BAB-21

72.2K 3.7K 62
                                    

Ketika mendengar suara itu tubuhnya menegang dan sebulir kristal jatuh dari pelupuk matanya.

"Eva?"

"Makan sana, jangan buat umi khawatir kasian dia kamu bukan anak kecil lagi"

"Va aku minta ma...."

Tut...tut...tut sambungan terputus ada rasa bersalah terpampang jelas di wajahnya. Umi menyuapi Romi.
.
.
.
.
Di tempat yang berbeda Eva menangis ketika mendengar kabar bahwa Romi tidak mau makan tanpa dirinya yang menyuapi.

"Maafin aku Rom, ini semua gara-gara keegoisan kamu sendiri"

Ia mengelus perutnya yang masih rata itu.

"Maafin ibu nak, ibau harus jauhin kamu sama ayah kamu sendiri"
.
.
.
.
Waktu cepat berlalu kini usia kandungan Aluna sudah menginjak usia 9 bulan.

"Udah 9 bulan aja yah sayang aku gak sabar kira-kira anak kita perempuan atau laki-laki yah?"

"Yang penting selamat mas"

Yusuf mendengarkan gerakan yang ada di perut Aluna. Tiba-tiba saja Aluna mencengkram kemeja Yusuf sambil meringis kesakitan.

"Aluna kamu kenapa sayang?"

"Aku gpp mas cuma mules aja"

"Kamu yakin?"

Ia mengangguk untuk meyakinkan yusuf bahwa kondisinya baik-baik saja, tapi sepertinya rasa sakitnya semakin jadi membuat Yusuf khawatir.

"Kita ke rumah sakit yah"

Yusuf menggendong Aluna ala bridal style, sesekali Aluna meringis kesakitan. Dalam perjalanan Yusuf menghubungi keluarga besarnya, mereka sudah sampai di rumah sakit dan Aluna masuk ke dalam ruangan bersalin Yusuf menemaninya juga.

"Gimana dok?"

"Ini baru pembukaan 2 jadi ibu Aluna akan kami rawat di ruang rawat dulu"

Aluna di pindahkan ke dalam ruang rawat, mereka terus menemani Aluna yang kadang-kadang meringis kesakitan.

"Sakit mas" kali ini Aluna menangis karena rasanya begitu menyakitkan.

"Pak Yusuf apa saya bicara berdua"

Yusuf dan dokter keluar dari ruangan rawat Aluna.

"Ada apa dok? Apa yang terjadi sama istri saya"

"Karena bayi yang di kandungan ibu Aluna kembar jadi saya sarankan untuk operasi karena kondisinya sudah tidak memungkinkan, jika di paksa ibu Aluna bisa saja meninggal" penuturan dokter membuatnya sedih ia menarik nafas panjang.

"Lakukan operasi saja dok"
.
.
.
.
Setelah 4 jam operasi berlangsung akhirnya bayi yang mereka berdua idamkan sudah ada diantara mereka,dua bayi perempuan mungil dengan berat 3.5 kg dan panjang 50 cm yang sama membuat kehidupan mereka jauh lebih sempurna.

"Makasih yah sayang" mengecup kening Aluna.

"Iya mas, mau di kasih nama siapa mas?" mereka belum memberikan nama untuk kedua buah hati mereka yang baru terlahir ke dunia ini.

"Kirana dan Kinara"

"Nama yang bagus mas"

Kedua anak mereka sedang tidur dan Aluna sedang menghubungi seseorang.

"Please pulang gua mohon gua udah maafin lo"

"Maaf gua gak bisa, gua terlanjur kecewa sama dia lun"

"Kalo gak lo, pikirin anak lo"

"Kalo lo nelpon gua cuma buat ini, mendingan jangan hubungin gua lagi"

"Hallo....hallo"

Ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, mendengar tangisan anaknya Aluna langsung mengambilnya dan memberikan susu.

"Anak mama haus yah" mengelus kepalanya lembut, pintu ruangannya terbuka.

"Sayang ini aku bawain makan" Yusuf terdiam ketika melihat Aluna tengah menyusui anaknya.

"Ya ampun mas, sana jangan liat" menutupi buah dadanya dengan selimut.

"Emang kenapa, mas udah sering liat ko punya kamu, apalagi mas udah pegang sama rasain"

Mulut Aluna menganga membentuk huruf O, kenapa Yusuf begitu mesum?

"Kok mas mesum banget sih mas"

"Emang kamu baru tau yah"

Aluna bergidik ngeri ia fokus menyusui anaknya, Yusuf menyiapkan makan untuk Aluna.

"Gimana dia mau pulang?"

"Dia gak mau mas malahan tadi dia marah"

"Terus mau gimana?"

"Coba kamu bilang sama Romi susulin dia mas" usul Aluna pada sang suami.

"Itu juga kalo dia mau, dan kalo papi izinin"

"Gak ada salahnya coba dulu, lagian kan dia lagi Hamil mas pikirin anaknya"

"Kamu ada benarnya juga, sekarang dia ada dimana?"
.
.
.
.
Edinburgh, Eropa musim dingin harus ia lalui sendiri dengan perut yang mulai membuncit.

"Hai Eva" teman kerjanya menyapa lalu mengelus perutnya yang membuncit.

"Semoga dia baik-baik saja yah, bagaimana dengan ayahnya" seseorang menanyakan suami Eva.

"Kami sudah bercerai" jawabnha singkat.

"Kami tidak bercerai, aku hanya sibuk dan sampai membuatnya berkata seperti itu"

Eva membalikan tubuhnya untuk melihat siapa yang berbicara seperti itu, dan ternyata

"Romi, ngapain kamu kesini? Pasti kamu tau aku disini dari Aluna?"

"Udah nanyanya ayok" Romi menarik tangan Eva untuk ikut dengannya.

"Pelan-pelan Romi kaki aku sakit"

Romi berhenti, lalu berjongkok di depan perut bencit Eva.

"Maafin papa yah nak papa egois, kamu mau kan maafin papa. Bilangin sama Mama kalo papa cinta sama sayang banget sama dia"

CINTA DUDA KERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang