Part 5

14 2 0
                                    

PLEASE KOMEN sama VOMENT jangan lupa ya kasi bintang gratis ko.👌 maaf jika banyak typo bertebaran

Tak ada balasan dari Salisa hanya senyum tipis ditampilkan pada wajahnya walau hanya senyum tipis.
"Sial" umpat Salisa saat ia sudah keluar dari mansion terkutuk itu..
****

"Darimana saja kamu Sal? Mama cari kemana-kemana gak ada" suara wanita paruh baya yang menyambut kedatangan Salisa malam hari itu ah ralat dini hari.
"Ah maaf ma tadi ada sedikit kendala. Ini bahan-bahan kue nya." Kata Salisa berlanjut ke kamarnya sebab sudah pukul empat dini hari yah dia mengantuk sekarang.

****

Pagi hari yang cerah bagi pemuda itu. Yang entah kenapa saat terbangun tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut pusing yang di deranya. Seketika ingatan terlintas di pikiran pemuda itu dan dia pun tahu jika ia mabuk berat semalam, dan yang lebih parah lagi ia bertemu gadis yang di harapkannya tapi sayang ia harus dalam keadaan mabuk berat dan pingsan.

Saat ia sedang melamunkan sesuatu suara wanita paruh baya menggelegar dan membangun dirinya.

"El bangun sayang mama sudah buatkan sarapan kesukaan kamu." Katanya, ya dia adalah ibu dari Jullian Cello Maxel. Randa Maxel nama wanita cantik itu. Yah dia memang cantik perawatan dan memang keturunan awet muda.

"Iya ma Jullian akan mandi lalu turun." Sambung putra semata wayangnya itu.

Tak butuh waktu lama Jullian turun dari kamarnya menghampiri sang Mama yang sudah siap di meja makan.

"Sini nak makan dengan Mama atau mau Mama suapi?. Tanya dan goda sang mama dengan mengerlingkan matanya.

"Mama aku sudah besar dan ya jangan panggil Jullian dengan nama tengah apalagi dengan El aku tak suka Ma terkesan aku seorang cewek." Malu campur kesal Jullian yang selalu di jahili oleh Mamanya.

"Iya-iya tapi Mama suka panggilan itu. Oh iya semalam ah tidak dini hari tadi Mama lihat ada perempuan di depan rumah apa dia pacar kamu? Tapi kenapa raut wajahnya agak kesal begitu?." Tanya Randa kelihatan ingin tahu

"Benarkah? A...aaku tak tau Ma." Jawab Jullian dengan muka yang sudah memerah dan agak gugup pasalnya ia yakin kalau itu adalah cewek yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

"Kenapa kau gugup Nak? Dan lihatlah wajahmu memerah? Hahaha." Tanya sekaligus goda sang Mama dengan tawanya

"Tidak Ma dia bukan siapa-siapa Jullian. Sudahlah jangan di bahas." Elak Jullian yang tak tahan akan obrolan itu.

Disisi lain wanita paruh baya itu sedang mengerjakan rutinitas setiap harinya membuat kue. Kue adalah hal yang terindah baginya dengan kue ia bisa mengalirkan perasaan yang ada pada dirinya sekaligus membuat mood paginya selalu cerah tak lama ada suara menyambut.

"Mama sudah matang kuenya?" Salisa ya itu suaranya. Ia memang dingin tapi tidak dengan orang yang ia sayang macam keluarganya.

"Hampir Sayang kenapa tak langsung mandi ha? Tak seperti biasanya." Sambut hangat suara ibunya itu

"Ah Lisa malas Ma lagian ini hari minggu, oh iya Mama akan ke bibi Marlin hari ini? Ketoko bunga boleh aku ikut?" Pinta Salisa.

Bibi Marlin adalah tetangga sebelah yang punya toko bunga di pinggir jalan raya memang ia sudah rentan jadi membutuhkan karyawan dan Mama Salisa yang ia pekerjakan.
"Boleh asal jangan terlalu dingin pada pelanggan."

Goda sang Mama yang menurut Salisa menyebalkan
Setelah bersiap Miranda dan Salisa akhirnya pun berangkat dengan naik bus sebab tak mungkin Devan mengantar keduanya dengan motor. Ia pun ada kegiatan dengan teman SMA nya.

"Sudah sampai kau bisa ke dalam dan taruh tasmu sayang mama akan membereskan bunga-bunga ini." Kata sang mama kepada anaknya
"Oke ma." Kata Salisa

Mereka berdua menata ruangan yang tadinya kosong disulapnya menjadi kebun bunga dadakan di tata dengan apik dan rapi supaya menarik pelanggan untuk membelinya tak lupa disiram air dan di beri sedikit pupuk agar tak layu. Salisa pun meletakkan sebuah meja di depan toko untuk menata kotak berisi kue yang sudah dibuat mamanya tadi.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang dan lumayan ada beberapa pembeli yang membeli kue nya ada juga yang membeli bunga sekaligus kue. Salisa yang memang dingin pun harus bersikap ramah tamah pada pembeli. Memuakkan tapi ia harus tetap memasang senyum di wajahnya supaya dagangan laku terjual.

"Saya beli kue nya dua." Kata pembeli itu yang tak lain adalah Rio.
"Ah iya sebentar saya ambilkan." Kata Salisa yang masih belum menyadari itu dan memberikan kepada pembelinya.

"Kau?" Ucap keduanya kaget. Heran lebih tepatnya.
"Mengapa kau ada disini? Bukankah biasanya yang menjual wanita paruh baya? Tak kusangka." Ucap Rio keheranan.

"Apa urusanmu?." Setelah menyadari itu ia kembali. Kembali dingin seperti biasanya. Tak ingin berlama-lama akhirnya Rio pun membayar kue itu lalu pergi kembali ke apartemennya
"Aneh. Apa jangan-jangan ia anak pemilik toko bunga itu?." Gumam Rio sambil memakan roti yang baru di belinya tadi.

****

Dering telepon mengganggu aktivitas pemuda yang sedang bersantai itu.
"Halo, ada apa?" Sapanya, siapa lagi kalau bukan Rio
"Aku hanya ingin bertanya bung, kenapa kau sensi sekali hah?" Kata orang di seberang sana Jullian yah siapa lagi yang suka mengganggu Rio kalau bukan Jullian.

"Baiklah. Apa yang ingin kau tanyakan cepatlah aku ingin beristirahat." Tak mau basa-basi
"Apa kau yang semalam mengantarku? Dengan membawa seorang gadis?" Tanya Jullian tak sabaran.

"Ya aku mengantarmu siapa lagi kalau bukan aku hah?!! Kau selalu merepotkan! Dan ya aku membawa gadis itu juga. Awalnya ia menolak tapi ku paksa sebab aku tak akan bisa membawa mu sendirian, saat aku pamit kepada ibumu dia sudah tidak ada di luar mungkin dia sudah pulang." Jawab Rio panjang lebar dengan sabar

"Merepotkan begini juga sahabatmu bung hahaaha. Kau tahu rumahnya?" Jullian mulai penasaran ya dia penasaran akan sosok perempuan itu. Dingin tapi unik ah dia sudah membuat seorang Jullian Cello Maxel penasaran.

"Aku tak tahu tapi aku tadi melihatnya saat aku membeli roti di depan toko bunga dekat dengan mall. Tapi kenapa kau seperti ini huh? Kau menyukainya?" Kata Rio setelah dia ingat dan mulai curiga dengan sahabat karibnya itu. Ya semoga saja gadis itu bisa membuat sahabatnya benar-benar bisa melupakan dia.

"Baiklah. Tidak aku hanya sedikit penasaran." Bela Jullian yang tak mau ketahuan oleh sahabat karibnya.
Setelah itu telepon di tutup secara sepihak oleh Jullian.

****

Tak terasa waktu sudah petang sekarang sudah pukul empat sore dan gadis itu membereskan meja akan sisa roti yang tidak terjual. Mengelap meja dan mengembalikan ke tempatnya semula.

"Mama rotinya tinggal beberapa kita bawa pulang saja ya akan ku makan nanti saat di rumah." Ucap gadis itu Salisa memang begitu jika sedang berada dengan orang terdekatnya.

"Baiklah kemari bantu mama membereskan bunga ini dan jangan lupa menyiram bunga-bunga itu nak." Kata sang bunda kepada Salisa sambil menunjuk ke arah segerombolan bunga mawar merah yang sangat cantik.
"Baiklah boss." Jawab Salisa yang membuat sang mama tersenyum.

*
*
*
Haloo ngerasa panjang ga? Thor si ngerasa sampe 1000 word lebih soalnya pegel ini tangan ngetik
Jangan lupa klik bintang di bawah yak👌 salam dari authoor

SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang