"Kak agnes kok udah pulang?" Tanya Natha setelah masuk ke mobil Agnes.
Agnes tersenyum, "Emang gak boleh?"
Natha terkekeh, "Boleh sih."
Agnes menjalankan mobilnya, sambil mengobrol dan bercanda bersama Natha. Karena Nathan berpesan, harus selalu membuatnya tertawa bahagia. Lagipula, momen ini tak akan terulang setiap hari, karena Agnes yang sibuk dengan pekerjaannya. Kadangkala ia hanya pulang 3 bulan sekali.
"Lho kok kesini Kak?
Agnes menoleh, "kita jalan-jalan dulu,"
"Gak mau, ah" tolak Natha membuat Agnes mengkerutkan dahinya.
"Kenapa?"
"Nanti Kakak, maksa Natha buat beli barang lagi."
Agnes tergelak, dia kira kenapa. Ternyata hanya tak mau dipaksa membeli barang. Padahal, seorang perempuan kan suka sekali diajak ke mall, apalagi ditraktir belanja sepuasnya.
Tapi, Natha berbeda. Karena Natha cukup tau diri, tak mau menuntut hal berlebih dari keluarga Agnes. Diijinkan tinggal dirumahnya pun sudah untung. Selain itu, seringkali Arka menyindir bahwa Natha itu matre setiap kali dibelikan sesuatu oleh Agnes. Padahal, bukan Natha yang memintanya, melainkan Agnes lah yang membelinya sendiri.
"Langsung pulang aja. Natha juga masih banyak tugas sekolah,"
"Enggak. Ya udah guejanji deh gak akan maksa lo beli barang, kita main aja di Timezone. Lagian gue mumet sama pekerjaan kantor, main buat refreshing boleh dong?"
"Oke deh," ucap Natha dengan mengacungkan jempolnya.
Agnes, si wanita karir yang umurnya sudah dewasa, namun kelakuannya seperti anak remaja. Bahkan kadang, ia tak mau dipanggil kakak, karena ia tak mau disangka tua. Bisa dibilang, Agnes itu wanita dewasa yang gaul, tak seperti wanita dewasa pada umumnya.
🌠🌠🌠
Tak terasa sekitar 2 jam Natha dan Agnes bermain di Timezone. Cacing-cacing di perut pun mulai rewel meminta jatah makan siang. Hingga, mereka pun harus menghentikan permainan, dan segera mengisi perut agar tidak terus bersuara.Tadinya Agnes ingin mengajak ke sebuah restoran, namun Natha menolak. Ia memilih makanan yang tak terlalu mahal di cafe mall ini. Mau tak mau, Agnes pun mengikuti keinginan Natha.
"Arka masih suka judes gak?" Tanya Agnes sembari menggulung spaghetti nya.
"Nggak, dia baik." Matanya tak berani menatap mata Agnes, karena ia sadar, ucapannya bohong.
Agnes tersenyum, tau Natha sedang membohongi dirinya.
"Bohong." Ucapnya membantah jawaban Natha.
"Nggak," elak Natha.
"Bohong."
"Nggak,"
"Ngaku aja, bohong."
"Gak bohong."
"Ketahuan bohongnya."
"Kelihatan jelas ya?" Tanya Natha polos.
"Tuh, kan bener bohong!" Seru Agnes membuat Natha semakin terpojok.
"Eh," Natha menutup mulutnya, meralat ucapan tadi. Itu sama saja dia mengaku berbohong.
Agnes tergelak, gadis dihadapannya ini benar-benar polos. Bahkan, untuk berbohong pun dia tak punya bakat.
"Nanti gue bilangin deh sama si Arka, jangan judes-judes kalo sama tunangannya."
"Jangan,"
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
Teen FictionGadis itu, Natha. Selalu tersenyum setiap ku sakiti. Aneh, itulah pendapatku tentangnya. Namun aku tak tahu, berjuta rahasia yang ia sembunyikan sendiri. Rahasia yang baru ku ketahui saat ini. Natha, dia adalah gadis munafik. Terlalu munafik karena...