part 6

16 1 0
                                    

Vivia PoV

Pria itu,lagi-lagi dia..
Aku tidak kenal dia. Tidak tau namanya bahkan tak pernah sekalipun bicara dengannya. Tapi,dia selalu melayang-layang di pikiran ku akhir-akhir ini.

Ingin sekali aku berbicara dengannya,berterimakasih atas pertolongannya hari itu,tapi bagaimana ? Apakah dia ingat aku ?

Aku sering melihat dia sepintas berlalu lalang di depan kelasku. Aku selalu melihat dia sendirian. Bersembunyi di balik jaket hitamnya itu. Apakah dia pemalu ? Atau seorang introvert ? Aku juga jarang melihat dia bicara. Mendengar suaranya saja bisa kuhitung dengan jari. Itupun saat aku tak sengaja memergokinya bicara dengan guru. Dia irit bicara. Irit sekali..

Sore itu,harusnya Kak Vito sudah menjemputku. Kelas sudah bubar sejak satu jam yang lalu. Tapi,yang ditunggu-tunggu belum datang. Aku menunggu kakak di depan gerbang sekolah. Langit semakin gelap. Diikuti suara petir yang menandakan hujan akan trun sebentar lagi. Kuputuskan untuk pulang jalan kaki saja. Barangkali aku akan bertemu kak vito di perempatan sana.

Tak lama setelah itu,benar saja.. hujan turun. Aku kebingungan mencari tempat berteduh. Aku sudah melewati 2 halte yang sudah jauh di belakang.jika kembali kesana aku akan tetap kehujanan.

Langit berubah gelap. Petir dan kilat bersahut-sahutan. Tak ada satupun orang yang lewat. Angkotpun tak terlihat. Apakah semesta sedang bersepakat menakutiku ?

Lalu tiba-tiba hujan reda. Tentu saja tidak benar-benar reda. Ini bukan sinetron. Kudongakkan mata ke atas. Dan kulihat payung tengah melindungiku. Lalu pandanganku beralih pada tangan yang memegangnya. Aku membulatkan mata.. di-dia.. tanpa bicara sedikitpun ia memberikan payung itu padaku. Sorot matanya tajam laksana elang,menambah kesan dingin diwajahnya. Sesaat kemudian ia berlalu dan menyembunyikan wajahnya di jaket hitamnya.

PANGERAN PAYUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang