°• [02] Weird, Haru!

16.5K 2.7K 1.4K
                                    


Dear Haruto

Tok! Tok! Tok!

Pintu terbuka dan menampakkan sebuah kepala Haru. Ia hanya menongolkan bagian kepalanya.

"Kenapa, Han?" Tanyanya kikuk. Aku masih terdiam, entah ingin bertanya apa. Suara laki-laki tadi...

"Ada suara cowok di kamar lo? Siapa?" Tanyaku blak-blakan dan terkesan polos. Ku lihat, Haru merapikan poninya.

"Temenku, tadi sedang melakukan panggilan video" jawabnya dan segera menutup pintu. Aku mengerdipkan mataku beberapa kali dan berniat untuk pergi ke kamar.

Sesampainya di kamar, aku memutuskan untuk menonton drama secara maraton. Aku memang tidak ingin terlalu memikirkan proposal sialan itu, takutnya nanti aku pusing dan malah sakit. Jadi, sebagai pendinginan aku memilih menonton salah satu drama korea.

Beberapa jam berlalu, dan aku sudah menghabiskan satu kotak tisu. Drama yang benar-benar menyedihkan. Atau aku yang terlalu baperan?

Tangisku semakin pecah ketika tragedi dalam drama itu semakin menjadi. Rasa-rasanya, drama itu benar nyata adanya.

"Astaga, Hanna. Kamu kenapa nangis?" Aku melirik ke arah pintu kamarku yang tidak dikunci. Haru segera menghampiriku dan menanyakan kondisiku.

Haru duduk di sampingku dan mengusap pelan pundakku. Bahuku bergerak naik turun, aku sesenggukan. Dan Haru menyisipkan beberapa helaian rambutku yang basah karena air mata ke belakang telinga.

"Kamu kenapa, Han?" Tanya Haru lembut. Aku segera memeluknya. Mataku terasa bengkak dan sakit, pasti kemerahan.

"Dramanya sedih, Har" ucapku pelan dan terisak-isak. Kemudian, aku melepas pelukanku pada Haru dan menyeka air mata yang masih menggenang di pelupuk mataku.

"Cup cup cup, udah jangan nangis" ucap Haru menenangkanku.

"Lo bayangin aja nih ya, seorang cowok suka sama cewek tapi sayangnya tuh cewek malah benci sama si cowok. Padahal si cowok tuh udah keliatan banget tulusnya. Astaga, tuh cewek pasti udah gila, 'kan?!"

Haru terkekeh kemudian ia mengusap gemas pipiku yang basah.

"Oh, ya? Kejadian itu pernah terjadi sama aku" Aku tertegun. Karena rasa penasaran yang membara, maka ku putuskan untuk bertanya pada Haru.

"Gimana-gimana?" Tangisku mulai mereda, entah kenapa aku merasa antusias jika menjadi seorang pendengar.

"Aku suka sama seseorang, tapi dia benci sama aku" Aku membulatkan mataku. Oh, Haru yang malang. Pasti menyedihkan sekali.

"Dih tuh cowok sok banget sih!!! Jangan bilang lo masih suka sama dia? Mending jangan deh!" Seruku dan dibalas kekehan oleh Haru.

"Aku tuh sayang banget sama dia. Bagaimanapun, aku bakal tetap pertahanin dia" Aku menghela napas kesal. Untuk apa Haru mempertahankan laki-laki yang tidak bisa menghargainya?!

"Ya, terserah sih. Semua cowok tuh sama aja, Har. Sama-sama shitty" cibirku sambil mendengus. Kemudian, aku mengalihkan pandanganku dari Haru dan menutup laptopku.

"Gak semua cowok kayak gitu, Han. Apa nanti kalau kamu udah berkeluarga, kamu bakal bilang kalau suami kamu juga shitty?" Aku mendengus kemudian menatap wajahnya.

"Har, cowok tuh terlalu bullshit" pasrahku sambil mengacak-acak rambutku. Entahlah, moodku seketika memburuk hanya karena Haru yang membela laki-laki.

"Laki-laki tuh baik tau, apalagi yang tulus" ucap Haru sambil berusaha memelukku. Wah, perempuan ini kurang belaian, ya.

Haru menopang dagunya di pundakku sedangkan aku masih kesal dan mengerucutkan bibirku.

"Lo gak lesbi, kan?" Inilah aku, seorang Hanna yang blak-blakan. Bukankah itu lebih baik? Dibanding membicarakannya di belakang?

"Enggak lah, aku normal kok" Haru mengeratkan pelukannya padaku, sampai-sampai aku tidak bisa bernapas.

"Ya gak usah meluk gue juga" cibirku dan mencoba melepas pelukannya. Akhirnya, Haru melepas pelukan itu.

Haru menatapku intens hingga aku merasa tatapan itu benar-benar mengartikan sesuatu. Ia menatapku penuh arti.

Aku kangen sama kamu.

Entah suara apa, tapi suara itu terdengar sayup-sayup. Bahkan, itu bukanlah suara perempuan. Cenderung serak seperti suara laki-laki.

Tidak mungkin kan jika itu suara Haru?

"Aku ke kamar dulu ya" Haru melengos begitu saja. Membiarkanku dengan seribu pertanyaan yang mengambang di pikiran.

Haru, aneh.

Wish that you could build a time machine
So you could-

"Holla?" Aku menerima panggilan di ponselku dan menempelkan benda tipis itu ke telinga kananku.

"Proposalnya udah sampai mana? Mau gue bantuin?"

Memang aku belum sempat melihat kontak siapa yang menelponku, jadi ku lepas ponsel itu dan melihat nama yang tertera di layar ponselku.

Junkyu.

Aku menghela napas pelan. Setelah Haruto, sekarang Junkyu. Haruto masa SMA-ku sedangkan Junkyu masa kuliahku. Sialan, 'kan?

"Udah sampai tinjauan pustaka. Gak usah" jawabku menahan emosi. Aku tidak bisa bersikap seenaknya mengingat Junkyu adalah anak dosen pengajarku.

"Gue ke kosan lo ya, see ya!"

Aku hanya bisa tersenyum menahan emosi kemudian menarik napas panjang dan menghelanya kasar.

Kami dekat ketika mengikuti organisasi yang sama. Yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa. Sebenarnya, aku tidak ingin mengikuti organisasi semacam itu kalau saja tidak mengikuti keinginan Junkyu.

Sepertinya, aku berada di bawah pengaruh Junkyu, ya?

Iya, memang benar. Ayah Junkyu adalah dosen pengajarku. Lumayan, akhir-akhir ini aku mendapat nilai yang cukup jika dekat dengannya.

Tok! Tok! Tok!

Aku menghela dan keluar dari kamarku berniat menuju pintu utama dengan lesu. Aku tidak suka dengan Junkyu yang sangat sok perhatian. Ayolah, aku ilfeel.

Ketika kakiku menuruni anak tangga, ku lihat Haru telah mempersilakan tamu itu untuk masuk. Aku jengah ketika melihat tamu yang dimaksud adalah Junkyu. Namun, aku mencoba tersenyum.

"Temenmu?" Bisik Haru ketika kami berpapasan. Ia berniat ingin kembali ke kamarnya. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Lalu, aku duduk di samping Junkyu dengan menenteng sebuah laptop dan menaruhnya di atas meja sembarang. Ku rasa, Junkyu mendempetkan duduknya padaku.

"Yang tadi anak kos baru?" Tanya Junkyu. Aku yang sedang menghidupkan laptop hanya mengangguk lemah.

"Cewek?" Aku tertegun sebentar. Kemudian mengalihkan pandanganku ke arah Junkyu. Ia tersenyum manis padaku sedangkan aku hanya membalasnya dengan wajah datar.

"Cewek kok tinggi gitu?" Junkyu terkekeh. Sedangkan aku hanya merotasikan bola mataku.

"Lo mau bantuin gue atau mau ngajakin gue ngegosip sih?" Tanyaku sarkas sambil memanyunkan bibirku.

"Ayo sini gue bantuin" ucap Junkyu setelah sebelumnya mencubit pipiku gemas. Ia sudah terbiasa melakukan hal itu sejak empat bulan terakhir.

Junkyu menaruh laptopku di atas pahanya dan mulai mengetikkan proposalku. Sedangkan aku hanya memperhatikannya seraya menopang kedua pipiku dengan tanganku.

"Gue mau nanya bentar" ucap Junkyu tiba-tiba dan mengalihkan pandangannya dari laptop. Aku pun menegakkan punggungku karena jika aku tetap membungkuk maka wajahku akan sangat dekat dengan Junkyu.

"Gimana caranya biar bisa bikin lo suka sama gue?"


Dear Haruto
To Be Continued

Dear Haruto ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang