05.

37 8 1
                                    

——

Erland memberhentikan mobil nya tepat di depan sebuah toko roti yang di tunjukan oleh Mama nya. Ia lebih memilih ikut turun dengan Mama nya dari pada harus berlama lama menunggu Mama nya di dalam mobil.

Pasti Mama nya akan mengobrol lama dengan teman nya itu. Jika sudah begitu, Erland pasti akan gabut menunggunya. Menunggu didalam mobil bukan lah pilihan yang bagus, karena itu akan menambah rasa gabutnya. Memotret pemandangan toko roti yang bergaya monokrom itu sepertinya ide bagus.

Setelah berdiri di depan pintu toko roti itu, Erland menatap  papan logo di depan toko roti tersebut. Dahi nya mengernyit. "Auristela's bakery?" Tanya nya dalam hati. Nama nya seperti tidak asing. Ia mencoba mengingat ingat nama tersebut, tapi nihil. Ia tak ingat sama sekali.

Erland mengikuti Mama nya masuk dan berjalan ke salah satu meja di dekat kasir. "Kamu tunggu sini, Mama mau ke Tante Nayla. Nggak lama." Ucap Mita.

Respon Erland hanya mengganguk, lalu duduk di kursi. Merogoh ponsel nya yang ada di saku celana dan mulai memotret toko roti itu.

Setelah dirasa sudah puas memotret, Erland kembali memasukan ponsel nya ke dalam saku celana. Baru beberapa menit ada di toko roti ini, Erland sudah ingin cepat cepat pergi dari sana. Dia tidak melihat kemana tadi Mamanya menghilang. Erland mengetuk-ngetukan jemari nya ke atas meja, berusaha menghilangkan rasa bosan. Pandangan nya tertuju ke dinding kaca yang memperlihatkan kendaraan yang berlalu lalang.

Suara tawa yang terdengar dari arah meja di pojokan toko, membuat Erland menoleh ke arahnya. Terlihat dua orang cewek tengah mengobrol dan sesekali tertawa. Erland memicingkan matanya, berusaha mengenali salah satu sosok wanita yang sepertinya tak asing baginya.

Alis tebal nya bertaut, "Nayara?" Gumam nya dalam hati.

"Bisa sering sering makan gratis dong gue." Tukas Fara dengan senyum mengembang.

"Sekarang iya, besok besok bayar. Dua kali lipat." Nayara tertawa. Dan di sambut wajah kecut dari Fara.

Tatapan Erland terus memperhatikan Nayara dan teman nya. Erland sedikit heran melihat Nayara yang masih memakai seragam sekolah. Apa ini sebuah kebetulan dirinya dan Nayara ada di satu tempat yang sama? Atau ternyata... Nayara yang memiliki toko ini? Erland menggeleng. Ah, sepertinya tidak.

Erland perlahan menghembuskan napas. Entah kenapa matanya terus memperhatikan Nayara.

***

Tawa Nayara terhenti ketika sudut matanya tak sengaja melihat seseorang yang seharian penuh ini berkeliaran di pikirannya. Cowok berkaos hitam itu sedang duduk di salah satu meja dekat kasir sembari menatap ke arah nya. Tunggu. Menatap nya? Ketika mata hazel Nayara dan Erland beradu pandang, dengan cepat Erland membuang muka karena merasa tertangkap basah telah memperhatikan Nayara.

Entah dorongan niatan dari mana Nayara ingin menghampiri meja Erland untuk bertanya sedang apa cowok itu di sini. Logika nya mengatakan mungkin saja Erland sedang nongkrong disini dan tak sengaja bertemu dengan nya. Tapi entah kenapa firasat nya tak mengatakan seperti itu. Jika benar hanya sekedar menongkrong, mengapa Erland hanya sendiri? Kemana teman teman nya?

Nayara celingak celinguk mencari orang yang kemungkinan adalah teman teman Erland. Tapi tidak ada ciri ciri orang yang ia cari. Di dalam toko hanya ada seorang ibu ibu membawa anak gadisnya, seorang nenek-nenek yang kemungkinan berusia 50 tahunan, dua anak berpakaian seragam SMP, beberapa kumpulan remaja perempuan seumuran dirinya dan para pelayan toko. Sepertinaya Erland hanya sendirian.

Setelah yakin Erland hanya sendirian, Nayara bangkit dari duduknya untuk menghampiri Erland, tak lupa ia meminta izin terlebih dahulu kepada Fara. "Far, gue ke sana dulu ya."

NAYLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang