Dua Belas

464 25 3
                                    

Nyanyian dari siswa kelas dua belas Keagamaan 1 di gazebo membuat ramai. Beberapa siswa dari kelas lain juga ada yang bergabung bahkan beberapa dari gadis-gadis di sekolah juga ikut bergabung. Mereka semua duduk di atas gazebo tepat di depan kelasku. Saat ini sedang jam istirahat kedua dan kali ini kantin ramai.

Aku sedang di kantin. Kalau tidak lapar, aku tidak akan ke kantin. Aku tidak suka dengan keramaian. Aku duduk di salah satu kursi yang sudah disediakan oleh pemilik kantin untuk pembelinya dan kebetulan kursi yang aku duduki tidak jauh dari gazebo.

Aku sejak tadi diam-diam memerhatikan Dewa, hitung-hitungan sambil menunggu Rina memesankan aku makanan. Dewa pun juga begitu, kadang dia tersenyum jika pandangan mata kami berdua bertemu.

Sepiring nasi kuning juga dua gelas air mineral kemasan tiba-tiba muncul di hadapanku. Aku pun langsung mendongak, melihat Rina yang sudah datang membawakanku makanan. Aku mengucapkan terima kasih padanya, lalu menyantap makanan tersebut.

“Kau merepotkan, sungguh demi apa pun kau merepotkanku.” Dumel Rina.

“Maaf, anggap saja kau sedang melaksanakan amal perbuatan. Kalau kau ikhlas juga kau pasti dapat banyak pahala.”

Rina malah mengerucutkan bibirnya.

Saat aku dan Rina sedang asyik makan, Dika datang, membuat aku menghentikan makanku sejenak, dia membawa sepiring nasi kuning dan sebotol air mineral, tanpa berkata apa-apa, dia langsung menarik kursi di sampingku, kemudian duduk.

“Aku boleh duduk di sini?” tanyanya saat dia sudah duduk.

Aneh, nanti sudah duduk baru bertanya boleh duduk atau tidak. Aku kembali memakan nasiku.

“Kau tidak suka sama bawang goreng?” Dika tiba-tiba bertanya. Entah pada siapa, padaku atau pada Rina karena kami berdua sama-sama tidak suka sama bawang goreng.

“Kau tanya siapa, aku atau Aisyah?” Rina bertanya balik pada Dika.

“Aisyah yang kutanya, bukan kau. Mustahil kalau aku bertanya padamu.”

Rina mengerucutkan bibirnya, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kutahu, dia pasti kesal pada Dika. Aku terkekeh pelan melihatnya.

“Iya. Memangnya kenapa?”

“Daripada mubazir kasih ke aku saja. Boleh?.”

Aku tersenyum. Kupindahkan bawang goreng yang tadi kukumpul di pinggir piring ke piring Dika. Setelah itu aku melanjutkan makanku.

🖤🖤🖤

Saat aku masuk di kelas, semua orang menatap aku dengan senyum jail mereka. Aku tak tahu mengapa mereka tersenyum seperti itu kepadaku, tapi yang aku tahu, aku akan mendapat ejekkan dari mereka. Terbukti dari senyum jail yang mereka punya. Sepertinya kali ini aku yang akan menjadi korban kejailan mereka, setelah kemarin Indah yang kena.

“Oh ...!!! Jadi di kelas kita ada yang diam-diam pacaran?”

Aku tak peduli. Aku mengangkat kedua bahuku acuh. Namun, seakan ingat sesuatu, aku segera mengambil ponselku di tangan Maya. Tak berapa lama pipiku bersemu merah ketika melihat ada pesan dari Dewa dan mereka semua membacanya.

Ah ... teman sekelasku semua sudah tahu jika aku berteman dengan Dewa. Kubaca pesan dari Dewa.

Dewa : Sudah selesai makannya? Setelah selesai makan langsung masuk ke kelas karena aku tidak suka melihatmu makan berdua dengan Dika.

Ya Allah ... pesan dari Dewa sudah temanku baca semua. Sekarang mereka telah mengetahuinya.

Ponselku kembali bergetar menandakan ada pesan masuk dan itu lagi lagi dari Dewa. Kubaca pesan itu, pesan yang mampu membuat aku tersenyum.

Dewa✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang