"di umur 19 kamu menyadari bahwa terkadang diremehkan itu sebenarnya cambuk untuk bergerak maju."AWALNYA kamera itu menyorot langit-langit kamar bernuansa putih-hitam, hingga beberapa detik kemudian kamera itu bergeser menampilkan wajah perempuan bermata cokelat jernih. Perempuan itu tampak sedang sibuk mengatur posisi kamera.
"Aduh, gendut. Double chin gue kemana-mana," keluhnya, lalu sedetik kemudian dia berujar, "Ah, bodo amat. Double chin gue tetep beautiful."
Perempuan itu terkekeh kecil sebelum akhirnya ia menunjukkan wajah yang lebih serius dan berwibawa di depan kamera. Perempuan itu menarik pasokan oksigen ke dalam rongga dadanya yang terasa sesak, lalu lengkungan senyum manis serta lambaian tangan pun dilakukannya di depan kamera.
"Halo, Guys! Kembali lagi di channelnya La–," ucapannya terhenti, "Gak, maksud gue kembali lagi bareng Ama di sini. Sorry banget hari ini gue gak upload cover lagu dulu karena ada hal penting yang mau gue omongin."
Kamera tetap menyorot perempuan bernama Ama itu. Ama yang kini duduk diam seolah sedang berpikir, seolah sedang menimbang sesuatu, kemudian ia tersenyum, seolah sudah memantapkan hati pada 'hal penting' yang akan ia katakan.
"Gak usah banyak prolog, gue langsung mulai dari awal," ucap Ama. "Semua dimulai waktu gue lulus SMA...."
KAMU SEDANG MEMBACA
di umur 19
Teen FictionSendirian. Ama sudah terbiasa. Sejak setahun yang lalu dirinya gagal masuk universitas, Ama jadi mengerti kalau dunia sehabis SMA itu benar-benar beda dari yang ia bayangkan. Ama mulai mendapat pertanyaan: "Kapan punya pacar?" (Ama selalu jawab, gak...