Part 5

18 7 2
                                    

Pagi ini tidak biasanya seorang REYKANA bangun terlambat. Gadis ini terlihat sangat buru-buru untuk bersiap ke sekolah karena 15 menit lagi gerbang Sky High School pasti ditutup.

Penampilannya terlihat sedikit berantakan dari biasanya namun masih terbilang rapi.

Rey berlari menuju ruang tengah untuk berpamitan pada Ayah dan Ibunya.

"Eomma,Appa aku berangkat" sambarnya sembari mencium pipi kedua orangtuanya bergantian.

"Hati-hati nak! jangan terburu-buru seperti itu" teriak Ayah Rey.

"Ada apa dengan putri kita chagi?"

Risa hanya terkekeh sembari menggeleng pelan.

"Syla hampir terlambat Yah, lihat saja ini kan sudah pukul 7, sebentar lagi pasti gerbang sekolahnya ditutup" tutur Risa pada suaminya.

"Tidak biasanya dia seperti itu" heran Ayah Rey.

***

Rey tidak menemukan angkutan umum untuk ditumpangi ke sekolahnya. Sedangkan Rey sudah sangat khawatir akan terlambat.

"Mana mungkin juga angkutan umum lewat jam segini. Anak-anak sekolah pasti sudah berangkat semua" gumam Rey sembari menggigit bibir bawahnya cemas.

Tak mau mengulur waktu lagi terpaksa Rey harus berlari pikirnya. Berhubung sekolahnya tidak terlalu jauh dari area rumahnya. Kurang lebih 2 km namun cukup menguras tenaga dan waktu jika harus ditempuh dengan jalan kaki.

Rey berlari secepat yang ia bisa, 5 menit lagi gerbang sudah ditutup karena waktunya sedikit terbuang ketika menunggu angkutan umum tadi.

Rey sudah sangat kelelahan karena berlari dari rumahnya menuju sekolah, namun keberuntungan tak berpihak padanya kali ini. Gerbang SHS sudah ditutup.

Rey melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ahh terlambat 5 menit" batinnya menghela nafas lemah sembari mengatur nafasnya yang belum stabil.

Rey hanya menatap nanar pada bangunan sekolahnya. Suasananya juga sudah sepi, pasti semuanya sudah masuk kelas gumam Rey.

Rey berbalik dengan lesu namun belum saja gadis ini melangkah, dia menabrak sesuatu.

"Auhs," Rey memegangi jidatnya yang sedikit sakit dan membenarkan letak kacamatanya yang melorot.

Rey mengangkat kepalanya dan terkejut melihat seorang pria kini tengah berdiri di hadapannya.

Pria itu sedang menatap lurus ke gedung sekolah dihadapannya tanpa terusik sedikitpun dengan adegan penabrakan tadi.

Rey bisa melihat rahang tegas dan kokoh milik pria itu, hidung mancung dan rambut yang acak-acakan namun terlihat cool.

Arka menurunkan pandangannya pada gadis dihadapannya. Arka menatap dingin pada Rey.

"Minggir" ucap Arka santai namun terdengar tegas dan menakutkan.

Rey menunduk dan bergeser selangkah ke kiri untuk memberi jalan bagi Arka.

Arka dengan angkuhnya melenggang dan sengaja menabrak bahu Rey.

Rey hanya meringis dan melihat punggung Arka yang memasuki gerbang dengan sangat mudahnya.

"Parkirin" ucap Arka pada satpam seraya melempar kunci motornya kepada satpam sekolah.

Pak satpam itu dengan cekatan menangkap kunci itu lalu mengambil motor Arka di luar.

"Sudah den Arka" ucap pak satpam.

DefiniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang