01. Erland Ganendra Atmadja

90 12 0
                                    

Erland menghembuskan napas pelan berkali kali untuk sekedar melepas penat yang melanda kepala nya karena berusaha memahami setiap materi yang di jelaskan.

Setelah jam istirahat pertama usai tadi, ia lebih memilih menghabiskan waktu di atas rooftop SMA nya. Duduk di bangku yang di sediakan di sana, membiarkan wajah tampan nya di terpa angin, menghirup udara bebas, bersantai sambil menikmati pemandangan dari atas rooftop. Sama sekali tak menghiraukan bagaimana nilai nya nanti, bahkan sekedar memikirkan hukuman apa yang akan di berikan kepada nya karena sudah membolos pun tidak. Itu lah Erland, selalu santai dalam berbuat. Tak suka dengan yang repot dan bertele tele.

Erland berdiri dari duduknya, menghampiri meja yang ada di dekatnya untuk mengambil ponsel yang sedari tadi berbunyi pertanda pesan masuk di dalam tas ranselnya.

Sebuah pesan singkat dari seseorang yang selama ini selalu ada di sampingnya. Menjadi panutan dalam hidup nya, mengajarkan banyak hal kepadanya. Sikap nya yang berbanding terbalik dengan Erland membuat mereka belajar saling melengkapi.

Bolos lagi lo?

Erland memilih mengabaikan pesan itu, hanya membaca tanpa berniat membalas.

Kembali duduk di tempatnya lagi, melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat terhenti. Sesekali sambil menyeruput es jeruk yang ia beli di kantin tadi.

"Kenapa chat gue gak di bales?"

Pundak Erland di tepuk seseorang yang tiba tiba duduk di sampingnya. Arland sengaja menghampiri Erland ke rooftop hanya untuk memastikan saudara nya itu tak lagi membolos.

Tetapi ternyata Erland tetap bolos meskipun sudah berkali kali kena hukuman yang tergolong sangat berat. Bahkan mungkin kelewat absurd untuk level anak muda sepertinya.

Arland menatap arlojinya sekilas.
"Bel udah bunyi lima menit yang lalu." Ucap Arland lagi dan Erland menyengir sebagai respon.

"Males."

Jawab Erland membuat Arland mendengus. Di hukum dan masuk BK sudah biasa bagi Erland. Ia juga sudah hampir menjadi 'CS' dengan para guru BK. Ia tak takut masalah itu. Hanya ada tiga hal yang membuat dirinya takut. Ketika sesuatu yang ia punya di rebut orang lain, di khianati oleh orang yang di sayangi, dan...

Kecoa terbang.

Memang cukup aneh jika seorang lelaki takut dengan kecoa terbang. Tapi itulah nyatanya, Erland takut dengan hal yang berhubungan dengan kecoa. Bahkan hanya gambar pun ia bisa menjerit. Dasar Erland.

Ia takut dengan serangga kecil itu pun ada sebab nya. Dulu, waktu berusia lima tahun, ia suka sekali mengganggu kecoa jika serangga itu sudah tertangkap oleh matanya. Erland sering sekali mengganggu dengan berbagai cara. Pernah ia menyiram seekor kecoa dengan air kopi di dalam cangkir yang ada di atas meja makan bekas ayahnya meminum kopi.

Ia juga pernah menginjak kecoa dengan sengaja sampai tubuh serangga kecil itu hancur dan remuk. Intinya, ia tak pernah tidak mengganggu kecoa yang berlintas di depan nya. Jadi untuk para kaum kecoa, kalo ketemu Erland hati hati ya. Jaga keselamatan.

Suatu saat, ketika Erland berumur delapan tahun dan duduk di bangku kelas dua sekolah dasar, ia sedang asyik konser dengan mikrofon gayung nya di kamar mandi. Erland melihat sesosok kecoa yang sedang hinggap di tembok.

Satu ide terlintas dikepalanya untuk menjaili serangga itu dengan menyiram nya agar jatuh. Tapi, realita tak semanis ekspektasi. Kecoa itu malah terbang ke arah Erland dan hinggap dipundaknya. Sontak Erland terkejut dan menjerit jerit dikamar mandi. Menangis dan sampai demam dua hari.

Disitu lah, pertama kali Erland tahu bahwa kecoa juga mempunyai sayap dan bisa terbang. Semenjak itu, Erland berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak lagi mengganggu bangsa kecoa. Ia takut kena azab seperti itu lagi.

Eh, kenapa jadi ngomongin kecoa? Skip,

Disamping nya, Arland sedang asyik mendongak menatap langit biru di atas nya. Menikmati hembusan angin sesekali menghembuskan napas lelah. Bukan lelah karena pelajaran, namun Lelah akan beberapa masalah yang menimpa hidup nya dan Erland.

Hening. Tak lagi ada percakapan, ke dua kakak beradik itu lebih memilih menikmati hembusan angin yang cukup kencang dan menyejukan. Niat nya untuk membujuk Erland untuk masuk kelas, tetapi Arland malah ikut ikutan berdiam diri di atas rooftop.

Toh, pelajaran yang ia lewatkan hanyalah seni budaya yang menurutnya sangat membosankan.

Menurut Arland, pelajaran seni budaya sangat lah membosankan. Sebab, dari jaman ia SD sampai SMA sekarang jika murid di minta menggambar karya seni pemandangan, maka mereka akan membuat dua gunung, matahari di tengah gunung tersebut, dan sawah di depan gunung tersebut. Membosankan bukan?

Arland bisa di bilang siswa yang tergolong pintar di SMA Garuda. Berbanding terbalik dengan Erland yang masuk kategori murid ternakal. Badboy.

"Kenapa lo jadi ikut ngadem di sini?" Tanya Erland membuka kembali percakapan dengan kakaknya yang sempat canggung beberapa menit.

Arland menoleh dan nyengir. "Ketularan males."

Erland berdecak, abangnya itu memang suka seperti itu. Labil kayak anak sd. Kadang rajin kadang males. Walau begitu, Arland bisa berubah jadi Arland teguh jika sudah menasihati Erland karena membuat kesalahan. Mau itu kesalahan kecil atau pun besar, Arland akan tetap mengoceh seperti emak emak komplek yang kehilangan jemuran jika sudah menyangkut kata 'salah'.

"Halah, katanya anak rajin" Cibir Erland yang kembali menatap pemandangan SMA nya yang terlihat dari atas rooftop.

"Sekali kali males gak papa kali. Sirik aja." Sengit Arland tak mau kalah.

"Cih, siapa juga yang sirik sama kadal buntung kayak lo!" Hardik Erland lagi. Ia tak takut dengan Arland yang setahun lebih tua darinya.

Arland menoleh. Tak terima di sebut kadal buntung oleh laki laki disebelah nya ini yang notabene nya adalah adiknya. "Adek laknat, azab mampus lo!" Semprot Arland sambil menoyor kepala Erland pelan.

"Bodo am--"

"WOI ERLAND! CEWEK LO NGELABRAK ORANG LAGI!"

***

Gimana part satu nya?😂😊 deng deng deng.... yang pacar nya erland siapa ya? Jagoan kah? Ikuti terus cerita nya ya🙋

Oke see you...🙋

NAYLANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang