Sekarang hari-hariku, hanya disibukkan dengan Kia seorang. Dia anak yang lucu dan baik hati. Dia seorang anak yang sholehah, dan mempunyai kepribadian yang ceria. Tapi, Lucky sering sekali meninggalkannya.
"Tante, kalo tante jadi bunda, Kia, gimana ya?" Tanya Kia sambil memegang wajahku.
"Kok gitu,Kia? Emangnya Kia mau tante jadi bunda,Kia?"
"Mau banget, pasti Kia sayang banget sama tante, terus tante selalu ada buat Kia.."
Aku hanya mencium pipi Kia, dan terus memeluknya. Aku memang memiliki perasaan terhadap papanya Kia, tapi apa Lucky juga punya perasaan itu?
Lucky pulang ke rumah, dan dirumahnya sudah ada aku dan Kia menunggunya.
"Uler kamu udah aku mandiin, Mas.." Kataku sambil menunjuk kearah ularnya.
"Serius, kamu bisa?"
"Bisa kok, liat aja sendiri."
Dan mulailah, Lucky bermain bersama hewan-hewan kesayangannya. Sedangkan Kia, aku suruh dia masuk ke kamar untuk membaca buku pelajaran saat itu.
"Apa kamu setiap hari sesibuk ini?" Tanyaku kepada Lucky.
"Ya, harus diwajarkanlah, Nya. Aku kerja juga buat anakku."
"Oh, kirain buat hewan kesayangan kamu.."
"Kok kamu mikirnya seperti itu??" Tanyanya dengan nada yang mulai menginterogasiku.
"Apa aku salah? Setiap hari, Kia selalu bilang pengen banget main sama kamu, dan kamu bisa ada disampingnya, dan ternyata kerjaan kamu setiap pulang pasti jengukin hewan kesayangan kamu.."
"Ini hidup aku, kamu siapa bisa mengaturnya? Ini hobby aku, kamu gak bisa maksain kehendak aku.." Ucapnya sambil memainkan ularnya.
"Oke, bilang sama Kia, aku ga akan pernah kesini lagi, kamu balikkin Kia aja ke neneknya, kamu pikir aku mau ngurusin Kia terus?" Kataku dengan emosi.
Dan aku tidak tahu, bahwa Kia mendengar apa yang aku katakan. Sebenarnya perkataan itu, aku tujukkan agar Lucky mau mengerti maksud dari ini, agar dia selalu ada untuk Kia.
"Tante jahat, Kia gak mau ketemu tante lagi, tante pergi aja!!!" Teriak Kia dengan tangisannya.
Dan disitu Lucky hanya diam dan tidak memikirkan perasaanku, dan juga malah asik dengan hewan kesayangannya. Aku yang melihat itu muak, dan langsung keluar dari rumahnya. Dan untuk Kia, maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu.#$%^&
Setelah satu bulan lebih, Lucky sudah tidak pernah memberi kabar kepadaku. Bahkan tentang Kia pun tidak, dan aku akhirnya memutuskan untuk menulis lagi di cafe itu. Dan tiba-tiba dikeramaian itu, seorang pria bertubuh tinggi seperti yang ku kenal, langsung berjalan ke arahku, ketika aku sudah membereskan barang-barangku.
"Aw, sakit, jangan kayak gini deh nariknya.." Ucapku yang kesakitan.
"Ya terus aku harus gimana lagi? Kia sakit, aku butuh kamu.. aku gak bisa tanpa kamu.." Katanya sambil melihatku dengan penuh perngharapan.
"Kamu bilang aku bukan siapa-siapa, kenapa sekarang kamu butuh aku?"
"Aku mau kamu jadi bunda, Kia.." Perintahnya dengan menatap mataku sangat dalam.
"Aku akan berubah, kalo kamu yang jadi bunda Kia, Aku janji.." Tambahnya.
"Mas, kamu jangan ngomong kaya gini, kamu ga perlu berubah karena siapapun.." Ungkapku.
"Aku mohon, kali ini maafin ucapan aku, aku mohon, Nya.." Katanya sambil berlutut dihadapanku.
"Mas, jangan gini mas, iya aku maafin kamu, aku udah maafin kamu, sekarang kita ke Kia yaa.."
Aku dan Lucky pun secepatnya bergegas untuk bertemu dengan Kia, dan rasanya aku ingin sekali menangis, mendengar Kia sedang sakit. Tapi, aku takut Kia masih marah kepadaku. Sesampai di rumah sakit, aku langsung berlari, dan masuk ke kamar dimana Kia dirawat.
"Kia sayang, ini tante sayang.. " Kataku.
"Tante, aku kangen tante.. maafin Kia ngusir tante, Kia gak mau tante pergi, Kia mau tante sama papa, dan sama Kia.."
"Iya sayang, tante sama Kia ya, sama papa juga, oke?"
"Iya tante, aku sayang tante..tante baik, aku mau punya bunda kaya tante.."
"Iya, iya. Panggil tante, bunda ya sekarang,Kia..." Kata Lucky, yang membuatku kaget.
"Beneran pa? Yeyy, aku sayang banget sama bunda Fanya.."
"Iya sayang iya.." Kataku agar aku tidak menjadi gugup.
Dan diluar kamar rawat, aku dan Lucky berdiri cukup lama, sambil berdiam diri.
Lalu, Lucky melihat ke arahku."Aku tau ini absurd banget, tapi aku suka sama kamu, cuma kamu yang bisa bikin Kia jadi lebih berwarna, dan jadi ceria.." Kata Lucky sambil memegang tanganku.
"Aku akan menikahi kamu, dan aku yakin ini emang jalan yang bener untuk kehidupan aku, aku yakin." Tambahnya lagi.
"Mas, karena aku pernah janji untuk sayang sama Kia, jadi aku juga janji untuk mengerti kamu, dan selalu ada buat Kia.." Pungkasku.
Dan Lucky langsung memeluk tubuhku yang mungil, dan aku merasa terlindungi dan aman berada dipelukkannya.
"Mas, jangan pernah ada kata meninggalkan buat Kia.."
"Iya, aku gak akan ninggalin Kia, dan juga kamu.." #$%^&*
Setelah Kia sembuh, dia jadi lebih bersemangat, dan terus aktif dalam membaca dan belajar. Aku pun turut senang melihat keadaan itu.
Lucky mendatangi aku, dan bertanya perihal pernikahan kita. Dan aku hanya menjawab seadanya.
"Kamu mau apa nanti pas kita tunangan?" Tanya Lucky yang serius.
"Mau apa gimana? Aku gak mau apa-apa..Cukup kamu yang sehat, Kia yang sehat.." Kataku dengan cepat.
"Bukan itu maksud aku, sebelum kita nikah kamu gak ada niat buat kita harus berlibur kemana, atau dimana?"
"Aku pengen deh, masukin Kia ke tempat les musik.. biar Kia punya kesibukkan.." Jawabku.
"Iya itu pasti, tapi keinginan lain, seperti kamu mau cincin yang bagus, liburan keluar negeri, atau dapet tas yang bermerk mahal?" Tanya Lucky lagi-lagi.
"Hahahaha, kamu ngomong apa sih, Mas? Ngapain kaya gituan, aku mau yang biasa aja, gak usah berlebihan" Tandasku.
"Iya sayang.." Katanya sambil mengecup pipiku.
"Kamu gak usah kasih aku yang berlebihan, Mas.. lebih baik kita nabung buat urusan kedepan.." Kataku.
"Tapi, bukankah pernikahan adalah hal terindah dan hanya sekali seumur hidup?" Tanya Lucky.
"Bukan hal itu yang buat aku seneng, tapi menikah dengan kamu yang membuat aku bahagia.. Aku sayang sama kamu, Mas.." Ucapku yang meyakinkannya.
"Kamu emang wanita yang baik, dan aku kali ini gak salah memilih kamu, buat jadi pendampingku dan menjadi bunda Kia.."
"Aku sayang kamu,Mas.." Kataku, sambil mengecup kening Lucky.
Dan Lucky membuatku bahagia dengan hari-hari yang bahagia, serta bersamanya membuat aku merasa lebih tenang..
Aku tidak salah memilihnya untuk menjadi pendamping hidupku. Karena cinta ini yang aku rasakan. Lucky yang akan aku perjuangkan untuk menjadi milikku setiap saat. Dan aku tidak akan pernah meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
APA ADANYA
Non-FictionJika cinta terlalu berat untukmu, maka aku yang akan mencintaimu. Jika aku terlalu rumit untukmu, maka aku yang akan mengertimu. Jika kita adalah takdir, maka APA ADANYA kita. Hanya penerimaan yang tidak akan melakukan penolakkan, dan hanya penolakk...