UKS

72 13 0
                                    

huha,huha!
Suara napas Bintang yang terengah-engah mengawali langkahnya untuk masuk ke ruang UKS.

Bau alkohol sungguh pekat disana, bagaikan rumah sakit saja. Bintang pun merasa agak sesak karena belum terbiasa dengan bau yang seperti itu. Ditambah lagi peralatan seperti jarum suntik, membuat suasana menjadi mencekam di sana.

Bintang masuk tanpa memberi salam atau apapun itu. Samar-samar, mulai nampak seorang siswi duduk bersandar di atas ranjang perawatan dengan kaki yang telah di balut perban.

"Kamu ngak papakan?" tanya Bintang kepada siswi yang kepalanya menengadah ke atas sambil menutup mata, dengan sebuah bantal putih yang mengganjal lehernya.

"Eh! Iya ngak papa kok!" kata siswi itu sambil membuka matanya perlahan.

"Gimana, udah enakan?!" tanya Bintang dengan raut muka yang sedikit panik.

"Udah kok." kata si siswi dengan semangat, sambil menyipitkan dan sedikit mengucek matanya.

"Kok digitui matanya? Oh astaga, gue lupa ini!" seru Bintang sambil merogoh sakunya. "Maaf tadi lupa, ini kaca matanya, tapi agak retak!"

"Oh iya, ngak papa!" kata si siswi sambil memakai kaca matanya.

Saat memakai kaca mata, Bintang langsung berkata...

"Eih! Bukanya kamu Wulan, yang di perpus tadi? Yang aku kira penunggu perpus!"

"Hah, perpus? Oh iya!" kata si siswi sambil mencoba mengingat-ingat. "Kalo ngak salah nama kamu Bintang ya? Yang anak 12 ipa 3."

"Iya! Mau aku buatin teh?"

"Hmm... Boleh deh."

Secara kebetulan, di UKS ada termos dan teh kantung sari wangi serta gula, yang bisa dimanfaatkan dalam situasi seperti itu. Palingan juga itu punya Bu Murni...

"Nih, tehnya!"

"Oh iya, makasih!"

"Aku ngak sadar loh kalo kamu itu wulan, soalnyakan pertama kali aku liat kamu cupu banget! Rambut dikepang dua, kaca mata bulat melekat di mata, mana lagi baca buku." tukas Bintang.

"Mungkin karena aku ngak pake kaca mata terus rambutku udah terurai. Jadi ngak kentara kalau aku adalah anak cupu!" balas Wulan lalu menyeruput segelas teh hangat di tangannya.

"Tapi, kalau boleh jujur ya, kamu tuh lebih cantik kalo ngak pake kaca mata dan ngak dikepang dua!"

Seketika pipi Wulan mulai memerah. Pupil matanya mulai melebar dan detak jantungnya semakin berdebar.

Tiba-tiba...

"Oy!"

Baru saja mendengar sepenggal kata itu, Bintang langsung mengetahui bahwa yang berkata adalah Topan si manusia yang gilanya merasuk hingga ke saraf dan telah mendarah daging.

"Nih, bubur loh!" kata Topan.

"Wadaw, ada nona cantik rupanya eee!" celetuk Guntur dengan logat ambonnya.

Guntur dan Topan terkesima melihat Wulan. Apalagi Wulan yang didatangi 3 orang terganteng serta famous di SMA Bumi Pertiwi ini. Eitss tak semudah itu ferguso! Wulan hanya merasa terhormat saja, didatangi dan disanjung oleh 3 orang ini.

"Etdah, si Guntur! Lukan udah ada si Safa, gimana sih? Yang ini buat gue aja!" celoteh Topan.

"Enak aja! Bibir mana lo yang bersabda?!" ketus Guntur.

"Udah-udah, inikan lagi ada orang sakit, entar nambah sakit lagi!" kata Bintang.

"Sakit apa?" tanya Topan dengan mengangkat salah satu alisnya.

"Sakit mata ama telinga! Ah udah, kita ke kelas aja, entar ada Pak Tono lagi, kan ribet urusannya nanti!" celetuk Guntur sambil menarik kera baju Topan ke belakang.

Bhakak...
Tawa Wulan tak tertahankan, karena melihat tingkah Topan yang ada-ada saja.

"Astaga gue ngak kuat lagi! Gimana coba orang dia baru datang aja udah perutnya besar, jalannya ngangkang lagi." Batin Wulan.

"Emang gila tu orang!" kata Bintang sambil mengeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu belum makankan?! Nih buat kamu?" kata Bintang sambil memberikan bubur ayam pesanannya.

"Eh ngak usah!" kata Wulan menolak.

"Udah ngak papa, orang sakit itu harus banyak istirahat dan makan, biar tenaganya cepat pulih! Jadi, harus dimakan ya..." kata Bintang sambil mengacak-acak rambut Wulan yang terurai itu.

Gila! Emang bener yah apa yang dikata orang-orang tentang dia, batin Wulan.

"Makasih!" kata Wulan sambil tersenyum malu. "Eh tapi, kamukan belum makan juga! Jadi, bubur ini kita makannya berdua aja."

"Ngak usah! Nantikan bisa beli lagi. Sekarang, kamu itu prioritas utamaku. Soalnya kamu jadi beginikan, juga gara-gara aku." kata Bintang sambil tersenyum kecil, lalu berjalan keluar dengan santai dan stay cool, walaupun asam lambungnya mulai naik dan membuatnya pusing. Jalan teros...

Mendengar hal itu sontak jantung Wulan seakan berhenti sejenak. Ia tak tahu apa yang sedang ia rasakan sekarang. Apakah ini cinta?

•~•~•~•

Pantengin terus kisahnya Bintang!

*
Lupa ngupdate kemarin!😅😅😅

|~|•|~|



BINAR MATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang