Part 6

18 3 0
                                    

Maaf klo typo bertebaran yak😴
Vote & Coment jangan lupa

Setelah menutup sambungan telfon pemuda itu bergegas menuju ke tempat dimana temannya berjumpa dengan gadisnya. Ah bolehkah ia menyebut ia gadisnya?

"Ma aku pergi sebentar ya mau ke rumah teman." ucap Jullian kepada bundanya.

"Baiklah jangan pulang sampai larut malam apalagi sampai dini hari seperti kemarin." Ucap dan nasehat Bundanya. Yah biar bagaimana pun sesibuk-sibuknya Ibu pasti khawatir jika anaknya tak pulang semalaman.

"Oke Ma aku janji." Ucap Jullian dengan mengerlingkan matanya tak lupa mencium pipi Ibunya.

Tak perlu banyak waktu untuk Jullian sampai di toko bunga yang di tunjukkan oleh Rio. Ya ia dapat melihat gadisnya sedang melayani pembeli dengan senyumnya.

"Ah manis sekali, andai senyum itu untukku dan karena aku, pasti aku akan menjadi lelaki paling bahagia di dunia ini." Pikir Jullian yang tak disadarinya.

Ia hanya ada di dalam mobil seharian ini mengamati gadisnya. Ia tak rela kalau ia terlewat barang satu helai rambut yang rontok dari gadisnya sekalipun. Memang dasar terlalu Jullian ini.

Tak terasa waktu sudah petang saja ia melihat gadisnya sedang membereskan meja dan membawa sisa kue yang tak terjual. Lalu ia melihat gadisnya sedang mengobrol dengan wanita paruh baya yang ia yakini adalah Ibu dari gadisnya.

Tak lama ia melihat gadisnya menyiram bunga mawar merah, tiba-tiba ada cowok menaiki motor sport yah lumayan tampan tapi jika di bandingkan dengan Jullian tetap tampan Jullian itu pikirnya.

"Siapa dia? Apa dia ingin membeli bunga? Atau dia ingin membeli roti?" Gumam Jullian di dalam mobil sendirian

****

Disisi lain Devan pulang dari kegiatan sekolahnya dan menyempatkan untuk mampir ke toko bunga. Ia melihat kakaknya sedang menyiram bunga tak lama niat jahil pun terlintas di kepala tampannya itu.

"Haloo kakakku yang cantik jelita nan anggun." Ucap Devan dengan mengacak rambut Salisa. Ya kakaknya itu memang tak suka bila rambutnya di acak-acak.

"Devan kenapa kau ini. Selalu mengacau pergi kau." Teriak dan marah Salisa

"Ah kakakku yang manis ini marah? Ayolah kak kenapa kau ini." Tanya Devan tak lupa rayuan gombalnya.

"Sudah sana pergi." Usir Salisa padanya

"Tak mau cium dulu pipiku, ayoo cepat. Kalau tidak aku tak mau pergi." Ujar Devan dengan suara di buat-buat yang membuat Salisa gemas dengan adiknya itu.

Cup

"Sudah cepat sana pergi bantu mama di dalam bebersih toko" suruh Salisa pada adiknya

****

Pemuda itu melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi ia kesal. Setaunya info dari Aldo gadis itu adalah cewek paling dingin dan susah untuk di dekati. Tapi kenapa ia terlihat dekat dengan cowok itu. Malah terkesan mesra? Ah ia pusing jika memikirkan hal itu.

Ia melajukan mobilnya ke sebuah apartemen ya walaupun tak semegah apartemennya. Jullian memang punya apartemen sendiri walaupun jarang ia menempatinya, hanya jika ingin.

Tok tok tok,

Suara pintu yang di ketuk membuat pemilik apartemen terganggu, pasalnya ia baru tidur tadi siang kenapa ada orang yang mengganggunya.

"Kenapa kau lama sekali buka pintunya?" Kesal Jullian pada sahabatnya itu.

"Memangnya kenapa? Serahku lah ini apartemenku." Sungut Rio tak kalah tajam

"Aku sedang kesal saat ini cepat minggir aku mau masuk." Ujar Jullian

"Seorang Jullian kesal? Siapa yang membuat kau kesal? Ha ha ha." Tanya dan tawa mengejek Rio yang menurut Jullian tambah kesal.

Rio nampak senang sekali mengejek Jullian ia pun jadi curiga siapa yang membuat sahabatnya itu uring-uringan seperti ini.

"Sudahlah aku ingin istirahat." Tukas Jullian tak ingin di tubruki pertanyaan-pertanyaan aneh dari Rio.

****

Pagi hari yang indah bagi Salisa ia sudah rindu pada kecerewetan sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Samantha gadis cantik berambut pirang sepundak itu. Namun sayang ia cerewet dan agak sedikit menyebalkan, walaupun begitu Salisa sangat menyayangi sahabatnya.

Seperti biasa dengan membawa dua kotak kue dan diantar dengan motor sport sang adik ia berangkat ke sekolah.

"Belajar yang benar ya kakakku sayang." Kata Devan sambil menepuk sayang kepala kakaknya tanpa mengacak rambutnya.

"Iya-iya sudah sana berangkat nanti telat." Ujar sang kakak

Dengan membawa dua kotak kue ia berjalan ke kantin " Selamat pagi Bibi" ujar Salisa pada wanita paruh baya itu

"Pagi Lisa taruh kuenya di meja seperti biasa ya. Sudah sana masuk kelas nanti telat." Nasehat Bibi

Pukul tujuh tepat bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran akan segera di mulai. Semua siswa siswi memasuki ruang kelasnya masing-masing.

"Ah Salisa aku lelah, ngantuk banget mana pelajaran fisika lagi. Aku ga mau ngitung-ngitung angka kaga berfaedah itu." Cerocos Samantha

"Sudahlah jangan malas ayoo semangat." Ajak Salisa supaya semangat.

Tiga jam sudah terlewat dan kini giliran waktu istirahat. Waktu yang ditunggu Samantha.

"Ayo Sal aku sudah lapar cacing di perutku sudah demo nih." Ribut Samantha kepada Salisa

Dengan malas Salisa menjawab "iya-iya kamu duluan aja, aku mau ke toilet sebentar."

Salisa berjalan terpisah dengan Samantha ia sadar ada yang mengikutinya sedari tadi namun ia cuek saja. Sebenarnya ia tahu bahwa ia sering diikuti, namun ia abaikan saja. Selagi ia tak mengganggunya, yah walaupun ini sudah sedikit mengganggunya.

****

Pemuda itu kesal lantaran tadi pagi ia harus sarapan dengan adegan mesra-mesraan gadisnya dengan cowok kemarin lagi. Sebenarnya sedekat apa gadis itu dengan lelaki itu.

Ia melihat gadisnya menuju kantin dengan membawa dua kotak kue berbincang sebentar dengan salah satu pedagang kantin, nampak akrab.

Sungguh pagi yang menyesakkan bagi Jullian. Setelah pelajaran selesai ia melihat gadisnya berjalan ke arah berbeda dengan temannya. Ia mengikuti dan sampai di depan toilet wanita. Ia menunggu gadisnya selesai.

Di tariknya gadis itu menuju taman sekolah. Sebab letaknya yang di belakang gedung kelas jadi sepi hanya beberapa siswa. Dan kebetulan hari ini sepi.

"Salju" panggil laki-laki jangkung nan tampan itu.

"Siapa yang kau panggil hah? Namaku Salisa Adriana Alan! Bukan salju" bentak perempuan itu kesal telah di ikuti oleh lelaki asing yang mengganggunya.

"Tak penting siapa namamu tapi Salju adalah namamu dariku honey" kata lelaki itu dengan smirknya

"Terserah kau!! Dan jangan ikuti aku lagi" kata gadis cantik sambil menunjuk lelaki menyebalkan itu menurutnya lalu melenggang pergi.

"Tak lama lagi kau akan jadi milikku" gumam lelaki jangkung nan tampan itu yang tak lain ialah Jullian Cello Maxel.

Holaaa ketemu thor lagi udah 900 lebih word tuh oke see you in the next chapter😍

SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang