Hallo, Mr. Saputra

204 40 1
                                    

Plak!

"Udah Mama bilang, kamu itu perempuan!"

Felix Saputra mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan keras dari sang Ibunda. Tatapan matanya kosong, menatap lekat ke arah lantai yang sedang dipijaknya.

Sudah biasa bagi Felix mendapatkan umpatan seperti itu dari Ibunya. Bahkan tubuhnya sudah terbiasa mendapatkan pukulan. Ia tak peduli lagi seberapa banyak keburukan yang dilakukan sang ibu, Felix tetap menyayanginya.

Keingingan sang Ibunda untuk memiliki seorang anak perempuan tak pernah terkabul sehingga Beliau kerapkali melampiaskan hal tersebut pada Felix, putra semata wayangnya. Tak jarang Beliau memerintahkan Felix menggunakan pakaian perempuan dan berdandan layaknya perempuan. Sama persis seperti yang Ibundanya inginkan.

Dan kali ini, Beliau marah besar karena melihat Felix tak lagi mengenakan pakaian perempuan yang ia belikan.

Felix muak sebenarnya, namun apa yang bisa ia lakukan selain diam menurut?

Ia paham betul bagaimana perasaan sang Ibu kala bayi perempuan yang dikandungnya harus pergi karena kesalahan yang diperbuat oleh sang ayah. Bahkan ayahnya pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab.

Trauma yang di alami ibunya cukup membuat Beliau berubah begitu drastis. Kelembutan yang selalu ia berikan menghilang, digantikan dengan kekasaran kala si pemuda membantah untuk mengenakan pakaian yang diinginkannya.

Felix tersenyum miris begitu kalimat umpatan kembali ia dengar. Perlahan, kepalanya mendongak, memberanikan diri menatap wanita itu yang masih terlihat murka.

"Maaf, Ma. Felix gak akan ulangi lagi."

Ibunya mengangguk-anggukkan kepala. "Ya, bagus. Sadari posisi kamu, Fel."

:::

Bruk

"Ah, maaf!"

Felix tak merespon. Yang ia lakukan hanya diam di sana menatap gadis yang baru saja menabraknya tersebut. Manik mata si pemuda melebar, seakan tak percaya dengan sosok yang ada di hadapannya.

Senyum manis,

Mata bulat,

Pipi gembil,

Sama persis seperti dirinya.

Felix merasa jika kini dirinya tengah bercermin. Karena gadis di hadapannya, sama persis, seolah-olah bahwa gadis itu adalah dirinya di gender yang berbeda.

Si pemuda gelagapan. Jemari lentiknya memainkan ujung rambut palsu yang ia kenakan, dan wajah memerah; menunduk dalam, enggan untuk menatap gadis yang kini telah menampilkan ekspresi bertanya.

"Kita mirip." Kekehan terdengar, sangat manis. "Tuan cocok sama baju itu."

Felix kembali tertegun.

"Ayo saling kenal satu sama lain."

Felix tahu, ini bukanlah sesuatu yang baik untuk dirinya. Dan ia sadar, bahwa mungkin saja, gadis itu mampu menghancurkannya lebih banyak lagi.

:::

BBS ( 1 ) - We Are Bangsat Boys [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang