First Impression

100 17 6
                                    

Kini, perpus bobrok itu telah bersih, setidaknya lebih baik dari pada sebelumnya.

Baru saja sekitar lima langkah dari perpustakaan, Bintang langsung teringat akan sesuatu.

"Astaga!" teriak Bintang.

Sontak Topan dan Guntur, terkejut dibarengi rasa heran akan teriakan Bintang tadi.

"Lo kenapa?" tanya Topan karena penasaran.

"I...i...itu, buku biologi gue ketinggalan! Mana yang ajar Bu Marfia lagi." jawab Bintang.

"Kayaknya, sebentar lo bakalan dikirim ke neraka jahannam deh Bin, soalnya lo taukan Bu Marfia kayak gimana?!" celetuk Topan.

"Aelah, hidup lu tuh ya Bin, udah kayak sinetron di tv, susah mulu! Ketus Guntur.

Sekedar informasi aja, kalau sebenarnya Bu Marfia itu musuh bebuyutan anak sma kelas tiga di SMA Bumi Pertiwi ini, soalnya banyak yang ngak lulus gara-gara dia.

"Hmm, ya udah deh! Kalian duluan aja, entar kalo gue udah ngambil buku, baru gue ke kelas, gimana?"

"Terserah lu aja." sahut Topan.

"Ya...udah kita ke kelas duluan." tambah Guntur.

Dengan secepat kilat, Bintang pun kembali memasuki tempat ia bekerja rodi tadi.

"Buku gue tadi mana yah?" kata Bintang menanya diri sendiri.

Tiba-tiba...

Hihihi...hihihi...
Suara tawa sayup-sayup terdengar dari pojok perpus.

"Astagfirullah! Suara apaan tuh, masa iya ada setan bisa baca buku?!" kata Bintang sambil memegang sapu di tangan kanannya.

Perlahan tapi pasti, Bintang melangkah sedikit demi sedikit ke arah sumber tawa itu berasal. Dalam setiap langkahnya, terlihat jelas bahwa ada keraguan dan kewaspadaan Bintang di situ.

Suara itupun semakin terdengar jelas.

Tepat di pojok dekat jendela, terdapat seorang perempuan tengah duduk santai sambil membaca sebuah novel. Kaca mata bulat serta rambut terkepang dua adalah ciri khas dari si pembuat suara tadi.

"Eh, anjir! Gue kirain setan penunggu perpus." ucap Bintang karena kaget sembari menaruh sapunya.

"Enak aja!" jawab siswi tersebut tanpa memalingkan wajahnya dari buku novel yang sedang ia baca.

Karena dia cowok gantle, ngak ada salahnyakan kalo langsung ngajak kenalan.

"Ohh, iya! Kenalin nama gue Bintang, 12 Ipa 3, kalo lo?" kata Bintang sambil menyodorkan tangannya ke depan.

"Nama gue Wulan, 12 Ipa 1! Udah atau ada lagi, gue lagi sibuknih." ketus Wulan.

"Dih! Jutek amat! Entar ngak ada, yang suka baru tau rasa!" balas Bintang.

"Bodo!" jawab wulan dengan sinis, dengan tetap membaca novelnya.

"Woyy! Di ajak ngombrol malah fokus ke buku!" kata Bintang lalu berpindah tepat di depan wulan.

Karena kesal ia tak di perdulikan, Bintang pun memegang dagu wulan lalu mengangkatnya perlahan, hingga mereka saling bertatapan.

"Kalau diajak ngombrol tuh, kayak gini!" ucap Bintang.

Rak-rak buku, telah menjadi saksi bisu atas kejadian itu. Cahaya mentari yang masuk melalui celah jendela kaca, melengkapi keheningan yang terjadi.

Seketika pupil mata Wulan melebar,  diiringi dengan pipinya yang perlahan-lahan memerah. Tersipu malu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Wulan saat itu.

"Eh? Kok mata kamu berbinar? Kalau diliat-liat ya, banyak harapan yang tergambar jelas di mata kamu." tanya Bintang dengan penuh rasa penasaran.

"Hah? Halu ya?! Baru juga kenal udah megang-megang, mana sok tau lagi." kata Wulan sambil memasang muka cemberut.

Setelah Bintang berkata seperti itu, seketika Wulan langsung teringat akan almarhum papahnya. Karena apa yang dikatakan Bintang memang benar adanya dan sama persis seperti yang dikatakan papahnya Wulan dulu.

Air mata Wulan pun hampir jatuh dari pelupuk matanya.

"Eh, gue ngak ada maksud kok! Ja...ja...jangan nangis!" kata Bintang dengan panik."

"Ng...ngak papa kok! Cuma keinget papah aja." kata Wulan sambil mengelap air matanya dan tersenyum malu.

"Sorry! Emang papah kamu kenapa?"

"2 tahun yang lalu papahku meninggal. Sebelum meninggal papah bilang kalau binar mataku melambangkan harapan papah, seperti bulan yang memberikan harapan dikala gelapnya malam datang."

"Bagus juga filosofi papahmu, ya!"

Mendengar hal itu, Bintang merasa bahwa Wulan adalah cewek yang unik dan menarik.

"Ohh, iya. Kamu liat ngak tadi ada buku biologi?"

"Buku biologi? Tuh, di situ tuh."

"Ok, makasih ya! Kapan-kapan, bisalah kita nonkrong lagi."

"Ngak, masalah!"

Tiba-tiba dari belakang...

Bruk!
Sekali lagi gebrakan pintu dari Pak Tono.

"Ini lagi, bukannya ke kelas malah berduaan di sini. Tau ngak kalau berduaan itu orang ke tiganya adalah setan!" teriak Pak Tono, tanpa sadar bahwa dia adalah orang ketiga di situ.

"Aelah, nih guru kerjanya ngerusak momen mulu! Heran gue." kata Bintang di dalam hati.

"Ya sudah, kalian pergi ke kelas sekarang!"

"I...i...iya, pak!" kata mereka berdua.

Pak Iblis memang sering muncul secara tiba-tiba, yang setiap kehadirannya itu pasti merusak suasana. Guru yang aneh...

Terima kasih kepada Dewi Fortuna karena telah mempertemukan Bintang dengan Wulan di saat yang tidak terduga ini.

~~~
Pantengin terus ceritanya Bintang!
*
Jangan lupa follow @binar_mata & @honsu_dewantoro03









BINAR MATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang