11

1.1K 84 14
                                    

Rara merasa sepi dirumah. Mamah dan Uwan sedang ada pekerjaan yang tak bisa ditunda. Rara hanya keluar masuk kamar.

Rara sebenarnya ingin menelfon Afisan sekarang namun ia mengurungkan niatnya dan hanya menatap fotonya bersama Afisan

"Kak Irwan baik, Rara senang kalau sama dia, namun Afisan.. Dia berbeda, Rara sangat nyaman saat didekat Afisan dan Rara tak mau kehilangan Afisan" ucap Rara pelan sambil jarinya mengetuk dilayar hp nya

Tiba tiba hp nya ada panggilan masuk. Rara membaca nama itu dan ragu untuk mengangkat nya. Setelah berpikir akhirnya Rara mengangkat telfon itu.

"Halo"

"Haii... Bisa keluar sekarang"

Telfon itu langsung ditutup yang membuat Rara kesal. Rara turun dengan malas.

Rara mendorong gerbang dan mendapati orang yang tersenyum manis.

"Masuk" Rara langsung meninggalkan orang itu tanpa tersenyum yang biasa ia tinggalkkan

Sampai diruang tamu dan duduk tanpa melihat orang itu.

"Raa.." orang itu mendekati Rara. Namun Rara menjauh dari orng itu

"Jangan dekat dekat sama Rara" Rara menggeser duduknya menjauh.

"Rara marah sama Afisan?" Dia adalah Afisan yang tengah menatap Rara sayu.

"Takk" Rara berdiri dan berpindah duduk lebih jauh.

"Apa salah Afisan? Afisan minta maaf" Afisan menatap dalam Rara

"Tak tau salahnya kenapa minta maaf. Percuma" Rara melihat langit langit rumahnya menahan air matanya.

"Rara marah Afisan jalan sama wanita itu?"

"Untuk marah pun Rara tak berhak" Rara menunduk tak mampu melihat Afisan.

"Aku tak tau kalau kamu terus kaya gini" Afisan berjalan mendekati Rara dan berlutut dihadapan Rara.

"Afisan tauu... Rara sangat kecewa... Afisan sudah buat Rara nyaman seperti ini dan dengan mudahnya Afisan menyuruh Rara untuk tidak lagi dekat dengan Afisan. Rara tak sangka Afisan lakukan ini, Afisan tega sama Rara. Rara sadar, Rara hanya pelarian buat Afisan. Kalau seperti ini, dari awal Rara harus lebih jaga jarak.." Rara mengatur nafasnya, air matanya lolos mengalir. Afisan yang mendengarnya hanya menggeleng.

"Gakk bukann ituu..."

"Rara tau Afisan sayang sama Rara hanya sebatas teman, tapi Rara sayang sama Afisan lebih dari sahabat. Afisan orang baru yang memberikan warna yang indah dihidup Rara namun dengan mudah Afisan sudah merusak warna itu. Mulai sekarang Rara akan menjauh dan tidak akan mengganggu hubungan Afisan dengan kekasih mu. Makasih, cara yang sangat jahat."

Afisan langsung memeluk erat tubuh Rara dan mengelus lembut bahunya.

"Dengerin aku, Afisan nyaman dengan Rara, Afisan sayang Rara melebihan Sayangnya Rara sama Afisan. Dan yang perlu Rara tau... Afisan tak punya kekasih. Ijinkan Afisan untuk melukis kembali warna yang indah di hidup Rara. Percaya sama Afisan, ini untuk terakhir kali air mata Rara turun gara gara Afisan" Afisan memeluk lebih erat tubuh Rara yang menangis pelan.

"Rara tak mau munafik untuk sekarang, Rara sangat tak siap jika harus kehilangan Afisan. Afisan lupa kah pesan ini?" Rara melihatkan pesan itu. Afisan membacanya dan langsung memasang wajah marah.

"Aku tau siapa yang mengirim itu" Afisan langsung berdiri dan berjalan. Namun tangan Afisan dicegah oleh Rara.

"Afisan jangan macam tu, Rara takuut" Afisan memeluk Rara dan mengecup pelan pucuk rambut Rara.

"Kamu ikut aku biar tau semuanya"

Afisan dan Rara berlalu dari rumah. Di perjalanan Afisan diam seribu bahasa Rara yang melihatnya sangat gelisah, tak pernah ia melihat Afisan seperti ini.

Mereka sampai dirumah Afisan. Rara hanya mengikuti Afisan dari belakang.

"Anisaa!" Panggil Afisan yang sangat keras. Muncul seorang wanita dari kamar.

"Kenapa muka mu macam tu?" Anisa menatap Afisan aneh.

"Kamu yang mengirim pesan ini!" Afisan melihatkan pesan itu, Anisa nampak terkejut.

"Apasih, aku tak tau lahh" ucap Anisa dengan nada yang bergetar, ia tak berani melihat Afisan yang terlihat seram. Entah kenapa Anisa sangat takut sekaranh ini.

"Sekali lagi, kamu yang mengirim pesan ini!" ucap Afisan dengan penuh penekanan. Rara menggenggam tangan Afisan agar meredakan emosinya. Anisa tak mampu bicara dan hanya diam.

"Aku wanita dan kamu wanita, kita bicara dari hati ke hati. Kalau kamu mau aku jauh dari Afisan tak payah dengan cara jahat seperti ini, aku bisa jauh dari Afisan tapi aku tak mau. Seharusnya kamu paham..." ucap Rara, matanya sudah penuh dengan air mata. Afisan melihat Rara dengan tatapan sendu.

"Maaf sebelumnya, tapi aku tak mau Afisan punya wanita lain selain aku, kamu juga harus paham!" ucap Anisa membentak. Afisan yang mendengarnya semakin geram.

"Rara bicara halus dengan kamu, kamu bisa kan bicara halus dengan Rara!" ucap Afisan dengan tatapan tajam. Anisa memberanikan diri untuk menatap Afisan.

"Ohh tidak! Karna dia sudah mau ambil kamu dari aku" Anisa menatap Rara penuh emosi. Rara berdiri dan menghampiri Anisa

"Kamu tauu.. Aku sangat sayang sama diaa aku juga tak bisa jauh dari diaa.. Aku mohonn jangan buat kita jauhh, aku belum siap untuk itu. Kamu minta pengertian kamu, Maafin akuu.. Sekali lagi aku tak bisaa jika harus jauh dari diaa" ucap Rara lirih yang samar tak bisa didengar Afisan karna juga ada suara hujan diluar. Rara berlari keluar dari rumah Afisan dan menerobos hujan.

"Kamu sahabat aku, Aku sayang sama Rara bahkan aku mulai mencintainya! Tolong... Jangan buat wanita yang aku cintai jauh dari akuu, Aku sayang sama kamu hanya sebatas sahabat. Maaf.. Sampai kapan pun aku tak bisa lebih dari itu. Karna ada Rara yang sangat aku cintai." Afisan meninggalkan Anisa yang berdiri kaku mendengar ucapan Afisan tadi.

"Gak ada harapan disini. Lebih baik balek"

~~~~~~~~~~~

Afisan berjalan menelusuri jalan mencari Rara, hujan cukup reda namun membuat Afisan tidak sulit untuk melihat sekitar jalan.

Sampai di sebuah halte, Afisan melihat Rara yang menatap kosong didepan. Afisan segera menghampiri Rara dan memeluk dengan Erat.

" Tak perlu khawatir aku akan jauh dari kamu, karna itu tak mungkin terjadi." Afisan menggapai tangan Rara dan memberikan kehangatan.

"Janjii?" Rara mendongak melihat Afisan yang tersenyum manis.

"Iyaa janji" Afisan memeluk singkat Rara dan menggenggam tangan Rara pergi dari halte itu.

Afisan mengantar Rara pulang. Walau hujan belum reda namun turun kecil kecil Rara tetap ingin pulang dan Afisan tak bisa membantahnya.

Mereka sampai didepan rumah Rara. Rara turun dan tersenyum manis.

"Sini dehh.." Afisan menarik lembut Rara agar mendekat dengan nya.
Jantung Rara mulai berlatih lagi. Jarak mereka sangatlah dekat.

"Afisan cinta sama Rara" bisik Afisan membuat tubuh Rara seakan tak bisa bergerak. Aliran darahnya berhenti seketika. Mulut Rara terbuka.

"Kenapa diam.. Masuk gihh" Rara sangat gugup saat ini. Tangan Rara menangkup pipi nya yang merah. Rara langsung meninggalkan Afisan didepan. Afisan yang melihat itu hanya tersenyum gemas.
Afisan beranjak dari rumah Rara dengan senyum yang tak hilang dari wajah nya.


"I love you too, baby boyy"

~~~~~~~~~~~~~

Next? Vote and Comment!

@jirayutdaa4official
@lida_rara.vc


@nftlrhm05

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang