Keesokan harinya Vera bersikukuh supaya tetap berangkat ke sekolah. Tapi memang sebenarnya keadaanya sudah benar benar pulih. Ia memilih diantar Renata untuk menghindari Tino.
"Maah, Vero berangkat dulu yaa. Mau rutinitas" pamit Vero sambil cengar cengir.
"Sanaa apel aja terus" jawab Vera ketus.
"Idih ngausah ngiri loo konyil" timpal Vero sambil mencium pipi adiknya.
"Huh sana pergi" teriak Vera pada kakaknya yang hanya di balas uluran lidah.
"Udah ayo mama antar" ucap Renata lembut pada putrinya.
"Iya ma" jawab Vera sambil menggendong tas yang ada di kursi sebelahnya.
"Pa, Vera berangkat dulu yaa" pamit Vera pada Fery.
"Iya sekolah yang pinter biar kaya papa" jawab Fery sambil mengacak acak puncak kepala Vera.
"Jadi kaya mama, jangan jadi kaya papa" ucap Renata sinis membuat ketiganya tertawa.
Renata bergegas mengantar putrinya ke sekolah. Disisi lain Vero tengah gugup saat berbicara dengan Sindy.
"Kak Vero udah sarapan?" tanya Sindy gugup.
"Udah kok tadi di rumah sama mama sama papa" jawab Vero kikuk.
"Yaudah bi Sindy berangkat dulu ya" pamit Vera kepada pembantu di rumahnya yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.
"Iya mba, atiati" jawab Bi ijah dari dapur.
Vero bergegas memutar motornya saat Sindy berjalan keluar rumahnya. Vero berusaha tampak tenang di hadapan gadis yang akan ia jadikan sebagai target berikutnya. Mungkin bukan lagi target, karna cara Vero menaklukan Sindy sangat berbeda dengan cewek lain. Ia menspesialkan Sindy. Bahkan dengan mantan mantannya dahulu, Vero tidak sudi menjemput atau mengantarnya
"Nanti pulangnya sama siapa?" tanya Vero saat motornya sudah memasuki jalan raya.
"Biasanya si ngegrab kak" jawab Sindy kikuk.
Meskipun, sudah ada tanda tanda jika Vero memang mendekati Sindy, ia tak berani membuka hatinya untuk Vero. Entah karena apa ia merasa tidak nyaman jika Vero memperlakukan dirinya seperti ini.
"Nanti sama gue aja" ucap Vero semakin membuat Sindy tak enak.
"Nggausah kak, lagian Kak Vero kan ada tambahan jam" tolak Sindy halus.
"Nanti pas istirahat mau les, gue ijin nganter lo dulu" bujuk Vero membuat Sindy tak berani menolak.
"Iyaudah iya kak" jawab Sindy menurut.
Vero dan Sindy sampai di sekolah bersamaan dengan Vera dan Renata. Mungkin kebetulan atau Vera lah yang menyengaja. Namun tetap saja Vera sudah gatal ingin mencoblangkan sahabatnya pada kakaknya.
"Ehem ciecie" ucap Vera setelah Sindy turun dari motor Vero membuat Sindy merasa kikuk.
"Kak Vero, aku duluan ya" pamit Sindy pada Vero gugup.
"Akuuuu?" ucap Vera membuat Sindy semakin gugup dan menyeretnya pergi.
Vero yang melihat tingkah Sindy yang menggemaskan membuatnya semakin tertarik untuk mengenalnya lebih dekat lagi.
"Cie di anterin sama Vero" goda Vera saat mereka sudah duduk di kelas.
"Ah apaan sih, lagian cuma di anter doang apa hebatnya juga" jawab Sindy ketus membuat Vera tertawa terbahak bahak yang mengundang kedua sahabatnya yang lain mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye?
Roman pour Adolescents"Kalo gue disuruh milih, gue milih gapunya hati, karena yang hati punya cuma ketulusan!" isak Vera dengan air matanya yang sudah mengalir deras. "Terus kalo lo nggapunya hati, gimana lo mau mencintai gue?" tanya Tino menenangkan gadisnya. "Karena lo...