FIFTEENTH

1.7K 208 21
                                    

Setelah insiden dimana Minjoo benar-benar marah pada Yujin, mereka tidak berbicara selama beberapa hari, bahkan saat mereka sedang di pondok. Yujin terlalu bingung memulai percakapan. Dia masih berpikir bahwa Minjoo masih marah dengannya. Karena tidak ada pekerjaan lain yang ia lakukan, Yujin pergi ke sungai untuk menangkap ikan.

Di lain sisi, Minjoo duduk dengan tenang di tepi pantai. Dia sedang merenungi perkataannya yang berlebihan kepada Yujin beberapa hari yang lalu. Rasa emosinya terlalu besar saat itu sehingga dia tidak bisa mengontrolnya lagi. Meskipun beberapa hari mereka tidak berbicara, tetapi Yujin masih memberinya makanan karena Yujin tahu Minjoo tidak akan bisa mencari makanan sendiri. Minjoo merasa bersalah kepada Yujin. Minjoo lalu beranjak dari tepi pantai mendatangi Yujin untuk meminta maaf.

Minjoo melihat Yujin yang sedang fokus untuk menangkap ikan di sungai. Dengan perlahan ia berjalan ke tepi sungai dan berbasa-basi.

"Apa dapat sesuatu ?" Tanya Minjoo.

"Tidak." Ucap Yujin tanpa menoleh ke Minjoo.

Minjoo yang berpikir basa-basinya tidak berguna langsung ingin berbicara ke intinya.

"Aku tidak pernah mengatakan terima kasih." Ucap Minjoo.

"Untuk ?" Tanya Yujin yang masih tidak menoleh ke arah Minjoo.

"Untuk menyelamatkanku. Untuk disini bersamaku dan untuk yang lainnya." Ucap Minjoo.

Yujin bebalik ke arah Minjoo.

"Minjoo, aku-" Yujin tiba-tiba terdiam dan menoleh ke atas.

Dia mendengar sesuatu. Minjoo juga mendengarnya. Itu suara helikopter.

Yujin langsung berlari menuju ke pantai dengan sekuat tenaganya. Diikuti oleh Minjoo di belakangnya.

"HEIIIIII !!!!!" Teriak Yujin saat tiba di pantai.

"Dimana pistolnya ?" Tanya Minjoo.

Yujin mengeluarkan pistol dan pelurunya dari dalam kantongnya.

"Ini, pegang." Yujin memberikan pistolnya kepada Minjoo.

"Isi dan tembakkan." Lanjut Yujin.

Minjoo mengisi peluru ke dalam pistol dengan tergesa-gesa. Setelah terisi Minjoo mengarahkan pistolnya ke atas.

"Tarik pelatuknya, Minjoo."

Minjoo menarik pelatuk pistol itu dan menembakkannya ke langit. Pilot helikopter yang melihat suar dari arah pantai langsung mendekat ke pantai.

"HEIIIIIII." Teriak Minjoo dan Yujin sambil melambai-lambaikan tangannya.

Tidak lama helikopter mendarat di tepi pantai. Yujin dan Minjoo berpelukan senang. Yujin segera berlari ke pondok mereka untuk mengambil tas Minjoo dan berlari kembali ke pantai. Akhirnya mereka bisa keluar dari pulau itu.


Selama perjalanan mereka selalu berpegangan tangan. Setelah beristirahat sehari di hotel, pagi ini mereka akan pulang ke rumah. Beberapa jam setelah perjalanan pesawat, mereka sampai dibandara. Keluarga dan teman-teman dari mereka sudah menunggu di bandara untuk menjemput mereka. Bukan hanya keluarga yang menunggu tetapi sudah ada banyak wartawan dan kamera untuk meliput dan mewawancarai mereka berdua.

Keluarga Minjoo terlihat sangat tidak sabar atas kedatangan mereka. Mr. Ahn sudah berkali-kali melihat jam tangannya menandakan dia juga tidak sabar untuk bertemu dengan anak semata wayangnya itu. Tidak lama Yujin dan Minjoo keluar dari bagian kedatangan sambil masih berpegangan tangan. Suasana menjadi ramai saat melihat Minjoo dan Yujin. Minjo tersenyum senang melihat keluarga dan teman-temannya.

SURVIVING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang