1|Satu

333 33 5
                                    

"Pagi yah," sapa Naura saat keluar dari kamarnya.

"Pagi juga sayang," jawab Radit.

"Udah siap?"

"Udah dong," jawab Naura sambil mengacungkan jempolnya dan tak lupa dengan senyumannya yang selalu terpancar.

"Mau berangkat sekarang?"

"Iya aja yuk yah."

"Yaudah ayukk."

Naura mengangguk dan berjalan keluar dari rumah barunya sambil mengandeng tangan ayahnya.

"Nanti di sekolah jangan murung, ngelamun, nangis-nangis ya," pesan Radit.

"Ayah apaan sih?!" sambil memukul lengan Radit dengan pelan.

"Kan emang bener kayak gitu kan? Papa gak salah kan?"

"Papa?" Naura mengernyitkan dahinya karena bingung.

"Iya papa. Dulu ada anak yang suka manggil ayah kayak gitu, kamu masih inget kan?"

Naura hanya menggeleng pelan, bagaimana Naura bisa lupa jika hanya anak itu yang ada dipikirannya bahkan sampai saat ini.

"Ayah ngerti kok," ucap Radit sambil mengusap kepala Naura pelan.

Setelah itu suasana menjadi sepi karena tidak ada satupun yang berbicara. Naura memilih diam karena ia tidak mau menangis lagi, sedangkan Radit yang mengerti dengan keadaan hanya diam.

Beberapa menit kemudian mobil tersebut telah sampai di area sekolah.

"Hey!" sapa Radit saat melihat putrinya tengah melamun.

"Eh, udah sampai ya?" tanya Naura sambil menoleh ke kanan kirinya.

"Dasar ya kamu, baru aja dibilangin."

Naura hanya membalas dengan cengengesan.

"Udah sana! Nanti keburu masuk lagi."

"Eh iya, yaudah Naura sekolah dulu ya," ucap Naura sambil menyalami tangan Radit dan langsung turun dari mobilnya.

"Belajar yang bener!" teriak Radit saat Naura sudah di luar.

Naura melambaikan tangannya lalu berjalan meninggalkan mobilnya.

"Duhh, ini kantor gurunya dimana lagi," gerutu Naura karena tidak menemukan kantor guru.

Beberapa menit kemudian, Naura melihat ada seorang cowok yang berjalan ke arahnya.

Namun, orang itu hanya berlalu tanpa melirik sedikitpun ke arah nayra.

"Hey!"

"Hey!"

"Hey!"

Naura terus memanggil orang tersebut, tetapi tidak ada balasannya sama sekali.

"Ih tu orang denger enggak sih," gerutu Naura karena kesal.

NAURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang