Satu pukulan keras kembali mendarat di pipi mulus Agra. Sesekali ia menggeram sambil mengelus bagian tubuhnya yang terkena pukul.
"Mbuuug" satu pukulan keras mendarat di perutnya, membuatnya terjantuh di lantai.
Kebanyakan orang hanya berani melihat tanpa ada yang melerainya. Pertarungan antara mantan ketos dengan ketos saat ini membuat banyak pasang mata bertanya tanya. Apa yang membuat mereka bertarung seganas itu."Lo, jangan pernah sentuh Vera lagi! Lo itu ngga pantes jadi ketua Osis. Satu lagi, denger baik baik. Sekali lagi lo berani sentuh Vera lo bisa cari sekolah lain. Untung gue masih baik sama lo. Kalo ngga udah gue keluarin sekarang juga" ancam Vero penuh penekanan sambil menginjak wajah Agra di sisinya yang kiri saat Agra tengah terkulai lemas di lantai dengan darahnya yang bercucuran di bibirnya dan di hidungnya. Semua pasang mata yang melihat, segera pergi saat Vero menatap mereka.
"Vera kenapa?" tanya Tino mendekat membelah gerombolan.
"Hah lo peduli?" tanya Vero meremehkan.
"Gue khawatir seharian" jawab Tino meyakinkan.
"Kemana aja lo pas Vera butuhin lo?" tanya Vero dengan nada tinggi sambil menyenggal bahu Tino dengan bahunya kemudian bergegas pergi meninggalkan kerumunan tersebut.
'Vera lo kenapa?' batin Tino saat ia berbalik menatap Vero yang berjalan terburu buru.
🌻🌻🌻
"Vera di rumah tante?" tanya Tino saat sudah berhadapan dengan Renata.
"Vera nggabisa ketemu sama siapa siapa dulu" jawab Renata tegas.
"Plis tante, saya pengen tau keadaannya" pinta Tino memelas kepada Renata.
"Maaf nak, Vera nggamau di ganggu katanya" jawab Renata tetap pada pendiriannya.
"Sebentar aja tantee" pinta Tino semakin memelas.
"Nama kamu Tino kan?" tanya Renata memastikan.
"Iya tante" jawan Tuno cepat sambil mengangguk kecil.
"Kata Vera, dia gamau ketemu sama kamu. Sama satu lagi, mulai besok Vera homeschooling jadi kamu nggabisa ketemu lagi sama Vera" jelas Renata semakin tegas.
"Kenapa tante?" tanya Tino semakin penasaran.
"Lebih baik kamu pulang, saya masuk dulu. Selamat siang" ucap Renata mengabaikan pertanyaan Tino kemudian menutup pintu rumahnya pelan.
Tino hanya bisa menatap kusen pintu dengan tatapan nanar. Bahkan harapannya pupus saat ingin bertemu dengan Vera. Bahkan setelah ini ia tak bisa lagi bertemu dengannya.
"Gimana ma?" tanya Vera saat Renata sudah sampai di kamarnya.
"Sesuai yang Vera mau" jawab Renata tersenyum sambil mengelus rambut anaknya lembut.
"Makasih ma" ucap Vera tersenyum ke arah Renata.
"Mama kebawah dulu ya, buat makan siang. Kayanya Vero udah pulang" pamit Renata kemudian mencium kening anaknya. Ia bergegas ke dapur membantu Bi Lasmi.
Vera segera turun ke bawah saat suara motor Vero sudah terdengar memasuki garasi rumah. Ia menunggu kakaknya di ruang tengah ditemani biskuit kesukaannya.
"Pasti nungguin gue" ucap Vero saat menutup pintu rumahnya.
"Nggak, males aja di kamar terus" jawab Vera berbohong.
"Iyaa, dari tadi Vera gapunya temen ngobrol" sahut Renata dari dapur membuat Vera hanya bisa terdiam.
"Yeelah baru di tinggal berapa jam aja udah kangen" goda Vero kemudian ikut duduk dan merangkul adiknya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye?
Novela Juvenil"Kalo gue disuruh milih, gue milih gapunya hati, karena yang hati punya cuma ketulusan!" isak Vera dengan air matanya yang sudah mengalir deras. "Terus kalo lo nggapunya hati, gimana lo mau mencintai gue?" tanya Tino menenangkan gadisnya. "Karena lo...