinginnya membuat semua orang bergidik melihatnya, berbeda dengan tuannya yang saat ini begitu lembut dan penyayang, Roy bersyukur tuanya menemukan kembali orang yang di cintainya, namun saat tuannya menyakiti Gracia waktu itu ia benar benar merasa kecewa dengan tuannya namun semua perasaan itu telah ia tepis jauh saat melihat kedekatan, perhatian dan kasih sayang taunnya berikan pada Gracia selama 5 bulan terakhir meyakinkan dirinya bahwa tuannya sangat mencintai Gracia.

"Kita sudah sampai tuan" kata Roy kemudian ia turun membukakan pintu untuk tuan dan istrinya.
Varis hendak menggendong gracia namun terhenti karena babby Arlico menangis.
"Tidak apa apa Varis aku bisa berdiri sendiri, kau urus Arlico biar aku dibantu Roy" kata Gracia, kemudian Varis mengangguk mengerti. Varis berusaha menenangkan Arlico yang menangis, sedangkan Roy mendorong kursi roda gracia masuk kedalam mansion.

      Sesampainya di kamar Varis membaringkan Arlico yang terlelap di sebelah Gracia.
"Istirahatlah" kata Varis kemudian mengecup kening Gracia lembut setelah itu beralih mengecup anaknya.
"Aku akan keruang kerja ada beberapa yang harus aku urus , kalau butuh sesuatu katakan padaku oke" kata Varis.
"Daddy pergi dulu boy" tambahnya. Kemudian Varis berjalan keluar kamar dan menutup pintu kamar tersebut pelan.

  Varis berjalan kearah ruang kerjanya, kata Roy ada beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani, dan ada beberapa kasus yang terjadi dikantor mengenai penggelapan beberapa dana di kantornya.
Varis sangat membenci hal kotor seperti itu bahkan yang terakhir kali terjadi seperti itu Varis memusnahkan orang yang melakukannya.

Varis masuk kedalam ruang kerjanya kemudian duduk di kursi kebanggaannya selain di kantornya.
Banyak tumpukan data di atas meja kantornya, varis membaca dan menandatangi berkas - berkas tersebut satu persatu.

Hampir setengah jam Varis berada di ruang kerjanya, sesekali ia meregangkan otot ototnya agar relax kembali.
Saat ia hendak mengambil dokumen selanjutnya tangannya tak sengaja menyenggol tumpukan data yang ada di atas meja, dengan cepat Varis kembali membereskan berkas - berkas yang berserakan di atas lantai.
Saat Varis membereskan berkas berkas tersebut tak sengaja matanya menangkap sebuah amplop yang terselip diantara beberapa dokumen.
"Dokumen apa ini aku belum pernah melihatnya" gumam Varis mengambil amplop tersebut.
Varis membaca tulisan yang ada di luar amplop tersebut.

Tok... Tok.... Tok...

Varis meletakan amplop kedalam sakunya, kemudian berjalan membuka pintu ruang kerjanya.
Disana dapat ia lihat Bella tengah berdiri di depan pintu.

"Ada apa ?" tanya Varis.
"Maaf tuan nyonya Grace memanggil anda untuk ke atas tuan" kata bella.
"Baiklah aku akan kesana" kata Varis kemudian menutup pintu ruang kerjanya dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di depan kamar Varis membuka pintu kamar dengan pelan
"Ada apa sayang ?" tanya Varis pada gracia yang tengah kebingungan menenangkan Babby Arlico yang tengah menangis.
" Arlico menangis aku sudah berusaha menenangkannya tapi dia tak mau berhenti menangis" kata Gracia.
Varis meliahat Gracia hanya tertawa geli, kemudian mengambil alih Babby Arlico dari gendongan Gracia.
"Biar aku saja yang menenangkan Babby Arlico" kata Varis.
Seolah olah seperti terkena sihir, tangisan Arlico berhenti saat Varis menggendongnya, Varis menggendong dan mengayunkan Babby Arlico pelan.
"Lihatlah dia berhenti menangis" akta Varis pada Gracia.
Gracia tersenyum haru melihat kedekatan ayah dan anak tersebut.

"Ahhh bahkan dia tertawa" kata Varis yang melihat anaknya tertawa.

                                 ***

  Setelah menidurkan Babby Arlico Varis berjalan kearah dapur untuk mengambil minum.
Varis membuka lemari es dan mengambil sebotol air mineral dan meminumnya.
Kemudian Varis berjalan kearah perpustakaan.
Ia berniat mencari beberapa buku mengenai bayi.
Banyak hal yang tak Varis ketahui mengenai cara mengurus bayi jadi ia harus mencari tahu tentang hal itu, ia tak mau menjadi ayah yang buruk untuk anaknya karena tak bisa mengurus Babby Arlico.

Varis melangkahkan kakinya masuk kedalam perpustakaan dan mencari beberapa buku.
Saat ia hendak mengambil buku yang berada di atas sebuah Amplop yang ia masukan kedalam sakunya tadi terjatuh.
Varis mengambil amplop tersebut, kemudian membuka isi amplop tanpa basa basi.

Varis membaca kop surat tersebut yang bertuliskan identitas surat tersebut.
"Queen's Medical Center ?" gumam Varis saat melihat darimana surat tersebut. Seketika ingatannya kembali pada tes DNA yang ia lakukan dengan anak Nathasya.

Ya surat tersebut adalah hasil dari tes DNA yang ia lakukan.
Sebenarnya hasil tersebut sudah ada di tangan Varis sejak 3 hari lalu namun Varis belum sempat membukanya dan baru teringat sekarang karena ia terlalu sibuk dengan anak dan istrinya.

Varis membaca hasil ters tersebut dengan teliti tanpa melewatkan satu kata pun.

"Hasilnya Cocok, dia anak ku ? Dia darah daging ku ?"

-----------------------------------------------------------

Jangan lupa Vote & Coment.

Follow instagram author : @donnaamelya29

Dan jangan lupa baca cerita lain Author : Cinderella And The Four Prince

The Jerk CEO (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang