°• [00] Prologue

56K 4.1K 2.4K
                                    

Dear Haruto

"Untukmu Haruto, sang definisi manusia tulus yang sebenarnya,"

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!"

Suara tepuk tangan dan teriakan-teriakan itu benar-benar memekakkan telingaku. Ingin muntah rasanya, terlebih ketika di hadapanku ada seseorang dengan bunga mawar di tangannya.

"Please, will you?"

Suara itu, suara yang benar-benar aku benci. Untuk kesekian kali, Haruto menyatakan perasaannya padaku. Dan untuk kesekian kali pula, aku menolak dan mempermalukannya.

Dan anehnya, ia tidak merasa malu. Haruto sialan!

"Aku sayang sama kamu dan aku janji akan jagain kamu"

Sudah hampir ratusan kali Haruto mengatakan hal yang sama sampai-sampai aku hafal dengan kalimat buaya itu.

"Sorry, but I've hated you"

Aku meninggalkan Haruto, membiarkannya dihina dan dicaci oleh siswa-siswi lain karena penolakan yang sudah sangat jelas dariku.

Belum lima langkah aku berbalik dan meninggalkannya, langkahku terhenti ketika mendengar suara seseorang yang tak asing di telingaku.

"Hey, ini sudah ke sembilan ratus sembilan puluh sembilan kalinya lo ditolak. Kalo untuk keseribu kalinya masih ditolak, mobil lo punya gue!"

Aku membalikkan badanku. Menatap Haruto yang mengepalkan tangannya. Di sampingnya, berdiri seorang laki-laki yang seangkatan denganku.

Ya, Yedam. Berandal sekolah yang suka sekali menindas murid lain. Dia adalah siswa tersial dari yang tersial yang aku kenal.

Sebentar, yang dikatakan Yedam tadi itu semacam taruhan? Jadi aku ini bahan taruhan oleh Haruto dan Yedam. Ah, akhirnya aku tahu. Beruntungnya aku yang selalu menolak Haruto.

Lalu, aku berjalan perlahan mendekat ke arah Haruto, memandang wajahnya yang harus membuatku mendongakkan kepalaku karena tubuhnya yang tinggi. Aku menelan salivaku terlebih dulu. Siswa-siswi di sekitar diam seribu bahasa memperhatikan.

"Dear Haruto, gue benci sama lo!"

Haruto menatapku dalam. Entah mengapa, tatapan itu rasa-rasanya sangat tulus. Tatapan yang mengartikan kepedihan yang dalam.

Aku menepis segala ibaku yang mengarung di benakku. Memejamkan mataku sebentar kemudian berbalik meninggalkannya.

Ah, ya! Aku lupa sesuatu.

Aku berbalik lagi ke arahnya. Menatapnya yang tengah mengembangkan senyum. Aku pun membalas senyuman itu dengan senyuman miring.

Plak!

Wajahnya tertoleh ke arah kanan dengan pipi yang memerah. Ia memejamkan matanya. Kemudian, ia menatapku dengan tatapan tak percaya. Sedangkan siswa-siswi lain berteriak 'Ow' secara bersamaan.

"Jangan pernah berharap kalo gue mau jadi pacar lo. Paham?" Aku mencoba berkata tanpa rasa emosi. Lalu meninggalkannya pergi.

"RASA SAYANGKU ITU TULUS, HAN!"

Dear Haruto ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang