Eight : Don't Make Love-We Cry!

1.9K 323 67
                                    

Please voment! Aku udah usah buat ngetik ini!

***

Korea Selatan, 29 Agustus 2004.

Seoul, 07.00 am.

Distrik Seocho, kediaman Minghao.

"Paman Minghao bangun! Bangun paman!" tangan mungil Jisung menggoyang-goyangkan lengan milik Minghao yang masih terpulas dengan nyenyak.

"Paman bangun!" BUK! BUK! Tidak berhasil dengan cara itu Jisung beralih menggunakan cara lain, dia memukul-mukul wajah Minghao dengan bantal.

Akhirnya Minghao mulai terusik. Dengan mata yang masih tertutup dia menahan bantal itu dan menyikirkannya. "Kenapa Jisung? Kenapa?" membuka mata, duduk dan menatap wajah panik Jisung sedikit kesal.

"Paman tidak tidur dengan Felix?" tanya Jisung yang panik tidak mendapati sahabat barunya di dalam kamarnya.

"Paman tidur dengannya kok," kepala Minghao menoleh ke samping kiri-kanannya, tangannya juga ikut meraba, mencari keberadaan Felix. "Loh iya Felix mana? Kau tidak sedang menyembunyikannya 'kan Jisung?" Minghao mulai panik.

"Untuk apa aku mencarinya jika aku yang menyembunyikannya paman? Bagaimana ini? Felix dimana?" Jisung bergegas turun dari kasur, kaki kecilnya melangkah untuk membuka lemari siapa tahu Felix ada di sana pikirannya.

Minghao beranjak dari tempat tidur. "Jisung kau cari ke atas, paman akan cari di rumahnya, siapa tau dia pulang," suruh Minghao mengomando dan langsung bergegas keluar masih dengan menggunakan piyama tidurnya.

Jisung mengangguk lalu berlari menuju ke atas, dan sesekali juga di perjalanan dia mengedarkan matanya ke arah kolong meja, siapa tahukan Felix mengigau berjalan saat tidur dan bersembunyi di situ.

***

Minghao berjalan tergesa-gesa, menghampiri tukang kebun yang berada di halaman rumah Felix. "Apa kau melihat anak pemilik rumah ini?"

Tukang kebun itu berdiri dari jongkoknya. "Bukankah Tuan muda Felix sedang dititipkan?" tukang kebun itu bingung.

"Oh benar," Minghao mengangguk kemudian melempar senyum canggungnya. "Kemana aku harus mencari anak itu? Jika hilang... Ck bisa mati aku." desisnya frustasi.

Minghao kembali berjalan menuju rumahnya dengan otak yang masih berpikir keras memikirkan Felix yang hilang.

Brak!

Pintu utamanya terbuka dengan bantingan keras dari dalam rumah, menampilkan Jisung yang berlari tergesa-gesa menghampirinya dengan wajah panik serta gelisah, anak itu langsung menarik ujung piyama Minghao.

"Ayo paman ikut aku!" titah Jisung tanpa ingin diprotes, menyeret Minghao masuk ke dalam.

Minghao menyerngit. "Kenapa Jisung? Kau menemukan Felix?"

"Iya aku menemukannya, Changbin hyung dia memaksa Felix." Tangan Jisung masih menarik ujung piyama Minghao, membawa pamannya itu menaiki lantai atas.

Pintu biru gelap itu sudah terbuka. "Lihat paman! Kaki Changbin hyung ingin menendang wajah Felix!"

Mereka sudah masuk ke dalam kamar Changbin. Jari telunjuk Jisung menunjuk ke arah Felix dan Changbin yang sedang tidur bersama, dengan posisi kaki Changbin yang terbuka lebar tepat mengenai wajah Felix, dan Felix dengan posisi miring memeluk salah satu kaki Changbin.

Mine Point • ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang