"Hah siapa nama lu?
"Genoveva kak"
Bukan salah senior yang lagi menulis nama maba yang bakalan gabung dengan klub MAPALA.
"Panggil Jean atau Anne aja kak"
"Tapi gw pingin denger nama lu sekali lagi
"Genoveva Jeanne d'Arc kak maba jurusan Sastra Inggris tahun pertama"
"Dari penjelasan barusan, ada pertanyaan?
"Jadi kak, nanti kita ke gunung mana aja nih? Berapa gunung yang bakal kita datengin selama 1 semester,?
"Gunung,"Abraham yang dari tadi diam duduk tenang, langsung berkomentar
"Iya, pecinta alam kan bakal naik gunung kak"jawab maba itu
"Heh Geno! Whatever your name is ya, pecinta alam ini nggak hanya daki gunung! Baca itu judulnya ALAM! Kita bakal bikin rencana kebanyak tempat alam,ngerti lu sekarang"
"Aduh maafin Ian ya Anne,maksudnya Ian kita bisa melakukan banyak hal yang berhubungan dengan alam di klub ini, nggak hanya pendakian gunung. Nanti rapat selanjutnya, kita baru bahas semester ini kita mau fokus kemana"mendengar penjelasan Jacob Anne mulai mengerti dengan klub baru yang dia iseng daftar.
"Seb, bantuin gw ngomong dong. Lu malah main hp sih geblek"
"Gini deh, berhubung hari ini yang keangkut anak barunya cuman 2 biji, mending kita promosi lagi pas acara bulan depan"
"Yaelah bang tahu gini gw balik cepet dah, nggak ada yang perlu gw tulis dari ini rapat dong"katanya sambil menyandarkan kepala di tangan Sebastian dan langsung kepala Will ditonyor oleh Sebas
"Udah gw bilang, nggak usah skinship, budek ya lu"
"Yaelah bang, coba kalo kak Heidi, ngapain aja lu bolehin"
"Please deh bang,Kak Heidi itu ibu negaranya Bang Sebas ya bolehlah. Udah ah gw mau cabut dulu! Adios perra," katanya sambil bangkit dari kursinya dan meninggalkan ruang rapat mapala
"Lu lupa gw lahir di Argentina! Kurang ajar lu anak kecil,"teriak Jacob sesaat setelah Darren keluar dari ruangan.
"Jadi kak? Ini rapatnya udah selesai? bisa pulang sekarang ya,"
"Iye udah keluar deh, gw mau sebat disini"
"Eh bentar, gw butuh bantuan kalian buat promosi bulan depan. Bisa kan? Kontak kalian udah ada di form ya? Ntar gw kontak lewat situ ya,"jabar Jacob panjang lebar tanpa jeda
"Oke kak, permisi dulu"kata dua maba itu berbarengan seperti choir dan meninggalkan ruangan itu
"Lu masih gini aja sih" Jacob prihatin dengan perubahan Ian tiga bulan belakangan ini, mungkin kalau di film kartun mulut Jacob sudah berbusa karena hampir setiap hari Jacob ngomel dan tidak ada hasil sama sekali.
"Udah ah berisik Jac!
"Gw balik ya! Dipanggil eyang, lampu entar matiin!
Sekarang hanya tersisa dirinya diruangan ini, semua memori itu seperti kaset film yang berputar diotaknya keluar seketika, yang hanya Ian lakukan hanya tertawa pahit, sebesar apa dia melupakannya dia takkan berhasil.