——
Sejak saat di tabrak di koridor tadi, senyum nya tak pernah lepas dari wajah nya. Entah senang yang bagaimana yang telah menyeruak masuk ke dalam perasaan nya. Fara yang melihat Nayara senyum senyum sendiri berdecak kesal. Gini ni, jika seorang Nayara kelewat bahagia. Bisa saja kejiwaan nya mulai terganggu.
Fara dan Nayara menunggu jemputan supir Nayara di depan sekolah. Mereka lebih memilih menunggu di depan gerbang sekolah dari pada harus menunggu ditaman dalam sekolah.
Fara berdehem cukup keras. "Ekhem." Nayara menoleh, dan lagi lagi menyengir. Entah sudah keberapa kali ia nyengir nyengir tak jelas. Fara bergidik ngeri.
Sepertinya jiwa normal Nayara ikut jatuh juga saat kejadian tabrakan tadi. Dan parah nya Nayara lupa mengambil kembali.
Ngawur.
"Nay, jangan kayak gitu dong. Gue merinding." Ucap Fara memberi jarak posisi berdiri mereka beberapa centi.
"Ish, lo mah ganggu aja deh." Nayara kembali mendekatkan posisi berdiri mereka yang sedikit renggang itu. "Gue tuh lagi seneng....." Ucap Nayara lagi sambil merentangkan kedua tangan nya lebar-lebar.
"Seneng si seneng. Tapi jangan muka gue yang kena sasaran dong." Fara meringis karena wajah nya terkena tangan Nayara yang ia rentangkan lebar-lebar. Dan lagi, Nayara hanya menyengir sebagai respon. Aneh.
Tin tin!
Suara klakson dari mobil Nayara sudah terdengar. Mobil sedan berwarna hitam itu berhenti tepat di depan mereka. Nayara langsung menarik Fara untuk masuk kedalam nya. Setelah mereka duduk, Nayara menoleh ke arah Fara yang sedang menunduk menatap ponsel.
Fara mendongak. "Apa?" Tanya Fara. "Lo mau nyengir lagi?" Nayara mengangguk lalu menyengir. "Ck, tuh nyengir ke jendela aja sono!" Fara mendorong wajah Nayara agar menatap jendela.
"Jahat amat lo, Far." Protes Nayara yang mood nya sedikit memburuk.
"Bodo ah." Jawab Fara tanpa menatap Nayara.
Setelah itu hening. Tak ada lagi yang berbicara. Fara yang sibuk dengan ponsel nya dan Nayara yang sibuk dengan pikiran nya. Mang Amir--supir Nayara, mengendarai mobil sedan itu dengan perlahan tetapi pasti. Membelah kota jakarta sore ini yang terbilang cukup macet.
"Mau langsung pulang atau gimana, Neng?" Tanya Mang Amir tiba tiba.
"Hm," Nayara tampak berpikir sejenak. "Gimana, Far? Lo mau gue antrin pulang apa mau ikut ke toko?"
Fara mendongak dan dahinya mengernyir. Kemana tadi? Toko? Toko apa? Dimana? Karena tak mau memikirkan lebih jauh, Fara memilih ikut ke toko bersama Nayara, dari pada harus sendirian lagi dirumah.
"Hm, ikut aja deh. Dirumah nggak ada orang soalnya." Jawab nya.
"Oh oke. Mang, ke toko dulu."
Mang Amir mengangguk sebagai respon.
***
"Tiga lima!"
"Tiga Enam!"
"Tujuh puluh!"
"Heh, enak saja sudah tujuh puluh. Saya itung baru tiga puluh lima, kenapa sekarang sudah tujuh puluh?" Tanya Pak Anto yang tengah duduk di pinggir lapangan sambil makan gorengan.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAYLAND
Teen FictionErland Ganendra Atmadja. Badboy SMAGAR sekaligus most wanted. Dikagumi oleh banyak kaum hawa. Nayara Auristela Hermawan. Bukan badgirl atau pun siswi terpopuler. Hanya murid biasa yang selalu masuk peringkat tiga besar di kelas nya. Apakah mereka sa...