Chapter 3

184 127 25
                                    

"Allahu Akbar...
Allahu Akbar..."



Suara azan subuh membangunkan gadis mungil itu untuk segera menunaikan kewajibannya. Walau sedikit malas Zena tetap memaksakan dirinya untuk tetap bangun karena ini sudah termasuk rutinitas paginya yang tidak mungkin akan dilewatkan.

Setelah selesai mengerjakan kewajibannya Zena segera mencari benda tipis di atas nakas disamping tempat tidur. Zena ingin menanyakan perihal janjinya pada Rian hari ini.

Zena: Sudah bangun kamu yan?

Rian: Sudah na,kenapa?

Zena: Nanti jadi gak?

Rian: Jadi dong sayang

Zena: Langsung kerumah aja ya

Rian: Iya

Zena meletakkan kembali handphonenya diatas nakas.Dia kembali duduk diatas tempat tidur membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.Zena sangat senang ketika Rian ingin pergi berdua dengannya tapi di satu sisi dia merasa khawatir.

"Bagaimana ya? Pas gue lagi sama Rian,gue ketemu sama orang yang gue kenal? Nanti mereka mikir macem-macem tentang gue" batin Zena

Ya itulah yang terus ada dipikiran Zena. Sesuatu yang Zena tidak ingin. Mungkin bagi orang lain hal ini tidak perlu untuk di khawatirkan karena ini pertama kalinya mungkin itu yang menyebabkan Zena begini. Setelah sadar dari lamunannya Zena segera ke dapur membantu bunda memasak.

"Jadi perginya kak?" tanya bunda sambil memotong bawang

"Jadi dong bunda" jawab Zena

Akhirnya semua diselimuti diam karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

***


Zena membongkar semua isi lemari sibuk mencari baju yang cocok. Dari sekian banyak baju yang dia coba tidak ada yang cocok untuk nya menurut gadis mungil itu. Dia berpikir akan meminta bantu Michika. Zena segera meraih benda tipis itu dan langsung mencari nama Michika.

Zena: Chika sini dong kerumah gue

Michika: Ngapain gue kesana

Zena: Bantuin gue milih baju, please

Michika: Iya iya deh,gue kesana

Terukir senyum pada wajah manis Zena setelah membaca pesan dari Michika.

"Memang Michika the best banget deh" batin Zena

Zena dengan tidak sabarnya menunggu Michika didepan teras rumahnya. Gelisah seakan-akan takut Michika tidak datang. Setiap saat dia melihat jam yanh tertera di layar handphone miliknya.

"Hei na...lama ya nunggu" teriak gadis itu sambil membuka pintu pagar rumah zena

"Ya nih,lo gak bisa cepetan sedikit apa?" marah Zena

"Maafin gue deh soalnya gue harus nunggu ibu gue pulang" jawab Michika

"Ayo buruan masuk bantuin gue" ajak Zena

Zena dan Michika menuju kamar Zena.Ketika memasuki kamar Zena Michika sangat tercengang melihat baju Zena berserakan diatas tempat tidur.

"Ya ini persis seperti orang ingin pergi jauh" komen Michika

"Makanya gue ngajak lo ke sini,gue itu bingung chika" Sedih Zena

"Sekarang gue nanya lo mau pergi berduaan sama Rian kemana?" tanya Michika

"Kata Rian sih mau ke taman" jawab Zena

Michika seolah-olah sedang berpikir keras. Tatapan matanya tertuju pada tumpukan baju yang telah di coba oleh Zena.

"Yang ini aja na!" kata Michika menujuk dress putih susu milik Zena

"Ya,gue bakal pakai yang ini" Zena segera menukar bajunya.

Dibaluti dengan dress berwarna putih susu sedangkan rambut hitamnya dibiarkan tergurai menambah kesan anggun pada diri Zena.

"Nah,cantikkan temen gue" puji Michika

"Makasih ya sayang" jawab Zena seraya memeluk erat Michika

"Gue pulang dulu,jangan lupa cerita ke gue besok pengalaman lo hari ini" ujar Michika

Hanya dibalas dengan senyuman serta anggukkan kepala oleh Zena.

***

Gadis itu sedang menunggu Rian. Zena duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan handphone kesayangannya. Menunggu itu memang sesuatu hal yang membosankan. Kala Zena ingin beranjak dari ruang tamu terdengarlah suara motor Rian. Zena segera berlari keluar rumah sambil membawa helm ditangan kanannya.

"Maaf ya lama nunggu" ujar Rian

"Gak apa-apa,ayo buruan jalan" ajak Zena sambil menggunakan helm miliknya.

Di perjalanan tidak ada yang berani membuka pembicaraan mereka seolah-olah sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Akhirnya sampai juga" cetus Zena. Saat mereka tiba di taman.

"Iya,ayo kita cari tempat yang nyaman untuk kita ngobrol berdua" ajak Rian

Mereka berjalan beriringan mencari tempat untuk ngobrol. Akhirnya mereka menemukan kursi putih di tengah taman.

"Disini saja" ujar Rian seraya duduk

Tanpa menjawab Zena segera duduk disamping Rian.

"Kamu cantik,beruntung aku bisa miliki kamu" puji Rian

"Biasa aja" jawab Zena malu-malu

Wajah Zena merona mendengar pujian yang diberikan Rian untuknya. Mata coklat Rian tidak pernah lepas memandang wajah Zena membuat gadis itu tersipu malu. Hening menyelimuti keduanya,sampai akhirnya Rian membuka suara.

"Zena..."

"Iya kenapa yan?" memalingkan wajah menghadap Rian.

Mata kecil Zena bertemu dengan mata coklat milik Rian.

"Aku itu cinta banget sama sama kamu dan sayang banget jangan kecewain aku ya" ujar Rian seraya menggenggam tangan mungil gadis itu. Zena melihat ada ketulusan di dalam diri Rian.

"Ya,aku juga sayang sama kamu" senyum Zena

Mereka berdua terus meyakinkan satu sama lain. Agar hubungan yang mereka bangun bisa bertahan lama. Setelah selesai mengungkapkan perasaan masing-masing mereka memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang mereka masih bungkam,mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Yang jelas hari ini Zena merasa bahagia karena telah berjumpa dengan Rian. Tanpa dia tahu nasib cintanya selanjutnya.
.
.
.
.
.
.
.Akhirnya selesai part yang ini😊

Tunggu part yang selanjutnya yaa👉

Jangan lupa vote dan coment👇👇

Your LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang