°• [05] Miss You, Haru!

14K 2.3K 655
                                    


Dear Haruto

"Dek, guru les-nya udah dateng"

Aku yang awalnya tengah asik memarahi Junghwan dibuat terhenti dengan kedatangan ibu. Oh, sekarang Junghwan mengikuti les.

"Ikut les ya sekarang" godaku pada Junghwan yang sedang mengambil beberapa buku khususnya.

"Iya, biar pinter kayak kakak" jawabnya bangga. Aku hanya terkekeh geli. Kemudian mengikutinya dari belakang. Ia berjalan lebih dulu, kemudian aku menutup pintu kamarnya. Huh, aku bahkan baru sadar kalau tinggi Junghwan telah melampauiku.

Aku berhenti sebentar, menopang daguku di pagar tangga. Dari atas sini, ku lihat Junghwan yang menghampiri guru les-nya. Dia laki-laki yang biar ku akui, ia tampan.

Gila, aku pasti sudah gila!

"Hari ini matematika lagi ya" ucap guru les itu sambil membuka paket tebal dan menaruhnya di atas meja. Junghwan tampak kaget dan mengerucutkan bibirnya.

"Perasaan dua hari yang lalu matematika juga deh, kak" cibir Junghwan. Guru les itu terkekeh kemudian menatapku. Mata kami saling beradu pandang. Entahlah, aku tidak bisa mengalihkan pandangan itu. Rasa-rasanya, mata itu sengaja mengunci pandangan kami.

Dengan sekuat tenaga, aku mengalihkan pandanganku dari laki-laki itu kemudian beralih menatap Junghwan yang kini tengah menatapku dengan tatapan menggoda?

"Junghwan adikku! Semangat!" Teriakku menyemangatinya. Ku lihat wajahnya berubah masam karena malu. Aku tergelak sekarang dan memilih untuk pergi ke kamar.

Aku menarik napas panjang sebelum memasuki kamar prasejarah itu. Ada banyak sejarah, kenangan dan harapan yang terlukis di dalam kamar itu. Dengan ragu, ku buka kenop pintunya.

Decitan suara pintu itu sedikit mengusik indra pendengaranku. Wangi kamar yang tak pernah berubah sejak terakhir kali aku meninggalkan kamar ini, memilih mengekos demi kepentingan keluarga juga.

Ku tutup pintu kamarku, kemudian mengamati baik-baik kamar bernuansa antariksa itu. Jika anak gadis lain lebih memilih tema abstrak atau mungkin elegan, justru aku lebih memilih nuansa gelap yang bagiku mempesona. Stiker glow in the dark di langit-langit kamar seakan membawaku ke dalam film zathura. Lampu tumblr dengan hiasan foto polaraid tetap tersusun rapi.

Gila, aku rindu ini. Aku rindu semua kenangan itu. Aku rindu Haruto.

Kakiku berjalan mendekati barisan foto polaroid itu. Menatapnya satu persatu, mengenangnya lekat-lekat. Hingga pada suatu foto, sebuah insiden kembali mengiang di ingatanku.

"Simpan ini. Jangan sampai hilang" ucap Haruto di hari perpisahan itu. Kemudian, aku pun mengambil selembar foto polaroid itu dan mengkipas-kipaskannya.

"Oh ya, Har. Lo gak mau nembak gue gitu untuk yang keseribu kalinya?" Tawarku memandangnya remeh. Kemudan ia terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Atau mungkin lo udah tau kalo gue bakal jawab dengan pernyataan yang sama?" Ejekku. Kini, tatapan itu beralih menjadi tatapan nanar, binar dan seakan menyesal? Atau mungkin lebih buruknya lagi tatapan...

"Untuk yang keseribu, ku simpan dulu. Biar nanti waktu yang mengizinkanku. Dan satu, mungkin foto itu adalah foto pertama dan terakhir kita. Dan mungkin saja itu hanya sebatas foto pertama. Yang terakhirnya nanti, di waktu yang keseribu"

Dear Haruto ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang