Aku, perempuan yang lahir di kota kecil di Jawa Tengah dan lahir di tahun 1992. Diumurku yang kesekian, bukankah seharusnya aku sudah punya calon dan menjalani hidup bersama lelaki dengan cincin yang melingkar dan janji setia sampai mati? Nyatanya sampai sekarang aku masih menunggu lelakiku melamarku. Entah kapan hari itu akan tiba. Aku masih menunggu.
Aku, panggil saja aku dengan sebutan "aku". Aku membiarkan kalian menjadi tokoh utama di cerita ini.
"Aku" adalah orang yang sangat suka memakai apapun yang menurutnya berbeda. Punya style sendiri, walau kadang dianggap aneh. Suka pakai gelang. Suka bereksperimen. Rambut sebahu, pakai kacamata dan celana robek. Ada salah satu aksesoris yang tak pernah ku lepas. Gelang dengan berliontin cincin pemberianmu. Sayangnya, aku masih tak bisa memakainya dijariku sebab seseorang teledor memberiku cincin tanpa mengukurnya terlebih dulu.
Dulu, aku orang yang cukup banyak bicara, banyak bercanda. Tapi entah sejak kapan aku jadi orang yang lebih banyak diam dan lebih suka menyendiri.
Aku adalah orang yang sulit jatuh cinta. Mau dikejar seperti apa, kalau aku masih ragu, aku tidak akan melangkah jauh. Tapi sekali jatuh cinta, aku bisa jadi sangat buta dan tuli. Keterlaluan memang. Ini mungkin alasan kenapa aku mudah dibenci ataupun mudah dimanfaatkan.
Bagi sebagian orang yang sudah mengenalku, aku biasa dianggap aneh. Kesan pertama terlihat jahat, tapi setelah kenal malah seperti orang gila, joget – joget sendiri, tertawa keras, tapi juga bisa tiba – tiba diam atau marah. Aku orang yang moody dan menyebalkan. Aku orang yang suka menulis keluhku diselembar kertas tissu. Dan menyukai seni.
Aku menikmati apapun yang kupunya dan memcoba membuat semuanya terlihat baik – baik saja. Untuk sikapku, aku hanya ingin melihat orang disekitarku bahagia meskipun sesekali aku ditikam luka karena ulahku sendiri.
Dan yang perlu dimengerti adalah aku bahagia bersama seseorang, sebut saja Ia "Tuan" yang sekarang bersamaku. Aku suka segala tentangnya. Meski Ia dan aku adalah sesuatu yang sulit dijelaskan. Meski Ia dan aku adalah senyawa yang saling bertubrukan hingga akhirnya yang terjadi selalu saja percikan api. Dan meski, Ia dan aku berada di dunia yang berbeda. Ah, entahlah. Sudah terlalu banyak liku. Kamu dan aku adalah orang berkepala batu yang bertahan untuk tetap menjadi satu. Walau segalanya rumit dan perlahan asing saling membisu.
Sepertinya Ia tak perlu pening memikirkan hal itu. Yang perlu Ia tahu, aku tak peduli dengan hal menyebalkan didirinya. Aku memang bukan orang spesial, tapi aku berbeda. Yang mampu melihatmu dari sudut pandang yang berbeda pula. Dan jika Ia mencari seseorang yang mau mengabdikan hidup untuknya, mungkin itu aku.
Semoga tak ada yang berubah.
Jadi, sudah mampukah membayangkan bahwa kalian adalah "aku"?
KAMU SEDANG MEMBACA
99% Tulisan Ini Tentang Kita
أدب المراهقينUntukmu, jika nantinya kau membaca tulisanku, aku harap kau mengerti, ada banyak hal yang tak mampu aku ucapkan. Terlalu banyak kata yang tersimpan. Hingga sulit untukku mengungkapkan semuanya. Aku tidak mengharapkan apapun padamu. Aku hanya ingin m...