Bagian 9 . Bukan Dia!

170 6 0
                                    

Suasana ulang tahun sekolah sudah terasa dari sejak memasuki halaman sekolah. Tampak ucapan selamat ulang tahun berbahasa Inggris di halaman sekolah, dirangkai dengan tulisan besar-besar dan dipajang seperti poster sebuah film layar lebar.

Kebanyakan siswa datang dengan mobil mewah dan berpenampilan hitam-putih yang anggun, membuat mereka terlihat begitu berkelas seperti para tokoh utama di dalam film. Di koridor lantai satu, karpet merah menyambut mereka dengan kilatan cahaya blitz yang berkedip dari kamera-kamera milik beberapa siswa yang memang berperan sebagai paparazi malam itu.

Kamera-kamera itu tak henti mengedipkan cahaya blitz ke arah siapa pun yang melewati karpet merah di sepanjang koridor lantai satu hingga koridor lantai tiga menuju auditorium.

Begitu memasuki auditorium, terdengar suara musik yang mengalun lembut. Beberapa kursi telah diisi oleh para siswa yang ribut berbincang. Dan, di atas panggung tampak seorang siswa tampan yang memakai jas sedang bertindak sebagai pemandu acara.

Seperti yang tertulis di undangan, acara ulang tahun sekolah akan dimulai di auditorium yang terletak di lantai tiga itu. Setelah pidato sambutan dari Kepala Sekolah dan tiup lilin, acara pesta yang sebenarnya akan dilangsungkan di tempat yang lebih luas, di taman sekolah yang saat itu sudah berubah menjadi tempat yang lebih cantik dan bercahaya daripada biasanya.

Di taman sekolah, pohon-pohon yang telah rontok daunnya dihiasi lampu-lampu kecil berbentuk bintang yang berwarna seperti madu. Terdapat patung es berbentuk angsa yang sangat besar di tengah taman, di atas sebuah meja bundar yang besar dengan taplak meja putih, di meja itu juga terdapat berbagai jenis makanan dan minuman. Di salah satu sudut taman diletakkan grand piano dengan beberapa peralatan band yang dikelilingi empat tiang yang dibalut lampu-lampu kecil berkilauan seperti bintang keperakan, di atasnya tertutup atap kayu bercat putih yang juga dihiasi lampu-lampu bintang. Dan, lampu-lampu yang berbentuk seperti lilin diletakkan di tanah sekeliling taman.

Ini pasti akan menjadi pesta ulang tahun sekolah yang tidak terlupakan untuk beberapa siswa. Karena banyak hal yang tidak terlupakan dapat terjadi dalam semalam.

***

Jauh dari keramaian dan cahaya yang berkilauan. Hani duduk di bangku di dalam kelasnya yang sepi. Wajahnya tertunduk menatap kotak kecil berwarna hitam di genggamannya. Kotak kecil yang mungkin akan selalu mengingatkannya pada hari ulang tahun di SMA, hari ini.

Hari ini, Hani datang ke sekolah lebih cepat dari kebanyakan siswa. Karena ia ingin memberikan sesuatu kepada seseorang.

Beberapa saat yang lalu, saat Hani datang, hanya beberapa siswa yang berada di sekolah dan semuanya adalah siswa yang berpartisipasi dalam persiapan acara ulang tahun sekolah malam ini.

Hani melangkah di koridor lantai satu di samping taman sambil menutupi perasaan berdebar yang muncul tiba-tiba. Salah satu penyebabnya adalah suasana taman sekolah yang didekorasi demikian indah itu memberikan perasaan bahagia dan romantis. Hani menuju ke sudut taman, ke arah grand piano yang diletakkan di sana.

Setiap melihat piano, ia selalu ingin memainkannya. Hani iseng menekan tuts piano, lalu sesaat memainkan sepenggal nada. Dentingan piano terdengar menggelitik.

"Hani?"

Mendengar namanya disebut, Hani menoleh. Ia menjadi sedikit gugup karena melihat siapa yang melangkah ke arahnya saat itu adalah orang yang ingin ditemuinya di sini.

Lee Haneul yang bertubuh jangkung mengenakan jas rapi berwarna putih, terlihat seperti seorang pangeran.

"Kau datang terlalu cepat," Haneul bekata dengan senyuman ramahnya yang biasa.

GoldfishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang