5. Jangan Lupa Bersyukur

4.6K 657 70
                                    

Bismillah
Selamat membaca :)

***

Hari minggu, hari yang sibuk bagi kami penghuni rumah pelangi. Biasanya menjelang pagi kami pergi mengamen hingga siang dan sore hingga petang dilanjutkan untuk kelas tambahan atau membahas tugas sekolah.

Almira berseru riang dengan adik-adiknya saat mereka membersihkan keadaan rumah pelangi. Menyapu halaman, mengepel lantai, membersihkan kaca, dan kamar mandi. Setiap minggu memang jadwal mereka untuk membersihkan rumah bersama.

Dari balik kaca mobilnya, Ali memerhatikan rumah sederhana dengan teras besar di depannya.

Tidak ada yang istimewa dari rumah tersebut, hanya sebuah gambar pelangi dengan warna cat dinding yang bahkan sudah mengelupas di beberapa sisi dan sebuah papan bertuliskan rumah pelangi.

Ujung jarinya terketuk di atas dashboar mobil. Bibirnya tergigit resah, ia menimbang-nimbang bagaimana cara menyalurkan niatnya ini untuk mengetahui identitas gadis belia tersebut. Segala macam tafsiran kemungkinan terpikir olehnya ketika ia membulatkan tekad ingin menemui gadis itu.

"Almira," gumamnya.

"Pak, mau saya yang turun untuk menemuinya?" tawar Husein.

"Tidak perlu, cukup kita pantau saja." Ali mengintrupsi, matanya tidak lepas masih memandang rumah pelangi di hadapannya.

Ketika pintu rumah itu tiba-tiba terbuka, Dia spontan merunduk, takut kalau-kalau terlihat. Namun, ketika sadar kaca film mobilnya menampilkan mode tidak tembus pandang dari luar, Dia lalu memerhatikan kembali.

Dilihatnya seorang laki-laki muda keluar membawa keranjang sampah. Dia mengenalinya sebagai salah satu anak laki-laki kembar yang dia temui saat di rumah sakit.

Mata Dia masih mengikuti langkah laki-laki itu sampai sebuah suara membuat perhatiannya pecah seketika.

"kak Fajri, tunggu."

Suara itu!

Dia membatu ketika melihat gadis yang mirip sekali dengan Emira. Seperti melihat Emira versi muda.

Tampil dengan baju potongan rumahan dan kerudung panjang berwarna abu. Di sana ... hampir 20 meter darinya, tengah mengejar laki-laki tadi. Gadis itu berlari kecil menyamakan langkah keduanya sembari mengayunkan kantong plastik besar berwarna merah.

Dia terpaku dalam satu sudut tatap. Seluruh persendiannya melemah melihat sosok yang seperti menjawab enigmanya selama ini.

"Mobil siapa tuh, Kak?"

Fajri  mengedikkan bahu. Dia lalu mengerutu, "udah tau jalanan sempit, kok parkir di situ, sih."

Kedua kakak adik itu melangkah ke sebuah bak besar beberapa meter dan kembali dengan derai tawa di wajah mereka. 

Setelah tubuh keduanya hilang di balik pintu, Ali memejamkan matanya sembari menyenderkan punggung pada kursi mobil.

Pikirannya berputar pada kejadian dahulu.

Ali memelankan langkah saat mendengar percakapan dalam ruang tamu rumahnya. Niatnya ingin membuat sang istri terkejut karena kehadirannya begitu pulang cepat malah menjadi kecurigaan yang timbul dalam hatinya.

Ali bahkan berhenti di depan pintu rumah, menempelkan kupingnya pada celah pintu yang terbuka sedikit.

"Iya, Mas, aku bahagia!"

Terdengar suara tawa dalam ruangan tersebut. Ali lalu mengintip melihat sedang berbicara dengan siapa istrinya itu.

Matanya membulat melihat laki-laki yang tidak ia harapkan sedang duduk bersebrangan dengan sang istri, terlihat sang istri yang sedang antusias bercerita.

Rumah Pelangi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang