09

22 1 0
                                    

''kau membencinya?''

''Tidak.''

''Lalu, mengapa kau seolah menjauh?''

''bukan apa-apa. bukankah selama ini aku tidak ada meledakkan emosi yang begitu dahsyat, teriakan kasar bahwa aku benci mengenalnya sebagai sosok seorang teman, melakukan tindakan kejam, sama sekali tidak kan?'' Aku menaikkan alisku, ''Aku sedikit menebak, dia terancam, dia akan bercerita pada semua orang seolah-olah dialah yang tersakiti di sini, dan aku menjadi pelakunya. dia memang menjadi seorang anak berumur 7 tahun saat berpikir''

''apa alasanmu mengatakannya?''

''karena, aku tidak berbicara sedikitpun apa yang aku kecewakan. Toh, dia juga sudah tau apa masalahnya. hanya saja, memang hidupnya penuh dengan drama. Kebiasaan untuk menambah-nambah cerita sudah menjadi kebiasaanya. jadi, untuk apa lagi aku katakan?''

A sendiri bingung, harus bersikap seperti apa. Dia memilih diam, mendengarkan segala ucapan yang di katakan T dengan sedikit mendingin.

''Kau tau, A? Hal yang paling berbahaya adalah ketika seseorang memutuskan untuk tak menjelaskan apapun, tak memintamu memperbaiki, tak menginginkanmu meminta maaf, melainkan hanya diam dan melanjutkan hari-harinya seperti biasa tanpa perubahan. kecuali, satu hal ; bahwa baginya, kau tak lagi berada di atas bumi''

A sedikit menyeruput kopi buatan T diatas meja, kelihatan benar raut kekecewaan dimanik matanya.

''ia tak marah sama sekali, tak juga dendam. ia telah memaafkan. ia hanya selesai dengan semua hal yang berkaitan denganmu. ia tak lagi memiliki ekspektasi apapun denganmu, baik itu hubungan atau pertemanan, atau persahabatan. ia selesai denganmu. itulah yang paling berbahaya''

T menghela nafas kecil, memandang kosong ke arah depan.

''Ingatlah satu hal, A. bahwa kelak seseorang akan paham, tidak semua luka akan bisa disembuhkan dengan maaf.''

DeretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang