SEBELUM BACA JANGAN LUPA KLIK GAMBAR BINTANG POJOK KIRI YEEE!!! ⭐⭐⭐
🖤🖤🖤
Kabar kedekatanku dengan Dewa sudah tersebar luas, hampir seluruh siswa di sekolah tahu, apalagi Dewa termasuk siswa yang terkenal karena akhlaknya yang baik. Saat aku sedang berjalan di koridor sekolah, ada salah satu siswi kelas sepuluh memanggilku, membuat aku terpaksa harus menghentikan langkah kakiku.
“Ada apa?,” Tanyaku pada siswi yang tadi memanggilku.
“Kak Aisyah benar dekat sama Kak Dewa?.” Pertanyaannya membuatku mengernyitkan dahiku.
“Kami berdua hanya berteman,” jawabku.
“Oh, maaf ya, Kak.” Siswi itu langsung pergi dari hadapanku, tanpa pamit.
Ada-ada saja. Aku kembali melanjutkan langkah kakiku hingga sampai di kelas. Besok ujian semester dimulai, aku hari ini kami sekelas akan belajar di kantin sepulang sekolah. Kebetulan sekali kalau waktu pulang kantin sudah tutup dan kami bisa bebas.
Aku sudah tak sabar menunggu besok, jantung dag dig dug tak menentu ketika mengingat kalau besok itu kami ujian semester, ditambah lagi dengan aku yang se-ruangan dengan Dewa.
🖤🖤🖤
Dewa tiba-tiba datang di kelasku tanpa memberitahu padaku terlebih dahulu, dia bahkan langsung masuk di kelasku tak peduli jika di kelasku semua penghuninya adalah perempuan. Dan Dewa sama sekali tak peduli dengan teman sekelasku yang mengoceh akibat kedatangannya yang secara tiba-tiba itu.
Aku langsung bangkit dari dudukku ketika kulihat mata Dewa terus menatap lurus padaku. Kuhampiri dia, bertanya kenapa dia datang ke kelasku tanpa memberitahukan terlebih dahulu padaku.
“Aku kemari mau menjemputmu,” katanya menjawab pertanyaanku.
“Menjemputku?! Aku tidak bisa, Dewa,” Balasku.
“Kenapa tidak bisa?”
“Aku ada-“
Ucapanku terpotong oleh Dewa yang berkata, “Kumohon, kita pulang. Aku tiba-tiba ingin minum es teh buatanmu.”
Dewa menunjukkan wajah memelasnya, membuatku tidak kuasa melihat wajahnya. Kupasang juga ekspresi memelasku sebagai tanda kalau aku tak bisa pulang. Aku tidak mau ingkar janji dengan teman-temanku, kami semua sudah janjian untuk belajar bersama pulang sekolah ini.
“Ayolah, Aisyah! Aku belum pernah mencoba es teh buatan tangan kita berdua.”
“Tidak bisa, Dewa,” Tolakku secara halus.
“Sudahlah, pergi saja. Sebagai teman yang baik, kami memberi ruang pada teman yang sedang PDKT.” Timpal Susi tiba-tiba membuatku melebarkan mata tak percaya.
“Kita cuma teman,” ujarku.
“Tidak apa, Aisyah. Pergi saja, toh juga banyak yang tidak ikut.” Mitha ikut menimpali.
“Ya sudah,” Putusku.
“Ayo!” Dewa langsung mengajakku keluar.
Saat masih di depan kelas, Dewa menyuruhku berhenti. Dia mengeluarkan kain putih berbentuk segitiga dari dalam tasnya. Kalau dilihat-lihat kain itu seperti mitela, salah satu perlengkapan organisasi PMR yaitu organisasi yang kuikuti.
“Kau dapat itu dari mana?.” Sungguh aku bingung Dewa mendapatkan itu dari mana, karena kunci UKS saat ini ada padaku.
“Di laci meja tadi, tidak tahu itu meja siap,” Jawabnya sambil mengikat ujung mitela di pergelangan tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa✔️
Teen FictionKupersembahkan ini untukmu Seorang yang kudamba Seorang yang kurindu Tapi tidak merindukan ku Yang kusebut Dewa Amor Ini adalah kisah seorang gadis bernama Aisyah yang mencintai lelaki bernama Dewa. Mencintai tapi tidak dicintai, merindukan tapi tid...