9

11 2 0
                                    

"Nanti aku akan mengajakmu ke makam mama" sambungnya membuatku terkejut.

"Haaa. Benarkah?? " tanya ku antusias dan di sambungkan oleh anggukannya
.
.
.
.
.

Christ's POV

Dua bulan sudah ku lalui dengan gadisku ini.  Yahhh kata "gadisku" memang selalu menjadi boomerang di kepalaku.  Antara aku berhak atau tidak menggunakan kata itu untuk wanit disampingku ini.

Kami dekat namun perbedaan menjadi penghalang yang sangat kuat.  Aku mencintainya tapi aku tidak lupa akan kepercayaanku.
Terbesit di pikiranku untuk membawanya bersamaku.
Namun,  semua itu hanyalah ke egoisanku jika aku memaksa.  Aku tidak bermaksud bahwa kepercayaanku lebih benar daripada dia.  Aku hanya meyakini kepercayaanku begitu juga dia.

Tidak pernah kami sedikitpun memperdebatkan masalah agama. Karna kami saling menghargai kepercayaan masing masing.
Seandainya kami bisa menyatu aku tidak akan melepaskannya.

"Christ" panggilnya lembut dengan kedua tangan menangkup wajahku menghilangkan semua lamunanku.

"Ya" jawabku sambil tersenyum melihat wajahnya.

"Apa yg kau pikirkan? "

'Apa yg ku pikirkan klau bukan tentangmu yang selalu menguasai diriku' jawabku dalam hati sambil terus menatapnya.

"Christt...  Kenapa melamun terus sih?  Apa ada yang mengganggu pikiranmu?  Katankanlah!" dengan menaikkan sedikit suaranya membuatku terkekeh.  Lihatlah muka keselnya sangat membuatku gemes.

"Tidak ada ran"

"Kenap ketawa sih!  Kau kesini cuma mau melamun aja?  Tubuhmu disini tapi pikiranmu ntah kemana!"

" maaf"

"Katakan! "

"Apa yang harus ku katakan? " jawabku dan di balas dengan matanya yg mau keluar atau dengan kata lain di melototiku seakan-akan aku melakukan kesalahan.  Dasar cewek sikit sikit marah.

"Baiklah aku memikirkanmu.  Puas? "

"Serius? "

Aku hanya bisa menganggu membanarkan bahwa aku serius.

"Apa yang kau pikirkan? "

Sebelum menjawab pertanyaannya tiba-tiba hpku berdering.  Dan tertera nama alena. Aku langsung mematikannya karna memang itu tidak penting.

Setelah aku mematikan hpku, berdering kembali tetap nama yg sama yaitu alena aku berdesih kesal. 
Sebelum aku mengambil benda pipih itu namun rani langsung mengambilnya dan mengangkat telfon itu.  Aku langsung terkejut karna baru kali ini hp ku di sentuh dan itu terlalu berlebihan membuat aku kesel.  Menurut aku handphone adalah sebuat privasi untuk ku.

Kulihat wajah rani tanpa kesel. Aku gk tau apa yg di katakan alena padahal rani belum ada berbicara namun rani sudah kelihatan marah. 

Tanpa nunggu lama aku langsung mengambil hpku dengan kasar membuat dia terkejut.

"Aku gak suka kamu bertingkah seperti ini!" bentakku membuat rani terkejut.

"Ini privasi ku jangan ikut campur! " sambungku membuat rani diam menunduk kepalanya.  Ku lihat badannya gemetar seakan ketakutan dengan sikapku.  Jujur ini pertama kali aku membentaknyaj membentaknya.

"Kenapa kau membentakku?" jawabnya dengan suara gemetar.

"Aku gak suka kau mengangkat telfon itu!  Itu privasi.  Kau harus menghargai privasiku! " kesalku.

"Aku hanya ingin mengangkat telfon itu.  Karna dia wanita aku penasaran.  Aku tau aku bukan siapa siapa mu!  Setidak kau tidak perlu membentak ku!" jawabnya dengan suara yg dinaikkan dan dia mencoba meninggalkan ku. Dengan cepat aku menarik tangannya dan berakhir dia jatuh di badanku.

"Maaf" hanya itu yg ku ucapkan.
Ntah kenapa menurutku ini terlalu berlebihan.  Hanya hal sepele tapj aku bersikap berlebihan.

"Maaf.  Aku benar-benar blum terbiasa hpku di sentuh oleh siapapun.  Itu menurutku privasi ran.  Tapi klau ini membuat kamu sedih mungkin lebih baik aku akan rela deh kamu nyentuh hpku"

"Maaf karna aku lancang mengangkat telfon itu.  Lebih baik kamu pulang dia menunggu mu di apartment."

Setelah mengatakan itu rani langsung pergi masuk ke kamarnya.  Aku hanha bisa terdiam.  Apa yang di katakan alena?  Sampai sampai rani sesedih itu.

Akupun langsung menunju apartment ku.  Sampai di apartment  disitu ada alena yg menunggu ku. Tapi anehnya wajah alena terlihat tegang tidak seperti biasanya yg selalu lengket seperti lintah jika bertemu denganku.

"Ada apa kau kesini? " tanya ku.

"Aku datang kesini ada yg ingin aku bicarakan christ" jawabnya

" jika yang kau bicarakan masalah perasaanmu terhadapku lebih baik kau pulang saja.  Kau hanya membuang waktu ku! " jawabku sinis dan ku tau dia pasti kesel

"Ini tentang ibumu"
Kalimat yang membuat aku langsung mentapnya dan menunggu kalimat selanjutnya.

"Yang selama ini kau anggap ibumu.  Yang sekarang sudah meninggal...  Di... Dia.. Bukan ibumu"
.
.
.
.
.
.

BERSAMBUNG

GOD, WE AND PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang