Tunggu!

59 9 2
                                    

Tunggu!
Teriak Wulan dengan lantang.

Langkah Bintang pun terhenti tepat selangkah sebelum keluar dari ruang UKS. Bintang pun menoleh sambil mengeluarkan tangannya dari saku celana.

Bintang, dengan santai kembali duduk di kursi dekat tempat tidur UKS.

"Kenapa?" tanya Bintang terheran-heran.

"Temenin aku di sini yah! Aku takut sendirian. Soalnya kata temen-temen di UKS banyak penunggunya." kata Wulan memelas.

"Oh gitu, kamu mau tau ngak dimana hantunya?"

"Dimana?!" kata Wulan dengan ketakutan serta nada bicaranya yang sedikit gemetar.

Mendengar hal itu, sontak Bintang, langsung mengambil cermin yang tak jauh dari tempat duduknya, untuk menjawab rasa penasaran Wulan.

"Liat aja nih, pake cermin." kata Bintang.

"Mana?" kata Wulan sambil menarik cermin dari tangan si Bintang.

"Itu!" kata Bintang sambil menunjuk muka Wulan yang berada di cermin.

"Ish! Rese!" kata Wulan mendengus kesal. Sedangkan Bintang, tertawa terbahak-bahak sampai meneteskan air mata.

"Ye... Liat tuh hantu penunggu UKS! Makanya jangan percaya tahayul."

"Ish apaan sih!" kata Wulan sambil memukul-mukul Bintang dengan pelan.

Bruk!
Suara gelas yang Bintang senggol pecah.

"Yah...brabe nih urusannya!" kata Bintang sambil jongkok untuk membersihkan pecahan gelas.

"Kamu ngak usah turun ya, biar aku aja yang beresin!"

"Tapikan itu karena aku juga."

"Udah ngak papa kok!"

Tak lama kemudian...

Argh!
Bintang merintih kesakitan. Rintihan itu diiringin darah yang bercucuran di telapak tangannya.

"Astaga!" teriak Wulan.

"Tuhkan aku bilang juga apa!"

Walaupun sedang pincang, Wulan langsung membersihkan pecahan kaca yang berhamburan lalu memberi pertolongan pertama kepada Bintang.

"Mana tangan kamu? Sini dicuci dulu."

"Ini!" kata Bintang sambil menutup mata lalu mengulurkan tangannya yang terluka.

"Ugh, perih!"

"Ya ampun..." kata Wulan meledek. "Luka kecil gini aja ngeluh."

Setelah mencuci tangan Bintang, Wulan langsung memberi obat merah   dan tangan Bintang langsung saja diperban menggunakan handplas olehnya.

"Nah udah beres!"

Bintang pun membuka matanya dengan perlahan. Luka di tangannya adalah pemandangan baru di tubuhnya sekarang.

"Emang kamu kenapa ngak mau liat luka kamu sendiri? Kamu takut darah ya?"

"I-iya, aku trauma liat darah! Karena 2 tahun yang lalu, adikku mengalami kecelakaan tunggal, terus dia meninggal karena pendarahan. Semenjak saat itu, kalo ngeliat darah bawaannya keinget mulu ama kejadian itu."

"Oh gitu, tapi sorry ya udah buat kamu flasback lagi!"

"Ngak papa kok!"

"Oh iya, kenapasih kita make aku-kamu? Terlalu formal tau ngak. Mending pake lo-gue aja, gimana? Lebih santai..."

"Boleh-boleh aja sih"

Suasana disana pun menjadi hening untuk sesaat. Tiupan lembut dari mulut Wulan ke luka Bintang sungguh menenangkan hati Bintang.

Senyuman kecil pun, terpancar di wajah keduanya diiringi pupil mata mereka yang melebar secara bersamaan.

Bruk!
Suara itu memecah keheningan diantara mereka.

Sekelebat banyangan hitam samar-samar terlihat di depan pintu UKS.

"Safa!" seru Wulan

"Oh My God, Oh My Wow! Lo kenapa lan ampe bisa begini? Pasti gara-gara nih pentungan masjid yaa!" tukas Safa.

"Dih, sekate-kate! Baru masuk juga, langsung ngehina. Lo tau ngak kalo pas lu datang gue kirain penunggu UKS tau ngak? Mana ngerusak suasana lagi." ketus Bintang sambil mendengus kesal.

"Dih bodo!" kata Safa sambil memutar malas kedua bola matanya.

"Lagian, ngapain sih lo kesini?"

"Kepo banget jadi orang!"

"Santai dong, jangan ngegas. Entar jatuh, rasain!"

"Eh udah-udah! Safa itu sepupu aku. Oh iya saf, kok lo tau gue ada di sini?"

"Itu, si Guntur ama Topan yang kasih tau tadi!"

"Oh iya lan, sebaiknya gue ke kelas aja ya, kan udah ada Safa."

"NGAK!" teriak Wulan bagaikan singa yang sedang mengaum.

"Temenin gue di sini ya, please!" kata Wulan memelas.

Ngak nyangka gue, cewek yang juteknya minta ampun, bisa jadi semanja ini,  batin Bintang.

"Ngak bisa lan..."

"Pokoknya ngak! Gue ngak menerima yang namanya penolakan, titik!" kata Wulan dengan muka yang sedikit masam.

"Ga bisa, atau gini deh, entar pas pulang lo tungguin gue di gerbang?"

"Ngapain? Palingan juga mau MODHUS!" tukas Safa dengan 'Hujan' yang turun dari mulutnya.

"Dasar sok tau!" ketus Bintang.

"Awas yaa kalo ngak jadi!" kata Wulan.

Dengan jelas, Wulan bisa melihat Bintang dengan bahunya yang lebar serta tingginya yang semampai itu, berjalan keluar sambil melambaikan tangan kanannya tanpa menoleh sedikit pun.

~•~•~•~

Pantengin terus ceritanya si Bintang!

***

BINAR MATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang