11 1 0
                                    

Musim semi telat tiba. Berbagai bunga mulai bermekaran disepanjang jalan. Dahan-dahan yang semula tertutup salju sudah mulai menumbuhkan daunnya. Menjadikan suasana kota menjadi lebih hangat.

"LUCAS!!! TUNGGU AKU."

Seorang anak perempuan dengan cepat berlari menghampiri anak laki-laki itu. Mereka sudah berjalan 30 menit, namun belum menunjukkan tanda-tanda akan sampai ke tempat yang mereka tuju.

"Cepat sedikit, Lyra. Kita akan telat kepertunjukkannya." Diulurkannya tangan itu untuk membantu Lyra berjalan.

"Astaga. Aku capek. Serius deh. Ini tuh ajuh banget. Pertunjukan Juna masih 1 jam lagi." Dengan susah payah Lyra mengatur nafasnya yang tersengal-sengal akibat berlari. 

Setelah mereka berlari lumayan jauh, akhirnya mereka sampai disuatu gedung. Mereka  berdua masuk dengan tiket yang sudah mereka dapatkan dan langsung duduk dibarisan paling depan. Dengan susah payah mereka mendapatkan tiket itu, harus membujuk orangtua mereka agar membelikannya, walaupun sebenarnya dengan mudah orangtua mereka mendapatkan tiket itu.

"Kenapa kita gak naik taxi aja sih? Kan capek." Dihabiskannya air mineral itu oleh Lyra yang masih lelah akibat berlari.

"Emang punya uang? Enggak kan. Uang jajan kita kan lagi dipotong."

"Kamu sih yang ngajakin bolos."

"Hao ba, hao ba. Dui bu qi." (Baiklah, baiklah. Maaf.) Senyum manis tercetak diwajah Lucas.

.

.

.

Secercah cahaya mulai terlihat, lalu menampakkan langit-langit ruangan berwarna putih dan bau antiseptik yang memasuki indra penciuman Lyra. Kepalanya terasa berat. Dilihatnya sekeliling ruangan dan dilihatnya Lucas yang sedang tertidur dengan kepala berada dipinggir ranjangnya dengan tangan sebagai bantalannya. Diusapnya pelan puncak kepala Lucas, sembari tersenyum kecil.

Rambut Lucas lebih panjang dari biasanya, Lucas belum pernah punya rambut sepanjang ini, bahkan rambut bagian depan bisa menutupi matanya. Untuk kedua kalinya Lucas lupa memperhatikan dirinya.

Walaupun pelan, Lucas bisa merasakan tangan Lyra yang mengusap kepalanya dan membuatnya terbangun. Betapa senangnya Lucas ketika melihat Lyra sudah membuka matanya.

"Syukurlah kamu udah bangun, Raa. Aku panggil dokter dulu ya."

Lyra hanya bisa mengangguk pelan.

.

.

.

"Semuanya stabil. Mungkin tiga hari lagi sudah bisa pulang. Untuk sekarang tinggal masa pemulihan saja."  Ujar Dokter Noven kepada Lucas.

"Baik, Dok."

"Lekas sembuh ya Lyra. Saya pamit dulu Lucas." Lyra tersenyum kepada Dokter Noven.

"Terima kasih, Dok." Balas Lucas sambil mengantar Dokter Noven keluar dari ruangan Lyra.

Setelah mengantar Dokter Noven keluar dari ruangan, Lucas segera menghampiri Lyra dan langsung memeluknya.

"Astaga. Kamu tau? Aku khawatir banget tau gak." Lyra balas memeluk Lucas. Hangat, selalu hangat setiap dia di dekat Lucas.

"Aku haus." Ujar Lyra dengan suara serak, akibat sudah lama dia tidak minum.

Lucas mengambilkan satu gelas air mineral yang berada diatas meja, lalu membantu Lyra minum. Langsung dihabiskannya satu gelas itu oleh Lyra.

Rain DropsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang