7) Pulang bareng

23 7 0
                                    

****

"VALL! GUE IKUT!!!"

Mendengar teriakan itu, aku segara menoleh ke belakang untuk memastikan siapa sebenarnya yang memanggil ku. Rupanya, dari kejauhan terlihat jelas bahwa Raynand sedang berlari ke arahku sambil sesekali melambaikan tangannya. Seperti memberi isyarat bahwa aku harus berhenti dan menunggu nya

"Gue ikut lo ya?" Ucap Raynand dengan nafas terpotong-potong

"Lho?" Aku sempat terkejut mendengarnya. Padahal aku kira dia termasuk cowok casual yang sering gonta-ganti motor. Lantas untuk apa dia ikut denganku?

"Motor gue mogok" lanjut Raynand seperti mengerti apa yang ada dalam pikiran ku.  Tak lama, ia mulai berjalan menyisakan aku sendiri di pinggir jalan

"Tunggu dong Ray!!" Aku segera mengejarnya dan berjalan di sampingnya

Skip~~

*Kevin POV

Waktu menunjukkan pukul 18.30. Ya, aku terlambat pulang. Tapi aku lega karena waktu belum menunjukkan pukul 21.00. Itu artinya, papa belum pulang

Aku berjalan menuju kamarku yang ada di lantai dua. Tapi, di sela perjalanan aku mendengar suara teriakan dari kamar mama. Karena penasaran, aku segera menempelkan telinga ku di balik pintu.

"Mama ga bermaksud kaya gitu pah, tadi mama ke kantor papa cuma mau nganterin sarapan yang ketinggalan" terdengar dengan jelas bahwa ada suara tangisan mama di dalam

"SARAPAN DOANG KAN PAPA BISA BELI DI LUAR. NGAPAIN PAKE SO SO AN NGANTERIN? MANA DANDANAN NYA KUCEL WAKTU KESANA, BIKIN MALU AJA BISANYA" bentak papa dengan nada suara sangat tinggi

"Tadi mama udah berusaha buat telepon papa, tapi ngga ada jawaban juga. Akhirnya mama mutusin buat kesana. Dan waktu sampe ternyata papaa- " mama menggantung kalimatnya. Bukan menggantung, lebih tepatnya mama seperti tak kuasa untuk berkata, sehingga hanya terdengar tangis nya yang semakin pecah

"Wajar aja papa lebih milih perempuan di luar sana. Mereka itu cantik, muda, mulus, modis. Ga kaya mama, apaan perawatan aja ga pernah" perkataan papa seperti memancing emosi ku untuk meledak

"Tapii pahh, mama kan harus ngurus rumah. Di tambah lagi, mama harus jagain Kayla. Mana ada waktu buat perawatan" mendengar suara mama yang lemah, rasanya aku ingin masuk ke dalam dan memeluknya

"Iya itu urusan mama. Usaha dong buat bikin suami bahagia bukan cuma anak doang yang di manjain" -Papa

Saat itu emosi ku sudah tak terbendung, awalnya aku berniat untuk mendobrak pintu kamar yang terkunci. Tapi Kayla tiba-tiba datang dan menahanku. Kayla, bidadari kecil kami yang selalu menderita karena sering mendengar teriakan demi teriakan yang bersumber dari rumahnya sendiri

"Jangan kak" ucap Kayla dengan mata berbinar

"Kayla gapapa?" Tanya ku sembari memeluknya

"Kayla takut kak. Kayla takut papa" ia semakin menangis. Tampaknya dari tadi ia di siksa oleh ketakutan nya sendiri

"Udah jangan nangis. Kan kakak udah pulang. Kayla mau ice cream? Ikut kakak ke depan yu?" Ajak ku guna membuat Kayla lebih tenang

"Ga mau kak, Kayla capek. Kayla mau tidur aja. Tapi Kayla mau di temenin kakak" sahut Kayla dengan sangat lemah

Aku mengangguk, dan segera membawa Kayla ke kamarnya.

Setelah membacakan dongeng untuk kayla, rasa iba dalam benakku timbul. Kayla Putri Carrola, anak berusia 5 tahun yang sudah merasa hancur karena suasana rumah. Rumah yang seharusnya menjadi tempat bermain untuknya. Rumah yang seharusnya menjadi syurga kecilnya.

Setelah mengira bahwa Kayla sudah tertidur pulas, aku segera menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Tapi, setelah selesai berganti pakaian, emosi ku belum juga mereda. Aku memutuskan untuk turun ke bawah dan melihat keadaan mama sekarang

Setelah sampai dan memeriksa seisi kamar, aku tidak melihat tanda-tanda keberadaan mama dan papa. Untuk kali ini, aku benar-benar tidak tahu ke tempat mana lagi papa akan membawa mama menemui selingkuhannya.

Tanganku tiba-tiba mengepal. Ragaku melayang. Air mata ku mengalir. Jiwa ku bergetar. Sampai kapan? Sampai kapan aku terlepas dari siksaan ini?

Malam itu, aku berlari di bawah derasnya hujan. Berusaha meluapkan semua emosi yang tak sempat tercurahkan. Berteriak di sebuah tempat yang penuh kehampaan, berharap bahwa sedikit beban akan menghilang.

"Kevin?" Suara lembut memanggil namaku. Entah siapa itu, yang jelas aku hanya ingin sendiri

Sebuah payung tiba-tiba menjadi peneduh dari air hujan yang sedari tadi mengguyur badanku. Aku melihat ada seorang wanita yang berdiri di sebelahku

"Kevin lo gapapa? Kenapa hujan hujanan kaya gini?" Ucap Vallicia sambil menggigil

"Lo ngapain disini?" Tanyaku kepada gadis manis berponi itu

"Rumah gue di daerah sini. Terus tadi mau ke apotek depan buat beli obatnya nenek yang udah abis, telat kontrol sih katanya" jelas Vallicia kepada ku

"Yauda pulang sana. Ujan nya makin deras. Atau mau gue anter pulang?" Aku mencoba menawarkan diri untuk mengantar nya pulang

"Lo belum jawab pertanyaan gue. Ngapain ujan ujanan? Mana teriak teriak lagi kaya orang ga waras" Tanya Vallicia yang terlihat sangat penasaran

"Eh iya, soal tadi siang maaf gue pulang duluan. Tadi ada urusan mendadak, jadinya gue ga nungguin lo dulu" Ucapku dengan penuh penyesalan

"Gue minta lo jawab dulu pertanyaan gue Vin" kekeh Vallicia memaksa ku untuk berkata terus terang

"Ga ada apa-apa, tadi cuma latihan drama aja. Gue nyari tempat yang sepi biar menghayati hahahaha" balas ku berniat mencairkan suasana

"Ih apaan sih"

"Ikut gue ke rumah ya? Kita bicarain semuanya disana" Vallicia menarik ku dengan sangat lembut

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Don't forget to vote and comment guys ^^ dukungan kalian sangat memotivasi saya 😍

WRONG LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang