BAB I Hujan Pertama di Januari

47 5 0
                                    

   Awan mulai menebal menjadikan langit siang ini sedikit kelabu. Hari pertama hujan di awal tahun ini ingin kunikmati! Aku menengadah keatas melihat gulungan sang awan sambil menikmati derai rintik dan merasakan bulir dinginnya yang mengalir  menyentuh kulitku.
   Baru saja aku keluar dari ruang pembina OSIS dengan rasa marah, kecewa dan dipermalukan. Aku berharap hujan ini dapat meluruhkan rasa ini...tapi ternyata tidak. Semua gara-gara kalimat yang membakar telinga dan juga emosi siang tadi.

"kamu mampu tidak?? Jadi komandan aja ga becus?? 3x24 jam ga kamu selesaikan masalah ini Kamu mesti mundur!!" Hardik guru Olahraga yang juga Pembina OSIS.

"Ngapain aja kamu 6 bulan ini?? Bikin isu murahan buat ngerusak organisasi? karena kalah pemilihan Ketos? Pegang anak buah aja rusak,bikin nama Sekolah jelek !! Sanggup atasi gak? memalukan!!" Ucap Ketos yang bikin telinga panas.

"Siap! Saya tanggung jawab!" Kata itu yang keluar dari mulutku. Sambil keluar dari ruangan itu menuju lapangan tengah Sekolah.

Di tengah lapangan dibawah gerimis kuambil hp di saku untuk mengirimkan pesan di grup timpam (tim pengaman)-nama sebuah unit keamanan sekolah dibawah OSIS yang bertanggung jawab atas tata tertib para siswa.Anggotanya adalah anak-anak pilihan dari ekstra beladiri disekolah kemudian diseleksi pada saat Latihan dasar Kepemimpinan-

"Kepada para dansat dan seluruh anggota harap kumpul di lapangan tengah, SEKARANG." Ketikku di grup timpam SMA Biru Putih.

Dansat adalah singkatan dari komandan satuan, nama jabatan di timpam yang mewakili tiap tingkatan kelas. Dalam tiap tingkatan ada 1 orang dansat dan 10 anggota yang bertanggung jawab pada 10 kelas. Total SMA Biru Putih memiliki 35 anggota timpam masing-masing 10 anggota dari siswa kelas 1,2 dan 3. 3 dansat (komandan satuan), 1 watimpam (wakil timpam) serta 1 dantimpam (komandan timpam) yaitu aku, komandan timpam di SMA ini.

Perjalanan menjadi dantimpam kulalui dengan proses yang tidak mudah dan berdarah-darah.Yah, benar-benar berdarah karena kita mesti diadu tarung bebas baik dengan senior maupun kandidat lain. Ketika anti bully dan kekerasan digaungkan dimana-mana ternyata di SMA Biru Putih masih ada "tradisi" seperti itu. Butuh mengalahkan 6 orang termasuk dantimpam sebelumnya untuk mendapatkan sebuah tanda pin dikerah yang menandakan aku lah 'sang panglima'.

   Belum sampai 3 menit anggota sudah berjajar rapi di depanku. Dipimpin watim mereka beri hormat dan beristirahat ditempat.

"Selamat Sore,Anggota! Kekuatan?"

"SORE! 5-5!!"pekik mereka bersamaan.

"Assalamu Alaikum wr wb..."

"WAALAIKUM SALAM WR WB..."

"Sore ini kalian saya kumpulkan karena ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan. Yang pertama adalah seluruh anggota wajib tunduk pada dansat masing-masing.segala kegiatan harap sepengetahuan dansat tanpa kecuali. Dansat harap meneruskan informasi kepada saya atau watim....ketika terjadi permasalahan, coba untuk diredam, diatasi dulu!

Yang kedua: ada laporan mengenai pelecehan siswi kelas 1 oleh anggota kita. Berita ini sudah menyebar dan belum ada klarifikasi. Kejadian terjadi kemarin sore, serta laporan telah sampai ke Pak Agung -pembina OSIS- Pagi ini. Beliau meminta kita menyelesaikan dalam waktu 3 hari sebelum berita ini diviralkan ke pihak luar oleh pelapor yang mana tidak disebutkan siapa itu. Sebagai informasi, gosip di kantin siang ini begitu santer atas kejadian ini.

Yang ketiga: saya bentuk satgas khusus yang beranggotakan 4 orang dari satuan 1/sat-1 (timpam dari kelas 1) dengan ketua adalah watimpam saudara Galen untuk mencari tahu detil kronologi dan klarifikasi. Besok siang laporkan hasilnya. Saya pilih personil-personil dari sat-1 karena anggota kita yang terlibat pelecehan adalah dari sat-2. Biar netral! Saya harapkan jiwa korsa anggota sat-2 bisa secara profesional artinya apabila teman kalian salah maka wajib untuk tidak dibela. Kalau kalian tanya siapa anggota yang sedang kita selidiki, adalah personil yang tidak hadir sore ini. Bahkan tidak berangkat sekolah  hari ini.

Yang terakhir tetap jaga wibawa TIM PAM dalam tiap tindakan kita!!

SELESAI!! Ada pertanyaan??" Jelasku pada para anggota

"Ijin dan...mau tanya?" Galen berkata sambil angkat tangan.

"Ya, wadan...?" Tukasku

"Kita operasi di jam sekolah atau diperkenankan diluar jam sekolah? Mengingat tenggang waktu yang singkat. Harapan kami diijinkan juga diluar sekolah, terima kasih" ungkap Galen.

"Bisa diluar jam sekolah, tapi tetap dalam batas kesopanan dan kepantasan. Paham maksud saya? Ada lagi". Jawabku

"Siap, ada! kebetulan Vano sahabat saya, mohon ijin komandan saya nanti akan kesana kerumahnya biar kesannya tidak gimana gitu...segala informasi nanti saya sampaikan ke satgas" Farel  berujar

"Baik, silahkan. nama sudah disebut, siapa pelakunya kalian sudah tahu.saya harap tetap jaga nama baik Vano sebelum ada keputusan sekolah...termasuk jaga kerahasiaan siswi yang menjadi korban paham??".

DUERRRR!!!!

   Petir menyambar memekikkan telinga disertai hujan yang tiba-tiba deras.barisan sedikit goyah karena kaget,tapi sejenak rapi kembali...kutatap satu persatu anggotaku. Teman seperjuangan yang tahun kemaren mampu menjadikan timpam menjadi tim pengaman terbaik se-Kabupaten dalam kompetisi ketertiban dan keamanan sekolah. Setidaknya gemuruh emosiku larut dengan guyuran hujan serta beberapa keputusan yang kuambil.

"Briefing Selesai,Bubar!!"

   Barisan segera bubar. beberapa anggota masih terlihat berkelompok bercengkrama mengenai kejadian yang aku  sampaikan sedangkan aku memilih berjalan menuju kelas diiringi dansat 2 Dika dan wadan Galen. Intinya mereka meminta maaf atas kejadian yang menimpa oknum disatuannya. Aku sekedar menjawab sekenanya bahwa aku memaklumi kejadian ini sampai akhirnya mereka berdua pamit untuk ke kelas masing-masing.

  Di kelas sudah sepi, mungkin karena pada takut air sehingga para siswa bergegas pulang setelah bel pulang tadi. Di sudut kelas hanya tersisa tasku beserta buku diatas meja yang belum sempat aku rapikan karena terburu di panggil pak Agung. Kuraih tas dan aku berjalan gontai menuju parkiran.

   Sekejap aku melihat bidadariku yang masih di ujung lorong sambil melamun. Cewek berjilbab yang cukup cantik. Keanggunanlah yang membuatku menyukainya. Berkali-kali aku menyatakan kalo aku mau jadi cowoknya, tetapi berkali-kali pula dia tak menjawab pasti. Entah cara apa yang telah aku lakukan kepadanya. Tetapi masih juga dia enggan menerimaku. Satu hal yang buatku bertahan karena banyak yang mengira kami telah pacaran. Hampir tiap hari aku selalu bersamanya, sehingga cowok-cowok lain menjaga jarak padanya. Padahal aku yakin dia adalah most wanted girl sekolah ini.

"Sore...Awanku, pulang yuk aku bawa mantel dobel. Motormu tinggal saja. Besok aku jemput buat berangkat" sapa ku.

Nama aslinya adalah Nawa Pradipta Putri. Cuman aku senang panggil dia awan, sebuah panggilan sayang yang kubuat buat khusus dia...

"Percuma kalee...liat aja...giant basah gitu mo boncengin aku, bisa basah semua ntar akunya...lagian kenapa sih ujan-ujanan...kalian tuh ya TIM PAM, sok-sokan pamer baris pas pulang sekolah biar pada liat kalian tangguh gitu. Pilek baru ngrengek minta kerok ama emak-emaknya...." Ketus Awan

  Yups, orang2 manggil aku giant bukan karena aku gendut, tambun dan galak kayak giant alias takeshi di doraemon tapi karena aku pengidola giant. Semua buku,motor dan barang2ku berstiker giant. Bahkan waktu pemilihan ketua OSIS panji yang kupilihpun adalah giant.

"Setidaknya kalo kamu basah nanti bisa kuhangatkan dengan pelukanku kan aw..." Kujawab ketusnya dengan wajah manis

"Maunya...dadah giant....tuh aku dah dijemput mama, aku tadi dah telpon, besok aja ya aku dijemput pas berangkat sekolah. Oh ya ntar malem kalo mau maen ke rumah boleh kok...jangan lupa ya kesukaanku" tangan awan mengacak-acak rambutku sambil mengejek menjulurkan lidah. Momen ini yang selalu buatku melting....ah...indah banget  ...terguyur hujan juga nih hatiku.

   Aku mengangguk kecil tatkala Tante Rani mengklakson aku. Kulepas pandanganku pada sang bidadari yang tersenyum imut dari dalam mobilnya sampai tak terlihat.

  Kulanjutkan jalanku ke arah kuda besiku sambil berkata dalam hati "hujan mari lalui bersama, badaikah atau pelangi yang akan muncul kemudian"...

 

Hujan Di  Awal januariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang