“Pa... Lyra capek. Sampai kapan Lyra harus terapi?” Lyra sampai di bangsal rumah sakit yang biasa dijadikan tempat terapinya.
“Sampai kamu sembuh total sayang.” Seorang pria yang sudah berumur kepala empat itu menggenggam tangan anak semata wayangnya itu. “Kamu harus kuat ya sayang. Cuma kamu yang papa punya.”
“Kenapa kita gak menetap di Beijing aja sih pa?”
“Papa gak mau kamu terus terpuruk gara gara mama Ra.. Besok kamu sudah harus sekolah lagi, papa mau kamu selalu sehat, jangan lupa minum obat kamu kalo sudah ngerasa gak enak badan. Papa bakal sering bolak balik Bandung-Beijing.”
“Terus nanti Lyra sama siapa?" Tanya Lyra.
"Nanti kamu pindah ke rumah temen papa. Anaknya bakal satu sekolah sama kamu.”
Sepulang dari rumah sakit, Lyra langsung diantar ke rumah teman Andy, papa Lyra. Mereka disambut baik di sana. Alex sebagai teman Andy sangat senang ketika mengetahui Lyra ingin tinggal di rumahnya. Alex dan Andy merupakan teman akrab saat mereka sekolah dasar sampai SMA.
Seorang laki-laki seumuran Lyra menghampirinya “Lo. Ikut gue.”
“Ke mana?”
“Gue tunjukin kamar lo.” Laki-laki itu menarik koper Lyra yang cukup berat dan langsung menaiki tangga menuju lantai 2. Lyra mengikutinya dari belakang. Mereka berhenti di lorong yang terdapat 4 pintu.
“Ini kamar lo.” Kata laki-laki itu sambil menunjuk pintu berwarna biru. “Dan ini kamarku.” Menunjuk pintu berwarna hitam di depannya.
“Nama lo?” tanya Lyra yang sedari tadi sudah penasaran dengan namanya.
“ Johnny, Johnny Wijaya."
“Oke. Thanks Bang.”
“Sama-sama.”
Johnny pergi meninggalkan Lyra. Lyra yang sedari tadi ingin istirahat langsung memasuki kamar barunya. Menata barang-barangnya di dalam lemari dan meja belajar, kemudian menaruh kopernya di atas lemari. Setelah menyelesaikan semua yang perlu di tata dan perlengkapannya besok untuk bersekolah pada hari pertamanya, Lyra langsung tidur, karna dia memang sangat lelah setelah melewati proses terapi hari ini.
SMA Garuda Sakti, sebagian orang Bandung menganggap SMA itu sebagai sekolah yang favorit, tapi bagi Lyra tidak ada yang teristimewa, tidak seperti sekolahnya dulu di Beijing. Karna Lyra pindahan dari kelas 2 jadi dia dimasukkan kelas 2 juga di SMA Garuda Sakti dan ini pun masih awal dari tahun ajaran baru, jadi memudahkan Lyra untuk mengejar ketertinggalan materi.
Lyra diantar Pak Markus sebagai Wakil Kesiswaan menuju kelas Lyra.
Tok. Tok. Tok. Tok.
“Permisi Bu Lusy. Saya membawa anak baru yang akan masuk kelas ini.” Pak Markus menginterupsi Bu Lusy yang sedang mengajar selama 15 menit setelah bel berbunyi.
“Baik, Pak Markus. Terima kasih. Ayo, nak silahkan masuk kelas.”
Pak Markus pergi dari depan kelas 11 IPA 2 dan membiarkan Lyra masuk kelas. Lyra sekarang sudah berdiri di depan kelas dan berhadapan dengan teman-teman sekelasnya. Perasaan gugup menjalar ditubuhnya. Seteleh beberapa detik berdiam diri, Lyra mulai memberanikan untuk memperkenalkan diri.
“Selamat Pagi, teman-teman. Perkenalkan nama saya Lyra Xiao, bisa dipanggil dengan Lyra. Saya pindahan dari QingHao High School di Beijing. Saya sudah tinggal di Beijing sejak umur 5 tahun. Tapi saya bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Terima kasih.” Lyra membungkukkan badannya sedikit. Dia masih terbiasa dengan kebiasaan orang di Beijing, selalu membungkuk setelah memberikan salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Drops
FanfictionLyra, gadis biasa yang harus pindah sekolah di negara ibunya, Indonesia. Setelah sekian lama menetap di China. Dengan suasana yang begitu berbeda dari sekolah, pergaulan, lingkungan, dan keadaan yang berdeda. Lucas, laki-laki most wanted yang selalu...