7. Bahagia (ii)

4 0 0
                                    

November Akhir

Menjelang awal Desember selalu banyak rintik. Aku sedari tadi duduk di kursi besi tua dengan busa yang dibalut kain merah bermotif bunga, dekat dengan jendela. Menyeduh teh hangat dan sosis bakar sedikit pedas. Sembari melihat ke luar jendela, pohon – pohon menari dengan lincahnya, seperti sedang menikmati mandi pertamanya. Tangkainya melambai anggun, mereka ingin aku mendengar celotehnya. Mereka berbisik padaku.

"Ada seseorang yang sedang rindu padamu."

"Siapa?" tanyaku berbisik juga.

"Seseorang yang benar-benar mencintaimu. Ia selalu menunggu hadirmu untuk saling bersua. Menghabiskan waktu berdua. Dan menunggumu untuk bermain sesekali bermain hujan bersama."

Aku tersenyum. Itu kamu kan? Pesanmu tersampaikan, Tuan.

Tuan, ijinkan aku bercerita tentang kita ya? Boleh? Mereka ingin tahu kita. Betapa bahagianya dan betapa bersyukurnya kita bisa saling bertemu. Tentang kita yang selalu merindu walau tiap hari selalu bertemu. Kepada Tuan yang selalu ucapkan, "Kamu dimana?" Aku suka, aku dianggap ada. tuan yang selalu membawaku ke tempat yang tak pernah ku sangka.

Tuan, kamu bernah berkata, "Tuhan sudah takdirkan kita bersama." Saat kami saling tahu bahwa banyak sekali persamaan antara kita. Aku bisa jelaskan kalau kalian ingin tahu.

Saat beberapa kali berjumpa, kami baru menyadari bahwa handphone yang kami pakai sama, tipe dan warnanya. Beberapa kali kami hampir tertukar saat handphone kami diletakkan di atas meja.

Sekitar satu minggu kemudian saat aku bermain ke kost-mu, aku baru menyadari pula kalau leptop dan kaos kami sama. Bahkan sepatu kamu berwarna sama. Sama – sama biru. Dan kami sama – sama lahir di bulan November. Aku tanggal 11 dan kamu tanggal 22. Kebetulan yang sangat lucu.

Dan dibagian manapun, aku lebih menyukaimu saat kamu bercerita dengan bangga dihadapan teman – temanmu. Melihatmu tersenyum, pertemuan yang tak pernah diduga, bersamamu kuanggap itu hadiah dari Tuhan.

Saat menjelang hari ulang tahunmu, aku ingin membuatkan sesuatu untukmu dengan tanganku sendiri.

Aku dibantu teman – temanku. Walau aku menyadari bahwa hadiah yang akan ku berikan tak sepadan dengan yang kamu berikan kala itu. Aku berharap kamu menyukainya.

Hari demi hari aku mencoba menyelesaikan semua. Dan saatnya tiba, aku membawa hadiah untukmu. Saat sore tiba, kita bersimpangan di tangga kampus, ku buka tasku dan kuberikan padamu. Ada dua benda disana. Dia tersenyum setengah tak percaya, setengah lagi bahagia. Sudah terlihat dengan jelas.

"Disimpan baik – baik." Kataku sambil tersenyum dan melambaikan tangan perpisahan mengisyaratkan, "aku pulang ya, selamat belajar."

Selang beberapa jam kemudian, kamu mengabariku.

"Terimakasih untuk kadonya, aku suka." Dengan emoticon pendukung lainnya.

Mengertilah Tuan, aku hanya memberimu kerajinan tangan pakai kertas yang tak mahal. Ku bentuk sesuka hati, beberapa lainnya ku sesuaikan dengan panduan yang tertera di bungkus kertas yang ku beli. Aku eratkan semuanya perlahan dan meletakkan semuanya di cup bekas minum ice float. Terakhir, ku beri note di sela – sela cup, "untuk Tuan, Happy Birthday."

Aku juga membuatkanmu gambar doodle lucu dan ada gambar – gambar kecil lainnya. Aku lakukan sepenuh hati dan dengan senang hati. Aku harap kamu senang, Tuan.

Selamat ulang tahun.

99% Tulisan Ini Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang