Empat

669 42 8
                                    

Saat ini guru mata pelajaran di kelasku tidak masuk. Ustadzah Aminah, guru mata pelajaran bahasa arab itu hanya memberikan kami tugas kemudian keluar dari kelas. Teman-teman sekelasku langsung pindah di belakang untuk tidur. Kebetulan di kelas kami ini ada karpet yang kami siapkan untuk tidur-tidur kalau sedang tak ada guru.

Waktu istirahat pertama sudah tidak lama lagi. Aku memilih duduk di bangkuku sendiri seraya mendengarkan lagu-lagu populer saat ini. Sementara Sarah, menyontek tugas bahasa arab padaku.

Pintu kelasku tiba-tiba diketuk, aku hanya diam. Menunggu salah satu di antara dua puluh sembilan orang kami di kelas untuk membukakan pintu.

"Siapa?" suara cempreng Rina berteriak, bertanya pada orang yang mengetuk pintu kelas kami tadi.

Semuanya yang sedang tidur-tiduran bangun.

"Ini aku. Dewa."

"Tunggu bentar kita lagi pasang jilbab."

Tiba-tiba Auliyah memukul kepala Rina. "Jangan dibilang, Setan."

"Sesama Setan tidak boleh bilang Setan."

Dari pada melihat mereka berdua berdebat juga tak ada yang beranjak satu pun untuk membuka pintu, aku pun beranja dari dudukku untuk membukakan Dewa pintu.

Saat kubuka, ternyata Dewa tidak sendiri, dia bersama dengan Ayu teman satu organisasinya di OSIS. Rumornya kalau Ayu ini juga suka sama Dewa. Aku sih tak tahu itu benar atau hanya hoax semata.

"Astaghfirullah...."

Aku langsung memutar bola mataku jengah, ketika kutahu kalau Dewa kembali memulai aksinya untuk berpura-pura bermusuhan denganku.

"Ada apa?" tanyaku pada Ayu.

"Kita berdua mau minta sumbangan." Bukannya Ayu yang menjawab, tapi malah Dewa.

"Bukan kau yang kutanya." Ketusku.

Dewa langsung diam. Sebelum kupersilakan mereka masuk, aku menengok ke dalam, memberikan isyarat kepada teman-teman kelasku jika Ayu dan Dewa akan masuk ke dalam kelas, setelah mendapatkan izin dari mereka semua, aku menyilakan Ayu juga Dewa masuk ke dalam.

Kami semua duduk di bangku, ada yang duduk di bangku masing-masing dan ada pula tidak.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...."

Setelah Ayu dan Dewa memberi salam, mereka kemudian menjelaskan tujuan mereka datang di kelas. Mereka berdua meminta sumbangan untuk persiapan satu Muharram nanti.

Dewa bertugas berkeliling untuk meminta sumbangan pada kami. Saat sudah di hadapanku, kukeluarkan semua uang jajanku, lalu memberikan semuanya.

Dewa yang melihatku hanya mampu menatapku tajam sebagai teguran, dia tak bisa mengeluarkan suaranya untuk menegurku. Aku tersenyum ke arahnya beberapa detik.

Dewa langsung melesat, menghampiri Ayu.

"Terima kasih, untuk sumbangannya semoga ini bisa menjadi amal buat teman-teman semua. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...."

Dewa dan Ayu kemudian keluar. Baru beberapa menit mereka keluar, ponselku berbunyi.

Dewa : Semua uang jajanmu kau sumbangkan, lalu bagaimana nanti kalau kau lapar?

Aku : Insya Allah aku bisa menahannya sampai pulang sekolah nanti

Dewa : Aku bisa mengembalikan padamu beberapa uangmu untuk kau pakai jajan

Aku : Tidak perlu, Dewa. Aku ikhlas

🖤🖤🖤

Aku menyesal tak mendengarkan Dewa. Perutku sakit sekali, rasa perih sudah kutahan sejak jam pelajaran keenam dan kelima. Sekarang sedang istirahat kedua, semua siswa-siswi sedang melaksanakan shalat, begitu juga dengan teman-temanku yang tidak uzur. Mereka semua memilih shalat di kelas daripada shalat di laboratorium biologi. Aku tidak shalat karena aku sedang uzur.

Dewa✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang