part 5

19 2 0
                                    

Hari kedua pembinaan. Semuanya berjalan lancar. Sejauh ini aku tidak mengalami kesulitan. Ya,kecuali beberapa rumus menjengkelkan dan juga..

"Vi.. pinjem pulpen bentar"

"-...- " . Bahkan aku belum menyebut namanya. Dia Rio. Dia cerewet sekali. Selain Zahra,aku juga kenal beberapa santri lainnya. Dan salah satunya Rio. Aku tidak menyangka dia juga di fisika sama sepertiku,mengingat penampilannya bukan seperti anak jenius. Dan suka bermain.

"Eh Vi,pinjem pensil yang itu bentar deh,pinjem penghapus lo dong,dan masih banyak lagi..

Pagi ini,aku dibuat jengkel dengan ulahnya yang meminjam semua barangku. Dan Zahra yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Arrgh aku berharap pembinaan ini segera selesai.

Bahkan dia tidak membawa apa pun ke sekolah. Dia benar-benar pintar atau bagaimana..

Kriettt...
Pintu terbuka dan kami semua menoleh ke arah pintu.Bu Dini masuk bersama Seorang laki-laki ke kelasku dengan membawa setumpuk buku. Mendengar langkah kakinya saja aku sudah bergidik ngeri. Apalagi menatapnya,aku tak berani. Mata itu,tatapan hangat namun mematikan. Shit.
Ternyata pria itu lagi,masih pria yang sama,pria yang terus saja berlari-larian di pikiranku akhir-akhir ini.

Setelah meletakkan semua buku di  atas meja,dia segera pamit pada Bu Dini.

Sekali lagi,kami bertemu namun tak saling buka suara. Mataku terus mengikuti arah langkahnya hingga dia menghilang dari balik pintu itu.

"Tundukan pandangan Vi, ucap Zahra.

Aku hanya tersenyum malu. Ya,tentu saja,Zahra. dia sangat mengerti dengan islam. Apa yang boleh dan yang yang tidak,dia paham dengan jelas. Pendidikannya selama di pesantren sangat mendalam sedang aku ? Aku hanya siswi MAN yang kadang-kadang masih suka tertawa lepas di hadapan siswa lainnya. Aku bersyukur punya teman seperti Zahra,karena dia selalu menjadi pengingat dan penasehat terbaikku. Tetaplah menjadi sahabat sampai ke surga.

PANGERAN PAYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang