Sebenernya Ian ada rencana apa sih setelah dari rumah eyang?
Awalnya dia mau nyamperin mantan pacarnya,mau bilang kangen dan segala macam kata-kata buat mengungkapkan perasaannya, meskipun udah putus sebulan.
Tetapi udah gagal total rencananya, nggaj usah ditanya kenapa lah ya.Situasi sudah berbeda, sekarang mau kemana? Setelah keluar dari rumah eyang?
Tentu saja Ian tidak punya arah tujuan yang jelas, sebenarnya dia tidak pernah juga ijin ke eyang kalau dia hanya bisa ikut rapat keluarga selama dua jam. Sesayang itu eyang terhadap Ian makanya sampai ngerti kode-kode boongan Ian untuk keluarga besarnya.
Keluar dari rumah itu, sekitar lima belas menit lebih dia memandangi mobil Estu. Penumpang setia mobilnya sekarang, sudah pindah menjadi penumpang setia mobil Estu.
Sadar dirinya hanya terdiam selama beberapa menit, akhirnya dia mulai melajukan mobilnya.
Kemana tujuannya sekarang? Nggak tahu adalah jawabannya, yang penting Ian masih sangat sadar kalau sekarang dia megemudikan mobilnya itu, hanya tidak pasti arah tujuannya.Rasanya gimana perasaan Ian? Sakit hati kah?
Bukan sakit hati, lebih kearah menertawakan diri sendiri. Dirinya tidak ada hak atau tenaga buat marah sekarang, Rean sudah menjadi milik orang, mereka sudah putus, dan piint terpentingnya pasangan Rean adalah orang yang disegani Ian dari dirinya kecil.
Sampai akhirnya, dia sadar kalau mobilnya berada di depan rumah Sebastian. Untung sampai disini,kalau tidak mungkin dia akan memutari kota hingga bahan bakar mobilnya habis.
Rumah model tahun 90'an yang ada diperumahan lama ini terasa adem dari tampak luar dan itu memang kenyataannya, rumah itu memiliki hawa yang membuat tamunya betah berlama-lama disana,sampai terkadang harus diusir dulu sama yang punya rumah atau kalau tamu-tamu kurang ajar itu malas melangkah mereka akan melakukan segala cara untuk tetap tinggal disitu.
"Udah sih Seb, kita nginep aja"
"Mager Seb nyetir udah jam segini"
"Sekalian nginep aja bang, besok kita balik"
"Atau kita lanjut nginep lagi sampe bosen"
Siapa lagi kalau bukan bocah-bocah sepertemanan yang tidak tahu diri itu yang memohon-mohon, dan Sebastian hanya bisa mengangguk menyetujui meskipun sedikit mendengus
**
"Bang Ian!"Seno, laki-laki pekerja dirumah Sebastian yang dari kecil sudah tinggal di rumah ini, menyapanya kala Ian keluar dari mobil.
"Tian ada di dalem kan Sen,?"tanyanya sambil membuka pagar rumah itu
"Ada dikamar atas bang,masuk aja"Katanya sambil melanjutkan memangkas rumput taman
Dengan modal hanya mengangguk Ian berjalan santai melewati Seno, memasuki rumah yang sepi itu dan ngeloyor saja ke lantai dua rumah itu. Seperti rumah sendiri ya? Kayaknya seperti itu, setelah Ian memutuskan kembali ke Indonesia sejak SMP, rumah Sebastian dijadikannya rumah keduanya.
Langkah santai dan tampang tidak pedulinya terhenti saat melihat Sebastian yang ada disofa santai, awalnya Ian berpikir dia mengganggu pasangan kekasih itu bercumbu, nyata saat semakin mendekat, sosok lainlah yang dia dapati dipangkuan Sebastian.
"Anjing lu berdua!"suara Ian yang terlampau keras, membuyarkan aktivitas mereka dan sekarang gantian mereka yang kaget dengan tamu baru rumahnya ini.
"Lu! Ngapain disini"ekspresi yang ditampilkan Sebastian adalah marah dan kaget terhadap Ian yang masih kaget dengan pemandangan didepannya.
"Gw lagi mergokin orang selingkuh nih ceritanya?"katanya dengan ekspresi setengah mengejek dan tidak menyangka dengan perbuatan yang dilakukan temannya yang menurutnya paling lurus kehidupannya.