Aku melihat pak Lucky masih tertidur pulas dipagi ini, aku segera pergi mencari-cari dimana dapurnya berada. Aku ingin membuatkannya sup, agar setelah dia bangun dari tidurnya dia bisa menyantap itu. Setelah aku selesai membuatkannya, pak Lucky masih tetap saja tertidur, ku pandangi wajahnya sebelum aku pergi, dan setelah itu kutinggalkan dia sendirian. Dan tak lupa meninggalkan secarik surat di atas meja makannya.
"Di makan ya, biar tetap semangat dan Fit, jangan sampai sakit.." Tulisku diselembar kertas.#$%^&
Aku segera bergegas ke kantor, sesampainya disana aku tetap membersihkan seluruh ruangan. Dan kemudian pria tinggi turun dari mobilnya ketika aku sedang membersihkan kaca luar.
Dia hanya melihat kearahku dengan biasa saja, karena aku tau jika semalam dia tidak menyadari keberadaanku, namun aku bersyukur dan lega.
Dari arah pintu masuk, seorang wanita dengan gaya glamournya masuk lalu menjambak rambutku, aku sontak kaget dan langsung berdiri.
"Hei, dasar pelacur, berani-berani nya kamu bersama calon suami saya, dasar perempuan tidak tau diri...!!" Ucapnya memakiku, dan ternyata ialah bu Indy.
"Maksud bu Indy apa, ya? Saya sama sekali tidak mengerti.."
"Kamu pikir saya gak tau dari pak Nurdin hah? Kamu datang ke apartmentnya dan pulang setelah menjelang pagi, dasar tidak tau diri!!" Imbuhnya sambil mempermalukan wajahku didepan semua staff serta karyawan yang lewat bahkan sampai ada yang berkumpul.
Aku segera saja berlari dan meninggalkan kantor, dan aku berjanji akan keluar dari sana dan tidak akan bekerja lagi disana, Dito, Ellen, dan Najwa yang melihatku seperti itu menguatkanku, hanya mereka yang berada disampingku. #$%^&
Semua sudah berlalu, seminggu lebih aku tidak pernah datang kesana lagi, bahkan aku keluar dengan cara tidak sopan, tapi untuk apa aku keluar dengan cara sopan, jika semua staff dan karyawan melihatku dengan cara yang menyebalkan. Dan tentang bu Indy telah aku lupakan, aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi setelah ini.
Tapi, pak Lucky, selalu ada dibenakku, selalu menghantuiku, dan terus menerus ada perasaan itu didalam hatiku. Kenapa aku bisa jatuh cinta kepadanya? Apa ini adalah hal yang salah?
Aku memilih berdiam diri, dan menyibukkan diriku dengan menulis, aku selalu menulis disebuah cafe, dan disitu aku memiliki ketenangan. Kemudian, dari arah tempat bermain anak-anak yang terlihat dari cafeku, aku melihat seorang anak perempuan sekitar 8 tahun sedang bermain, dan tiba-tiba tidak sengaja ada insiden kecil, yaitu dia menginjak kaki seorang anak kecil lainnya. Aku yang melihat itu langsung bergegas kesana, dan disaat itu seorang bapak-bapak berwajah keras, serta memiliki kumis memarahi anak perempuan yang ku lihat, anak perempuan itu kebingungan dan sendiri.
"Pak, maaf, tolong jangan berbicara seperti itu terhadap anak kecil.." Ucapku untuk membela anak perempuan itu.
"Kamu siapa? Kamu orangtuanya? Makanya kalau punya anak diurus dengan baik, jangan biarin anak jadi nakal dan manja seperti anak kamu!!" Katanya sambil bergegas berjalan pergi.
"Sayang, kamu ngga papa kan? Sini sama aku aja ya? Papa mama kamu dimana?" Tanya ku segera untuk menenangkan.
"Papa aku lagi duduk disana, Tante.. Aku lagi main aja disini, tapi gak punya temen.." Katanya dengan wajah yang polos.
"Yaudah, kamu main sama tante aja ya, kalo udah kamu pergi ke papa kamu ya.."
"Aku mau ke papa sekarang tante, tapi tante jangan kemana-mana ya.. nanti aku kesini lagi.."
"Oke sayang.."
Anak perempuan kecil itu segera bergegas pergi mengarah ke ayahnya, dan aku duduk dan membuka laptopku lagi serta melanjutkan pekerjaanku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
APA ADANYA
Non-FictionJika cinta terlalu berat untukmu, maka aku yang akan mencintaimu. Jika aku terlalu rumit untukmu, maka aku yang akan mengertimu. Jika kita adalah takdir, maka APA ADANYA kita. Hanya penerimaan yang tidak akan melakukan penolakkan, dan hanya penolakk...