"di umur 19, kamu menyadari bahwa banyak hal yang belum kamu ketahui dan pelajari, tapi tak apa, jangan telan semuanya dalam satu malam. satu persatu. tarik napas dalam-dalam. hari ini akan bermakna, percayalah."
Sejak pesta kecil-kecilan atas keberhasilan Rendra yang berujung drama, Ama merasa Rendra berubah. Laki-laki itu lebih sering menjauh, tidak melihat di matanya, dan tidak mengunjungi studio lagi, padahal album Ama sebentar lagi akan selesai.
Seperti siang ini, ketika Ama baru saja menyelesaikan kelas paginya.
Ama sedang berjalan bersama Tama ketika dirinya melihat Rendra sedang berjalan bersama teman sejurusannya. "Rendra!" panggil Ama dengan lantang.
Rendra menoleh, lalu melambaikan tangannya dengan canggung. Kemudian, tanpa menghampiri Ama, Rendra langsung berlalu begitu saja.
Ama menghela napas, lalu cemberut.
"Kenapa?" tanya Tari.
Ama menggelengkan kepalanya. "Ayo ke kantin."
Malamnya, Ama menyelesaikan albumnya seorang diri di studio. Ama merasa ada yang beda dengan keabsenan Rendra, namun dia memilih memendamnya. Meski dengan memendam tidak akan membuat semuanya baik-baik saja.
Karena keheningan ini sungguh membuat tidak nyaman, Ama memanggil satu-satunya orang yang bisa diajak ngobrol, Lestari. Perempuan itu sedang libur dari kerjaannya menjadi tukang antar makanan. Dengan umpan ayam sebasket, Tari datang dengan senyum lebar dan perut lapar.
"Tumben, biasanya kamu sama Rendra," celetuk Tari sambil menurunkan tasnya ke lantai studio.
Ama melirik garang Tari, membuat Tari menekap mulutnya. Kalau dia tidak menutup mulutnya yang seperti keran bocor ini, Tari tidak akan mendapat ayam yang ia inginkan. Yah, bukan berarti Tari ke sini hanya karena itu, sih, Tari juga ingin menemani Ama.
Tari kemudian menanyakan hal lain yang sekiranya bisa membuat perasaan Ama membaik. Juga, menceritakan tentang kegiatan di kampus mereka, tentang launching album Ama akhir bulan ini. Hingga akhirnya, Ama mulai membaik dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dalam pikirannya.
"Rendra ngejauh dari gue, Tar," mulai Ama.
Tari sudah siap dengan ayam di tangannya.
"Gue gak tau salah gue apa," tandas Ama, menutup buku catatannya lalu memeluk dirinya sendiri. "Bahkan Rendra gak mau ngobrol lagi atau sekedar bales pesan gue lagi. Gak ada Rendra di sini, gue ngerasa...."
"Sepi?" tanya Tari.
Ama diam, lalu mengambil ayam dan melahapnya.
Bila semua orang melihat sikap Ama, bahkan Tari, pun tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, namun orang yang merasakan tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebuah ironi, tapi memang begitulah keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
di umur 19
Teen FictionSendirian. Ama sudah terbiasa. Sejak setahun yang lalu dirinya gagal masuk universitas, Ama jadi mengerti kalau dunia sehabis SMA itu benar-benar beda dari yang ia bayangkan. Ama mulai mendapat pertanyaan: "Kapan punya pacar?" (Ama selalu jawab, gak...