Keluar masuk bar merupakan kegiatan rutin yang sudah Raditya lakukan selama bertahun-tahun ia hidup di bumi. Bahkan surat panggilan dari sekolah yang kerapkali datang menghampiri seolah tak mampu membuatnya jera. Malah, ia semakin sering melakukan aksinya. Tak peduli bahwa dunia menganggapnya sebagai sampah masyarakat, atau kedua orangtuanya menganggap pemuda itu sebagai sebuah kegagalan yang sepatutnya mereka hilangkan, Raditya akan semakin meliar.
Hal ini tentu bukan semata-mata ia ingin mendapatkan perhatian dari siapapun. Tujuan utama pemuda itu hanyalah terbebas dari pedihnya hidup yang kian terasa di lubuk hatinya; menggores setiap senti di dalam relung hatinya. Semua itu ia lakukan hanya sebagai pengalihan dikala dirinya tak lagi bisa melakukan apapun untuk menahan semua rasa sesak yang membucah di dalam hati.
Sama seperti malam-malam sebelumnya, kali ini pun, Raditya berjalan terhuyung di trotoar. Bahkan sesekali tubuh itu menabrak dinding atau pembatas jalan yang ada di dekatnya. Pandangan Raditya semakin memburam seiring langkahnya memberat. Mengulurkan tangan mencari bantuan untuk penyangga tubuhnya agar tak jatuh, yang Raditya dapatkan nyatanya di luar ekspektasi si pemuda. Sebuah tangan menggenggam pergelangan tangannya, sedangkan tubuhnya direngkuh agar lebih mendekat.
Raditya tak tahu pasti siapa yang membantunya karena yang ia lihat hanyalah keburaman saja. Yang ia ingat hanyalah parfum vanilla yang begitu khas menguar dari tubuh orang tersebut. Raditya tersenyum dalam lamunannya, menikmati kenyamanan pada wangi parfum yang menggiurkan.
"Aduh, Mas, kalau habis minum, jangan pulang sendirian dong." Suara seorang gadis mengalun masuk ke indera pendengarannya.
Lembut dan hangat.
Tak pernah sebelumnya seseorang memperlakukan dirinya begitu lembut.
"Kalau gini, 'kan saya juga bingung harus bawa mas kemana."
Raditya terkekeh. "Bawa gue ke rumah lo aja kalau gitu?"
Sesaat gadis itu menoleh, menatap Raditya yang masih meracau tak jelas, sebelum akhirnya menarik kedua sudut bibirnya sehingga membentuk sebuah kurva yang terlihat begitu manis. "Mas bisa di tendang dari rumah sama orangtua saya."
:::
KAMU SEDANG MEMBACA
BBS ( 1 ) - We Are Bangsat Boys [ ✔ ]
FanfictionBook One of Bangsat Boys Series We are Bangsat Boys We are fams. The real fams. And we protect each other.