Baca

15 1 0
                                    

Aku duduk di kursiku, memegang stick billiard. Aku merasakan sesuatu yang berat tengah bersamaku, di hidupku. Aku sendirian, berjalan pelan menuju sebuah kursi di pojok ruangan.

Siang itu, aku ingat jelas. Seseorang muak dengan tingkah laku ku. Membanting pintu cukup keras, berlalu dan enyah begitu saja. Sakit, tapi itu salahku.

Beberapa menit berlalu, aku masih setia dengan lamunanku. Bergerak mengambil se puntung rokok yang ku buang lalu ku nyalakan kembali.

Ditengah lamunanku, seseorang berjalan menghampiriku. Mataku menangkap jelas siapa pria itu. Mengambil kursi, lalu duduk di sampingku dengan membawa secangkir  wine.

"Semoga lain kali, kita bertemu lagi. Ini yang terakhir"

Aku menoleh, "kau benar-benar akan pergi? Maaf, itu kesalahanku. Tak bisa kah kau disini sebentar beberapa waktu? Aku akan memperbaiki semua yang rusak"

"Jika kau butuh melewati malam yang berat ini, aku disini untukmu. Hanya malam ini" pria itu tersenyum, kembali menyesap minuman yang ia bawa. Menoleh, menatapku.

"Aku pikir, selama ini kau tidak benar-benar untukku. Jiwamu masih padanya, bukan? Kembali padanya, aku tak apa" helaan napas berat terdengar, "kau masih cemburu atas dirinya. Aku paham, tak perlu ku jelaskan semuanya, kita sama-sama mengerti."

"Yap, kau tau. Jangan nangis, cukup kemarin saja. Aku sayang padamu, tapi cintaku masih dengan wanita itu, maaf."

Aku terlalu lelah untuk kembali terkejut dengan segala jawaban dan pernyataan pria ini. Mimpi itu, memang terjadi padaku. Ternyata benar, waktu itu cepat. Dan dia gak perduli kita siap atau enggak.



DeretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang