Hari dimana banyak orang menantinya sudah tiba. Hari Minggu, dimana hari yang Vera tunggu setelah 4 hari penuh di dalam sangkarnya. Ia masih tetap mendiamkan kakaknya, sejak kemarin malam ia lebih sering mengabaikan kakaknya.
"Mama mau kemana?" tanya Vera saat melihat Renata sudah berpakaian rapi.
"Mau nemenin papa" jawabnya singkat sambil mencari sesuatu.
"Nemenin kemana?" tanya Vera lagi.
"Anaknya rekan bisnis papa punya pesta pernikahan hari ini" jawab Renata terburu buru saat barang yang ia cari sudah ketemu.
"Yaudah mama berangkat dulu ya, udah ditungguin papa di depan. Dahh Vera baik baik sama kakak yaa" pamit Renata kemudian berjalan cepat meninggalkan Vera di meja makan sendirian.
Padahal Renata satu satunya harapan Vera, karna Vero tidak bisa menemaninya bermain. Kemudian ia duduk di bangku belakang rumahnya. Ia hanya menatap nanar halaman belakang rumahnya.
"Jadi kangen Tino" ucapnya sambil tersenyum kecut saat matanya bertemu dengan kolam renang kecil di bagian kanan halaman.
Vera menghabiskan Hari Minggunya hanya untuk memandangi kosong halaman belakang rumahnya, memandangi rumah pohonnya dan Vero yang terletak di bagian kiri halaman, tepatnya di sebrang kolam. Cukup luas, namun jarang sekali digunakan saat ini. Mata sendunya jatuh pada ayunan kecil yang tergantung di dahan pohon nangka. Vera berjalan mendekat ke arah ayunan tua tersebut dimana semua kenangan saat ia kecil terekam jelas disana.
Vera menaiki ayunan yang terbuat dari tali yang di simpul mati dengan dahan pohon. Dibagian bawah hanya sebuah papan kecil yang saat ini terlihat sangat rapuh. Meskipun sudah tak senyaman saat ia kecil tapi ia masih bisa menikmati sensasi menyenangkan dari ayunan tersebut.
"Tumben" ucap Vero dari dalam rumah.
"Katanya mau main sama Sindy?" tanya Vera to the poin.
"Gue cancel" jawab Vero datar.
"Kenapa?" tanya Vera penasaran.
"katanya mau ngajakin nonton, kenapa belum mandi?" tanya Vero sambil menyenderkan bahunya di tembok.
"Udah badmood" jawab Vera dingin.
"Yaelah pake mood mood.an segala. Gue udah cancel acara main gue sama Sindy, demi main sama adek gue yang rewelnya minta ampun"ucap Vero memelas.
"Serius kan?" tanya Vera berbinar.
Vero hanya mengangguk kemudian tersenyum tulus dari teras belakang rumahnya. Disamping itu, Vera berjalan cepat ke arah Vero memastikan bahwa itu bukan lelucon.
"Beneran kan?" tanya Vera meyakinkan.
"Iyaa peraa" jawab Vero gemas kemudian mencubit hidung adiknya.
"Oke gue mandi dulu, jangan ditinggal" ucap Vera bersemangat kemudian berlari ke kamar mandi.
"Ckk kalo ada maunya" guman Vero sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
Setelah cukup lama Vero menunggu adiknya di meja tengah, akhirnya Vera datang dengan menggenakan kaus putih lengan pendek kemudian ia balut dengan kemeja biru laut senada, celana jeans berwarna putih juga melekat rapi di kakinya yang panjang. Dengan rambut yang ia biarkan terurai dan tas berwarna abu abu ia biarkan menggantung di pundaknya membuat penampilannya terlihat santai namun tetap rapi.
"Udah siap" ucap Vera semangat kepada kakaknya.
"Mau kemana?" tanya Vero tak kalah semangat sambil berdiri kemudian merangkul adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye?
Teen Fiction"Kalo gue disuruh milih, gue milih gapunya hati, karena yang hati punya cuma ketulusan!" isak Vera dengan air matanya yang sudah mengalir deras. "Terus kalo lo nggapunya hati, gimana lo mau mencintai gue?" tanya Tino menenangkan gadisnya. "Karena lo...