Nah aku usahain update cepet tapi gegara semangat author kaga ada ya begini deh. Kasi semngat author dengan klik BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH ya makasii
dukungan kalian sangat berharga buat author
Jngan jadi silent riders yaa oke-----
Hening itulah keadaan di dalam mobil saat ini sekitar 15 menit tak ada yang mau mengucapkan kata untuk memulai pembicaraan atau sekedar basa basi sepasang remaja tersebut.
Entahlah apa yang mereka pikirkan.
Sampai suara pemuda jangkung itu mengalun memecah kesunyian."Kamu kenapa? Aku salah? Kayaknya aku enggak salah apa-apa deh." Jullian akhirnya mengalah sebab kalau ia tak bersuara gadis yang ada disampingnya itu tak akan menyuarakan suaranya.
"......" Senyap tak ada suara atau sautan dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan, akhirnya Jullian terpaksa menepikan mobil nya, menengok ke samping ternyata gadisnya itu melamun. Apa yang gadisnya pikirkan sehingga ia tak mendengar pertanyaan Jullian?
"Hei Lisaa kamu denger aku ngomong gak?" Tukas Jullian sambil menepuk pundak Salisa. Si empu pundak pun kaget. "Ngomong apaan? Loh ko berenti si?" Tanya Salisa dengan wajah polosnya.
"Ya kamu kan yang buat aku nepi di ajak ngomong malah diem." Balas Jullian pura-pura kesal.
"Udah cepet jalan atau gue turun!" Balas Salisa tak menghiraukan ocehan Jullian. Jullian yang mendengar pun mendengus lalu menancap gas menuju toko bunga tempat ibunya Salisa bekerja.
Tak butuh waktu yang lama mereka sudah tiba. Jullian turun membuka pintu mobil bergegas ingin membukakan pintu untuk gadisnya tapi sudah keduluan.
"Lah kok kamu buka pintu mobilnya sendiri sih? Kan aku pengen bukain. Jahat banget." Kata Jullian sambil pura-pura merajuk dengan wajah yang di buat-buat.
Salisa hanya mendengus tak lupa memutarkan bola matanya tanda ia sudah kesal dengan sikap orang satu ini. Kenapa ia harus bertemu dengan orang gila seperti Jullian?. Sebelum pintu toko bunga di buka oleh Jullian pintu sudah terlebih dahulu terbuka dari dalam.
"Kau Lisa bukan? Ah kau sudah makin besar ternyata. Bahkan aku sampai pangling melihatnya." Ucap lelaki paruh baya itu. Ya ia om Andi orang yang katanya mencintai bunda Salisa. Yah Salisa tak yakin ia mencintai ibunya sebab dapat di lihat dari wajahnya bahwa dia adalah lelaki buaya yang memikat hati wanita dengan wajah dan apalagi kalau bukan uang.
Ia juga heran padahal keluarganya juga bukan orang kaya."Oh kenapa.." belum sempat Salisa selesai menjawab Jullian dengan cepat menyela karena ia tahu Salisa tak menyukai lelaki paruh baya itu terlihat dari raut muka Salisa yang berubah. "Jangan ganggu keluarga calon istri saya. Dan pergi dari sini!" Katanya dengan dingin tak lupa penekanan intonasi di setiap katanya.
"Oh bayi kecil yang dulu merengek minta susu sudah besar ya. Sudah punya calon suami sekarang, oh baiklah aku akan kembali bekerja. Silahkan.." belum sempat kata-katanya selesai bogeman mentah sudah mendarat di bibir pria paruh baya itu. Siapa lagi kalau bukan dari Jullian? Ia sudah geram akan lelaki itu.
Jullian pov
Setelah sampai di toko bunga bunda. Ya aku memutuskan memanggil mama dengan bunda sekarang, entahlah untuk membedakan saja hehe. Salisa langsung turun begitu saja tanpa menghiraukanku. Ah baru kali ini aku di acuhkan.
"Lah kok kamu buka pintu mobilnya sendiri sih? Kan mau aku bukain. Jahat banget." Kataku sambil memasang raut muka merajuk. Tapi seperti biasa Salisa acuh akan sikapku. Mungkin dia muak atau ah entahlah.
Tak ingin ambil pusing aku menyamakan posisi dengan Salisa dan ingin membukakan pintu tapi sebelum ku buka pintu sudah terbuka dari dalam. Siapa yang datang? Jangan-jangan adiknya lagi?. Batin Jullian.
"Kau Lisa bukan? Ah kau makin besar ternyata. Bahkan aku sampai pangling melihatnya." Ucap lelaki paruh baya itu, aku baru melihatnya. Tapi kenapa wajahnya tak asing bagiku. Apa aku mengenalnya?
"Oh kenapa...". Gadisku menjawab pria itu. Oh aku tidak rela gadisku berbicara dengannya. Enak saja! Aku menyela ucapan gadisku dengan cepat. Toh ia sepertinya tak suka dengan pria tua bangka itu.
"Jangan ganggu keluarga calon istri saya. Dan pergi dari sini!" Ucapku dengan intonasi yang dingin.
Setelah itu dia pergi dengan mengomel. Masa bodo tak penting untuk mendengarkan ocehannya.
"Ngapain kau?" Suara Devan terdengar dari meja kasir. "Kau disini? Aku kesini untuk menyapa calon mertuaku kenapa? Kau tak suka?." Balasan Jullian tak kalah membuat sebal Devan.
"Bundaaa jangan biarkan dia kesini rasanya aku mau mual melihat wajahnya." Ucap Devan kepada bunda. "Sudahlah jangan bertengkar, Lisa sana ke dapur kok malah duduk." Suara lembut bunda mengalun.
"Lah emang ngapain ke dapur? Aku mau istirahat sebentar bun." Lihat gadisku begitu halus dan lembut kepada bunda. Kenapa dia dingin denganku?" Umpat Jullian dalam hati.
"His kamu ini ada pacarmu juga kesini. Sana buatin minum sama ambilin camilan gitu, Bunda gak ngajarin kamu kaya gini ya." Kata bunda. Ah bunda memang selalu mewakili perasaanku ckck. "Iya-iya Bun nih aku buatin." Dengan berat hati gadisku ke dapur.
Author pov
Setelah cukup lama mengobrol dengan Merinda, Jullian pamit pulang karena tak terasa sudah sore. Toko akan tutup dan Merinda menyuruh Jullian pulang.
"Nak, sudah sore kamu pulang yah. Nanti malah di cariin lagi sama orang tua kamu." Kata Merinda lembut. "Toko mau tutup kan Bun, ya udah aku sekalian nungguin kalian nutup toko terus aku anterin juga. Aku engga mau kalian kenapa-kenapa. Toh adik kecilku juga pasti lelah." Balas Jullian tak kalah lembut.
"Apaan sih, gak usah sok akrab deh gue gak mau naik mobil lu yak." Sarkas Devan. "Idih siapa juga yang nyuruh lu ikut mobil gue?" Sindir Jullian wkwk terlihat muka sebal Devan.
Sementara Salisa dan Bundanya beberes Jullian bermain ponsel sebentar. Membuka kamera dan klik ia memotret Salisa yang sedang menyiram bunga.
"Cantik" suara tipis Jullian. Lalu ia memposting foto itu di instagram masa bodo dengan para fans-fans nya justru malah lebih bagus kan?
~~~~BERSAMBUNGGG~~~~
Bayangin aja fotonya kaya diatas ya
Segini dulu yak ceritanya.
#STAYATHOME
#BACAWATTPAD
#DIRUMAHAJA
SEMANGAT PUASANYAAA
KAMU SEDANG MEMBACA
Salju
Romance"Salju" panggil seorang laki-laki jangkung nan tampan itu. "Siapa yang kau panggil hah? Namaku Salisa Adriana Alan! Bukan salju" bentak perempuan itu kesal telah di ikuti oleh lelaki asing yang mengganggunya akhir-akhir ini. "Tak penting siapa nama...